Selama hampir dua minggu, aku gegoleran sambil nonton video atau baca buku. Pekerjaan rumah terbengkalai, anak-anak terabaikan, sementara suami kebingungan. Muka istrinya ditekuk kusut.
Ternyata aku bergerak karena tuntutan diriku untuk memuaskan orang lain. Kelelahan memuncak ketika orang lain tidak memenuhi ekspektasiku.
"Di Korea sendiri, ada istilah burn out syndrome yang mulai dikenal luas sejak beberapa tahun terakhir. Burn out secara harfiah berarti "terbakar habis", yakni kehabisan tenaga sepenuhnya sehingga sulit untuk pulih. Seseorang yang berlari terus-menerus tanpa henti, suatu saat akan jatuh terjerembab." (Buku Antimalas dan Suka Menunda+Panduan Mengatasinya/ Choi Myung Gi halaman 18)
Aku merupakan orang yang sangat mudah bosan. Terasa sangat sulit bagiku untuk fokus berbulan-bulan dengan satu projek. Satu bulan maksimal.
Biasanya aku memiliki pola: menemukan manfaat👉bersungguh-sungguh mendapatkan👉banyak tanggung jawab👉tinggalin.
Banyak tanggung jawab di sini sebenarnya lebih mengarah pada tidak adanya timbal balik yang sesuai. Aku merasa terus memberikan perhatian yang maksimal sementara orang lain seadanya akhirnya burn out karena bosan. Ah itu lagi itu lagi, gak ada variasi.
Aku merasa dituntut sedemikian rupa tetapi balasannya apa adanya. Gak sadar kadang ekspektasiku juga ketinggian dan enggan untuk mengungkapkan.
Kala terjerembab karena kelelahan biasanya aku langsung menghilang dari peredaran. Tidak ada update apapun. Berubah menjadi sosok yang tidak bertanggung jawab dengan meninggalkan semua amanah.
*****
Pengakuan.
Aku sering salah fokus antara batasan kepuasanku dengan kepuasan orang lain. Selalu merasa aku sudah memberikan terbaik tetapi orang lain nunda-nunda saja untuk memberikan hakku.
Aku mudah terombang-ambing pada saat orang lain ngeyel dengan pendapat mereka lalu mendadak ikut saja keputusan mereka. Mengiyakan jika aku tidak cukup berharga untuk punya pendapat pribadi.
Meskipun begitu, setelah jujur mengaku, dadaku jadi lebih luas juga bebas bernapas. Aku bilang ke diriku sendiri, "Bahagiaku adalah tanggung jawabku. Bahagiamu, urusanmu."
*****
Pada saat aku menyadari pentingnya memiliki batasan pribadi, aku jadi jelas memandang hukuman dengan apresiasi diri. Ya dan seringnya aku menghukum diriku atas kesalahan yang bahkan dilakukan orang lain padaku. Aku merasa begitu bodoh bisa dimanfaatkan oleh orang lain. Hukumannya dobel.
Aku merasa melakukan sesuatu yang fenomenal karena sampai pada kesadaran untuk memeluk diriku lantas bertumbuh kemudian mampu mengapresiasi diriku sendiri. Tidak melulu menghukum. Aku juga berharga layaknya orang lain.
Aku ingin berubah menjadi diriku yang mampu menghadapi kenyataan. Saat burn out ya menikmati, waktu bosan ya cari sudut pandang lain, dan kala pulih ya menyelesaikan satu per satu amanah yang jadi kewajiban.
*****
Aku sering lupa mengapresiasi karena sangat sibuk mencapai yang aku mau. Saking banyak mau emang. Gak mudah dari yang terbiasa merundung diri berubah jadi menghargai. Namun apa sih yang gak butuh proses di dunia ini. Masak mie instan saja perlu 3 menit.
Apresiasi diri merupakan bagian dari memyayangi diri. Bagaimana seseorang dengan sadar akan pencapaian dirinya dengan bersyukur. Ada jeda sejenak untuk berterima kasih baik kepada Tuhan dan juga diri sendiri.
Aku tidak menjamin 5 trik ini akan jadi fenomenal buat kalian praktikkan tetapi lebih baik mencoba lah daripada diam tanpa usaha. Mumpung akunya semangat juga nulisnya biar pas lupa bisa baca di sini saja.
1. Makan
Aku adalah tipe yang menghukum diri dengan tidak makan saat melakukan kesalahan. Sempat divonis gagal membedakan kebutuhan dasar dengan keinginan untuk eksis. Kalau udah merasa diremehkan langsung lupa semua, pengennya cepet-cepet buktikan aku bisa. Terus rutinitas berubah. Lupa makan, kurang tidur, screen time berlebihan.
Setelah kesentil dengan burn out, saat ini aku berjuang sekeras mungkin agar bisa makan teratur dan berenergi. Aku wajib merasa "penuh" dan semangat agar kuat melalui hari-hari.
2. Memiliki perlengkapan skin care
Bangun pagi, mandi, terus menyayangi diri dengan perawatan kulit. Surga dunia.
Untuk mencapai pemahaman itu, aku terus-menerus bergulat dengan diriku sendiri.
Aku sangat mudah terpengaruh dengan omongan orang. Nah dulu aku terjebak dengan pengetahuan bahwa berdandan itu hanya bagi mereka yang ganjen.
Sekarang barulah paham, make up beda dengan skincare. Aku jauh lebih mengerti bila perawatan diri itu tidak ada hubungannya dengan cewek genit.
Perawatan tubuh atau kulit secara khusus sudah menjadi bagian tanggung jawab untuk merawat diri sebagai bentuk syukur karena aku dikasih Tuhan. Iya memang sering ndablegnya. Makanya sekarang sebelum memulai hari, aku mengapresiasi diri dulu dengan perawatan sederhana di pagi hari.
3. Me time membaca buku atau menonton drama
Biasanya setelah menyiapkan sarapan, lelah sekali. Butuh recharge energi dengan buku bergambar atau novel.
Dan entah kenapa novel yang muncul biasanya sangat related dengan apa yang aku butuhkan.
Begitu pula dengan drama seri atau film. Rata-rata bikin mewek yang bisa mengalirkan sampah-sampah emosi yang tertimbun.
Aku akhirnya menerima bila menangis bukan lagi bukti kelemahan diri ya kalaupun lemah juga gak papa. Manusia kan sepaket ada lemahnya dan ada kuatnya. Gak perlu memaksa untuk terus menerus kuat. Jika menuntut selalu kuat, burn out mungkin memaksa juga untuk aku tidak melakukan apa-apa.
4. Berekspresi dengan memotret
Aku bukanlah tipe terbuka kepada orang lain. Meskipun dengan yang terdekat sekalipun.
Menekuni memotret membuatku bisa pelan-pelan berkomunikasi. Aku jadi bisa sedikit demi sedikit mengekspresikan apa yang aku rasa.
Foto-foto yang aku ambil seolah berbicara padaku, "Ungkapkan saja, aku mau mendengarkanmu."
Aku ingin merasa dianggap. Saat ini maunya sama diri sendiri. Biar mantap dulu dengan batasan pribadi. Lagi pula bila bukan diri sendiri, lantas siapa yang benar-benar paham?
5. Waktu khusus bersama Tuhan
Sering kelewatan padahal Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha Penyayang.
Mau nangis tantrum, mau merengek, atau malah banjir air mata. Bebas. Yang penting hati lega dan yakin Tuhan pasti menolong.
Burn out kemarin pas sudah kaya orang linglung, ambil wudhu, terus sholat dhuha. Ademmm. Segala sakit perlahan memudar. Napas bisa teratur keluar.
Tidak ada komentar