KEMBALI PULANG KE DIRI SENDIRI

Mulai merasa tidak nyaman dengan orang-orang di sekeliling. Semua nampak tidak bersahabat dan banyak komentar tentang hal-hal yang tampak sepele tetapi menyakitkan.

Aku mengikuti mas Adjie dari tahun 2015.


Sejak itulah mulai sadar untuk memperhatikan kesehatan jiwa. Kembali, membawa segala rasa yang ada untuk melangkah pulang ke yang paling mengerti dan memahami yaitu diri sendiri.

Ini yang sering terjadi, membiarkan orang lain memporak-porandakan hati 

MENGENAL DIRI SENDIRI

"Ih kok jadi baper ya dibilang lebay sama tetangga. Ya biarin sih lebay, kalau anak gue ilang emang situ mau direpotin."

See, as easy as buying ice cream at Alpamart. Tidak perlu usaha keras, aku langsung terpengaruh dengan sindiran, komentar, atau pujian orang lain.

Keengganan diri untuk mengenal lebih jauh membuat orang lain dengan gampang mengubah perasaan aku dari biasa saja menjadi kecewa. 

Mendadak sedih dan terpuruk ketika orang-orang mengkritik apa yang aku lakukan. Padahal yang aku inginkan adalah penerimaan. Inilah caraku. Aku ingin sekali terlihat sempurna lantas menuntut orang lain agar melihat kesempurnaan tersebut bukan melulu fokus pada kekurangan.

Orang lain ya orang lain. Tidak bisa aku menuntut untuk mereka sesuai dengan apa yang aku mau begitu juga sebaliknya mereka. Mereka seharusnya tidak bisa bersikap seolah aku harus sesuai dengan sangkaan mereka.

Padahal jika kita mau berusaha sedikit saja mengetahui siapa diri aku maka hidup akan jauh lebih  nikmati. 

Dalam konteks ini, aku sebaiknya mulai membangun lagi kesadaran untuk tidak mengemis perhatian dari orang lain tetapi kembali ke diri sendiri.

aku adalah anak yang haus akan apresiasi orang lain
MULAI LAGI DARI AWAL

Setelah niat untuk pulang, ada pintu gelap dan menakutkan yang terbuka. Jalan menuju masa lalu yang belum termaafkan. Jangankan melepaskan, jari-jari pun masih dengan erat menggenggam. Menahan sakit. 

Semua orang tidak ada yang mau memahami tetapi aku terus mendesak agar mereka mau menghargaiku. Berapa? Ah ternyata mereka sama saja dengan orangtuaku. Hanya menganggap uang adalah sumber bahagia. Padahal aku hanya ingin pelukan, telinga untuk mendengar bukan hanya tentang prestasi tetapi juga frustasi, dan menerima aku apa adanya.

setelah berdamai dengan masa lalu maka masa kini dan saat ini adalah nyata
Terima kasih akhirnya Tuhan memberikan kesempatan untukku perlahan-lahan memaafkan diriku sendiri. Belajar menerima segala yang ada di masa lalu. Tidak perlu dibawa-bawa ke masa kini. Saat ini.

Ketika aku mulai paham, pada akhirnya manusia mempertanggungjawabkan semuanya sendiri. Kemudian kenapa harus memaki dan menghakimi ketika satu per satu teman pergi.

Mulai lagi dari awal. Apa yang salah dari itu? Mungkin karena awal selalu terasa berat dan melelahkan maka dari itu aku marah jika harus kembali mengayunkan kaki seperti pertama kali.

BERTAHAN DALAM MASA SULIT


Mas Adjie bersama Uda Irfan memperkuat niatku belajar melihat kenyataan. Bukan melulu hanyut dalam ketakutan dan juga tuntutan-tuntutan.

Aku sadar bahwa aku sering terjebak dalam ruang dan waktu yang terus mengingatkan akan rasa sakit akan pengharapan yang tidak terwujud atau sesuai dengan keinginan. Depresi yang berkelanjutan. 

Bagaimana aku bisa mendidik anak-anak tanpa kekerasan sementara begitulah caraku dulu dididik. Sementara suamiku pulang, main sama anak sebentar habis itu ribut nyuruh anak-anak tidur. Apa karena aku sudah dapat izin untuk memiliki aktivitas di luar rumah lantas harus menggantinya dengan mengurus anak 24 jam penuh? Ya aku jadi dengan mudah terbawa perasaan. Cepat lelah dan tidak memiliki keinginan bergerak. Namun bila malam tiba otak begitu aktif, pikiran riuh. Namun badan sudah ingin istirahat. Akhirnya begadang nonton film di hp sampai dini hari. Bangun siang. Besoknya jadi malas bergerak, main hp sambil tiduran, malas makan, anak-anak tidak terurus secara maksimal, rumah terbengkalai. 

"Oh itu normal kok."

Kalimat yang nyes di hati.

Terima kasih Ruang Napas yang mau menerima aku pulang tanpa penghakiman. 


Senang punya rumah yang bisa pulang kapan saja tanpa ditanya kenapa

Begitulah hidup, agar bisa lolos dari ujian satu ke ujian yang lain. Hingga akhirnya sadar akan Kuasa-Nya.
"Kembalilah ke diri sendiri karena bahagia ada di sana." -phalupiahero

Mau sempurna apapun manusia itu pasti akan terlihat kurangnya. Namun apakah aku akan membiarkan kekurangan itu menghilangkan hak aku untuk bahagia? Tentu saja tidak. Aku pastinya ingin terus memelihara kebahagiaan diriku dengan tidak mencarinya keluar melainkan merawat yang sudah ada di dalam. Baik di rumah maupun hatiku.

Good Night, Phalupi Apik Herowati 

(690)

Tidak ada komentar