[Komentar Apik] Anakku Guruku, Buku Penggugah Kalbu



Judul        : Anakku Guruku, Kisah Inspirasional Para Orang Tua Tabah Mengasuh Anak-Anak Penyandang Kondisi Langka

Penulis     : dr. Benatha Hardani, Yani Dewi Mulyaningsih, Yulis Setia Tri Wahyuni, Ratih Rachmadona, Amalia Mustika Sari, Resty Utari, Siti Saripah,
Chatra Utami Fauzia Rista

Penerbit   : Zaman

Halaman  : 305

Tahun      : 2017

Perjuangan Harsya
Saat itu dia berkata, "Ben, there must be something wrong with your life. Hidup kamu terlalu happy, kayak gak ada kurangnya. Hati-hati aja, sih Ben, yang namanya roda berputar. Kalau sekarang hidup kamu lagi di atas, someday kamu bakal berada di posisi bawah." (halaman 3)
Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita tuai. Marilah kita keluar dari zona nyaman, meloncati batas, lalu mengalahkan apa yang menurut kita tidak mungkin, lakukan semua demi anak spesialmu. Belajarlah lebih giat, bacalah lebih banyak, carilah ilmu lebih luas, bertanyalah ke berbagai tempat. Jangan takut. Jangan menyerah. Sejatinya, tidak ada perjuangan dan pengorbanan yang sia-sia. (halaman 47)

Pelajaran Iftiyah
 Anakku, andai saja Mama tak pernah menyaksikan semua ini. Andai engkau tak pernah menjalani kesakitan ini. Mungkin hati Mama tak sepedih ini. Tapi tidak, Nak. Inilah hidup. Sebuah drama seri yang akhirnya akan tamat. Naskahnya telah lebih dulu diketik Sang Pemilik Hidup. Kita hanya pemeran, entah itu protagonis atau antagonis. Honornya akan kita dapat di akhirat kelak. Maka, bersabarlah, Nak. Mama pun akan berusaha tabah. Relakan, ya Nak. Mama juga akan berupaya ikhlas dan berjuang lebih keras. (halaman 75)

Pelajaran Faiq
Saya tidak pernah bermaksud menjauhi saudara, tetangga, bahkan teman-teman. Namun begitu, saya tidak mungkin membawa serta Faiq yang tidak menyukai keramaian dan orang asing. Saya juga tidak mungkin membawa Faiq ketika anak teman saya nyaris dijambak atau dipeluk sekuat tenaga. Saya juga tidak mungkin membiarkannya menerima makanan-makanan yang diberikan kepadanya, sedangkan ia harus diet ketat. Saya menarik diri. Saya lantas berpikir apa yang sebaiknya harus saya lakukan. Dan, akhirnya saya bertekad memperbaiki perilaku sosial Faiq, membantunya agar bisa berkomunikasi verbal. Ya, saya harus membangunkan dia dari dunianya. (halaman 101)
 
Pelajaran Savira
Di usia anak kami yang baru 4 hari, saya ingat sekali momen ini. Inilah pertama kalinya saya menangis sejadi-jadinya ketika hanya berdua dengan Safira di rumah. Bukan kondisinya yang saya tangisi. Bukan juga karena saya tidak terima keadaanya. Tapi, lebih pada rasa takjub dan rasa syukur saya atas kebesaran Allah. Dengan kuasa-Nya, Safira masih bertahan hingga lahir di dunia ini. Berkali-kali saya ucapkan terima kasih kepada bayi ini, juga meminta maaf jika mungkin selama di kandungan ada kelalaian yang sudah saya perbuat, baik sengaja maupun tidak. (halaman 136-137)

Pelajaran Aisha
Bagi saya, sumber kepercayaan diri saya salah satunya disumbangkan dengan mengenal kelainan jantung Aisha secara lebih detail. Dengan mengenal kelainan ini, berarti saya memahami bagaimana kedaruratannya, apa treatment-nya, sehingga saya tidak dihantui kepanikan yang tidak perlu. (halaman 188)

 Pelajaran Taufan
Pada saat buah hati kita terdiagnosis penyakit kanker, satu hal yang perlu kita ingat, keluarlah dari kata "mengapa", beri waktu untuk menenangkan diri sepanjang yang diperlukan. Namun, tentunya tidak berlarut-larut. Bijak pada diri sendiri dengan menargetkan sekitar tiga bulan untuk berusaha damai dengan keadaan. Dalam rentang waktu itu, tetaplah mengganti informasi, lebih mendekatkan diri kepada Allah, menjalin komunikasi yang sehat dengan keluarga, meyakini bahwa Allah tidak akan menguji di luar kemampuan hamba-Nya, juga memercayai ada hikmah dibalik setiap peristiwa hidup yang kita alami. (halaman 236-237)

Pelajaran Felice
Jangan menganggap anak-anak dengan kondisi istimewa sebagai anak-anak yang tidak dapat berkembang, tidak dapat bahagia, tidak dapat berdaya. Kitalah yang harus mengubah cara pandang kita. Kitalah yang harus memperluas perbendaharaan cara berpikir kita. Justru anak-anak ini akan membuat jiwa kita semakin kaya. Kaya dengan empati, kaya dengan rasa syukur. (halaman 262)

Pelajaran Ghaidan

Ghaidan adalah sebuah petunjuk bagi saya. Dia menunjukkan kepada saya bagaimana cara menjadi orangtua yang spesial, kuat, tegar, dan dapat melihat dunia secara lebih luas. Menerima segala kelebihan dan kekurangan pada diri saya, juga dirinya dengan jiwa besar, serta menjadikan kelebihan maupun kekurangan tersebut sebagai mesin pompa semangat saya dalam menjalani hidup ini. (halaman 296)

Buku ini adalah yang terberat sepanjang perjalanan membacaku. Tentu saja karena aku serasa dilempar kembali ke masa Gian Segara Abhipraya divonis harus operasi di umurnya yang baru masuk enam bulan. GianGaraGembul memang terkena BCGitis karena kesalahan posisi saat imunisasi BCG. Bakteri yang masuk ternyata mengaktifkan kelenjar getah bening yang ada di ketiaknya dan menimbulkan benjolan. Saat itu aku ingat sering menangis di tengah malam dan mencium GianGaraGembul. Berharap sakitnya berpindah ke aku.

Kisah lengkapnya klik saja Jangan Bilang Kasihan karena Menyakitkan!

Setelah selesai, aku jadi mengerti kenapa buku ini diberikan padaku. Tentu untuk mengembalikan kesadaran bahwa anak itu anugerah bagaimana pun keadaannya. Tidak lagi hanya berusaha sabar dan pengertian ketika anak sakit tetapi terus menerus berlatih untuk menerima anak apa adanya. Kelebihan juga kekurangan. Ya seperti GianGaraGembul menerima aku apa adanya.

Ya kadang aku lupa kalau punya anak luar biasa. Beratnya memang kurang kalau dibanding anak seumuran, apalagi tinggi badan. Namun secara kognitif, GianGaraGembul berkembang lebih cepat dibanding anak seumuran.

Pasti banyak hal yang membuat anak ini berharga. Dalam sakitnya saja dia luar biasa apalagi dia sehat. Hanya perlu mengubah sudut pandang aku, bahwa bahagia bukan karena anak lebih dari anak lain melainkan keberadaan dia dengan segala dinamikanya adalah harta karun. Tidak bisa dibandingkan dengan apapun di dunia ini.

Terus bersyukur dengan setiap perubahan yang ada. Berbahagia dan sadar bahwa proses bersama anak inilah yang nantinya akan juga mendewasakan aku, tidak hanya sebagai ibu tetapi juga sebagai pribadi. Tidak perlu terburu-buru, cukup fokus dan menyerahkan semua hasilnya pada Sang Pemilik Hidup.

Terima kasih kepada ibu-ibu hebat dalam buku ini yang berbagi pengalaman luar biasa. Semoga lebih banyak ibu-ibu yang membaca dan mengambil hikmah.

Bagi yang penasaran buku ini bisa cari di:
www.penerbitzaman.com
IG @penerbitzaman

Tidak ada komentar