Ceritanya mau menulis tentang cara berdamai dengan "masa depan" tetapi setelah perubahan suasana hati yang signifikan jadi ganti haluan. Apaan? Curhat lah!
Semenjak berniat menulis secara runut, aku sekarang lagi banyak baca. Entah itu baca cepat atau baca mendalam hingga selesai satu buku.
Nah saking rajinnya sampai-sampai copas yang panjang mirip kereta juga dibaca. Lagi asyik baca ada pesan baru yang masuk, inti pesan itu sih sebenarnya agar lebih waspada menyikapi maraknya para penjahat yang mengincar anak-anak. Namun pilihan katanya tidak membangkitkan rasa hati-hati melainkan paranoid.
Sebagai seorang penyintas *korban KDRT dan pelecehan, ada semacam alarm yang aktif. Semua kejadian terulang dan memberikan serangan panik serta dada berdebar. Ada semacam tusukan-tusukan di area dada dan punggung.
"Siapa yang menulis? Apakah kamu menulisnya sendiri?" aku bertanya dengan berusaha menjaga tangan-tangan yang gemetar.
"Tidak aku hanya copas," ujarnya enteng.
Inginku mengumpat tetapi percuma, aku tahu dia adalah manusia bebal. Lagi pula, berbalas pesan marah tak akan menyelesaikan masalah.
"Apakah kamu membaca isi pesan yang kamu copas? Apakah kamu sudah memahami isinya? Dan apakah kamu memikirkan perasaan apa yang akan tercipta jika para penyintas membaca?"
"Kan aku hanya berbagi saja."
"Bukankah tidak masuk akal membagi sesuatu tanpa kamu pahami esensi beritanya?"
Di dunia yang saat ini bergantung pada jari-jari yang klik share atau yang lebih parah asal copas tanpa tahu apa yang dibagi, nasib para pembaca teliti sungguh memprihatinkan. Kami harus berjuang dengan keras untuk memberikan edukasi pada orang-orang yang jarinya tidak disekolahkan dengan baik lalu mendapat pandangan sinis.
Jika kamu sendiri saja malas membaca copas sepanjang itu kenapa menyuruh orang lain untuk membacanya? Tolong lah untuk mulai membaca dengan pelan lalu dipahami baru setelah kamu yakin itu bermanfaat bagi orang lain barulah kamu bagi.
Niatnya memang berbagi makanya kamu harus benar-benar memastikan kalau berita yang kamu bagi itu berguna.
"Ah begitu aja dibikin ribet sih!"
Ya kalau kamu gak mau ribet ya gak usah berbagi artikel yang tidak kamu tulis sendiri, tidak kamu baca, bahkan tidak kamu pahami. Masih banyak cara lain untuk eksis di grup WA atau media sosial dengan cara yang baik.
Tulisan apabila kamu membaca dan memahaminya dengan baik, bisa memberikan efek luar biasa. Tulisan bisa mengubah sudut pandang seseorang, membuat orang sadar, atau mungkin jadi seseorang yang jahat. Belum lagi menambah keyakinan akan sesuatu yang menjadikannya fakta-fakta yang mungkin dia jadikan sumber informasi yang relevan dalam menyelesaikan masalah.
Terus bagaimana kalau tulisan yang kamu bagi adalah hoax?
![]() |
orang bijaksana pasti berusaha membagi berita yang sudah dipastikan itu fakta |
Selain itu, bukankah membahagiakan jika sesuatu yang kita bagi memberikan efek senyum-senyum simpul mengingat kenangan manis bukan justru membuat tangisan merana meledak. Butuh banyak masukan dan kenangan indah yang banyak untuk sekedar menghapus satu kenangan buruk.
"Semua orang bodoh bisa tahu. Masalahnya adalah bagaimana memahaminya." - Albert Einstein-Baca, pahami, klik bagi! Kalau kamu memang tidak ingin kebodohanmu menjadi rahasia umum maka benar-benar pahamilah sesuatu sebelum kamu bagi. Lebih bagus lagi masukkan empati pada setiap hal yang kamu bagi.
Berbagi kan agar dinikmati banyak orang maka jangan biarkan orang lain justru merasakan khawatir, gelisah, bahkan bersedih hati.
Mari pahami sebelum berbagi, mari berempati bukan menghakimi., dan mulai dari diri sendiri yang mau membaca dengan teliti.
(502)
Tidak ada komentar