Selfie Bukti Kesadaran Diri

"Ih selfie mulu, narsis banget sih."

"Sok kecantikan deh, IGnya isinya foto selfi menyon semua."

Orang lain punya mulut, bisa komen seenaknya, sering menghakimi tanpa empati terus aku terima aja dihina. Aku memiliki kecenderungan meremehkan diri sendiri karena label "broken home" yang tanpa sadar ada di jidat. Kejadian-kejadian pahit di masa lalu membentuk aku saat ini. Terlalu mudah menganggap orang lain jauh lebih berhak atas diri ini daripada diriku sendiri. Begitu dikomen pasti ujungnya gak jadi berbagi momen selfie di media sosial. Padahal ingin berbagi obat jerawat yang siapa tahu bisa bermanfaat bagi follower.

Selfie hanyalah awal kekinian yang kebetulan kerusakannya lebih terlihat daripada manfaatnya. Dicap narsis, hanya cari viral, atau bisa menyebabkan penyakit psikologis yang disebut selfitis.

Aku suka foto, paduan warna dan juga momen. Reaksi orang lain justru yang merusak semua kesenangan. Salahku juga terlalu mendengarkan dan mempedulikan orang lain.

Namun semakin banyak bersosialisasi lalu bertemu dengan banyak orang, dan mendengar banyak cerita-cerita miris; kemudian muncul keinginan untuk menyadarkan diri yang lebih tinggi. Ada banyak orang yang jauh lebih pahit hidupnya daripada diriku jadi kenapa harus merasa bersalah. Kenapa harus mengikuti kata-kata orang yang kalau komen aja tidak membawa kesadarannya.

Aku selfie karena suka memotret dan dipotret, paduan warna yang dihasilkan juga, dan yang paling penting adalah momen. Kembali merasakan momen indah adalah surga bagi pelupa tetapi suka detil sepertiku.

Aku mulai menggali pose-pose selfieku, apa yang sedang aku sembunyikan dalam pose-pose itu. Aku belajar mengenali diri sendiri lalu sadar bahwa senyum itu memang tersungging apa adanya bukan ada apanya.

Terserah orang lain mau komentar apa. Aku akan berdamai saja. 

Keras terhadap diri sendiri untuk memenuhi target diri bukan orang lain. Sadar bahwa target masing-masing orang berbeda jadi kenapa harus menggantungkan kepuasan dari komentar orang lain yang tidak memahami diriku.

Orang dewasa sepertiku yang pernah mengalami penelantaran emosi pastilah berjuang untuk bisa sadar secara utuh. Menerima diri sendiri lantas berterima kasih sudah berjuang hingga detik ini.

Ya terima kasih diriku yang sudah mulai kembali sadar untuk menghargai diri sendiri.

Terima kasih sudah bertahan hingga detik ini.

Apapun bentuknya jika dirasa bermanfaat, kumpulkan segenap kesadaran dan keikhlasan untuk berbagi. 

Tidak ada komentar