[Komentar Apik] Anakku Guruku, Buku Penggugah Kalbu



Judul        : Anakku Guruku, Kisah Inspirasional Para Orang Tua Tabah Mengasuh Anak-Anak Penyandang Kondisi Langka

Penulis     : dr. Benatha Hardani, Yani Dewi Mulyaningsih, Yulis Setia Tri Wahyuni, Ratih Rachmadona, Amalia Mustika Sari, Resty Utari, Siti Saripah,
Chatra Utami Fauzia Rista

Penerbit   : Zaman

Halaman  : 305

Tahun      : 2017

Perjuangan Harsya
Saat itu dia berkata, "Ben, there must be something wrong with your life. Hidup kamu terlalu happy, kayak gak ada kurangnya. Hati-hati aja, sih Ben, yang namanya roda berputar. Kalau sekarang hidup kamu lagi di atas, someday kamu bakal berada di posisi bawah." (halaman 3)
Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita tuai. Marilah kita keluar dari zona nyaman, meloncati batas, lalu mengalahkan apa yang menurut kita tidak mungkin, lakukan semua demi anak spesialmu. Belajarlah lebih giat, bacalah lebih banyak, carilah ilmu lebih luas, bertanyalah ke berbagai tempat. Jangan takut. Jangan menyerah. Sejatinya, tidak ada perjuangan dan pengorbanan yang sia-sia. (halaman 47)

Pelajaran Iftiyah
 Anakku, andai saja Mama tak pernah menyaksikan semua ini. Andai engkau tak pernah menjalani kesakitan ini. Mungkin hati Mama tak sepedih ini. Tapi tidak, Nak. Inilah hidup. Sebuah drama seri yang akhirnya akan tamat. Naskahnya telah lebih dulu diketik Sang Pemilik Hidup. Kita hanya pemeran, entah itu protagonis atau antagonis. Honornya akan kita dapat di akhirat kelak. Maka, bersabarlah, Nak. Mama pun akan berusaha tabah. Relakan, ya Nak. Mama juga akan berupaya ikhlas dan berjuang lebih keras. (halaman 75)

Pelajaran Faiq
Saya tidak pernah bermaksud menjauhi saudara, tetangga, bahkan teman-teman. Namun begitu, saya tidak mungkin membawa serta Faiq yang tidak menyukai keramaian dan orang asing. Saya juga tidak mungkin membawa Faiq ketika anak teman saya nyaris dijambak atau dipeluk sekuat tenaga. Saya juga tidak mungkin membiarkannya menerima makanan-makanan yang diberikan kepadanya, sedangkan ia harus diet ketat. Saya menarik diri. Saya lantas berpikir apa yang sebaiknya harus saya lakukan. Dan, akhirnya saya bertekad memperbaiki perilaku sosial Faiq, membantunya agar bisa berkomunikasi verbal. Ya, saya harus membangunkan dia dari dunianya. (halaman 101)
 
Pelajaran Savira
Di usia anak kami yang baru 4 hari, saya ingat sekali momen ini. Inilah pertama kalinya saya menangis sejadi-jadinya ketika hanya berdua dengan Safira di rumah. Bukan kondisinya yang saya tangisi. Bukan juga karena saya tidak terima keadaanya. Tapi, lebih pada rasa takjub dan rasa syukur saya atas kebesaran Allah. Dengan kuasa-Nya, Safira masih bertahan hingga lahir di dunia ini. Berkali-kali saya ucapkan terima kasih kepada bayi ini, juga meminta maaf jika mungkin selama di kandungan ada kelalaian yang sudah saya perbuat, baik sengaja maupun tidak. (halaman 136-137)

Pelajaran Aisha
Bagi saya, sumber kepercayaan diri saya salah satunya disumbangkan dengan mengenal kelainan jantung Aisha secara lebih detail. Dengan mengenal kelainan ini, berarti saya memahami bagaimana kedaruratannya, apa treatment-nya, sehingga saya tidak dihantui kepanikan yang tidak perlu. (halaman 188)

 Pelajaran Taufan
Pada saat buah hati kita terdiagnosis penyakit kanker, satu hal yang perlu kita ingat, keluarlah dari kata "mengapa", beri waktu untuk menenangkan diri sepanjang yang diperlukan. Namun, tentunya tidak berlarut-larut. Bijak pada diri sendiri dengan menargetkan sekitar tiga bulan untuk berusaha damai dengan keadaan. Dalam rentang waktu itu, tetaplah mengganti informasi, lebih mendekatkan diri kepada Allah, menjalin komunikasi yang sehat dengan keluarga, meyakini bahwa Allah tidak akan menguji di luar kemampuan hamba-Nya, juga memercayai ada hikmah dibalik setiap peristiwa hidup yang kita alami. (halaman 236-237)

Pelajaran Felice
Jangan menganggap anak-anak dengan kondisi istimewa sebagai anak-anak yang tidak dapat berkembang, tidak dapat bahagia, tidak dapat berdaya. Kitalah yang harus mengubah cara pandang kita. Kitalah yang harus memperluas perbendaharaan cara berpikir kita. Justru anak-anak ini akan membuat jiwa kita semakin kaya. Kaya dengan empati, kaya dengan rasa syukur. (halaman 262)

Pelajaran Ghaidan

Ghaidan adalah sebuah petunjuk bagi saya. Dia menunjukkan kepada saya bagaimana cara menjadi orangtua yang spesial, kuat, tegar, dan dapat melihat dunia secara lebih luas. Menerima segala kelebihan dan kekurangan pada diri saya, juga dirinya dengan jiwa besar, serta menjadikan kelebihan maupun kekurangan tersebut sebagai mesin pompa semangat saya dalam menjalani hidup ini. (halaman 296)

Buku ini adalah yang terberat sepanjang perjalanan membacaku. Tentu saja karena aku serasa dilempar kembali ke masa Gian Segara Abhipraya divonis harus operasi di umurnya yang baru masuk enam bulan. GianGaraGembul memang terkena BCGitis karena kesalahan posisi saat imunisasi BCG. Bakteri yang masuk ternyata mengaktifkan kelenjar getah bening yang ada di ketiaknya dan menimbulkan benjolan. Saat itu aku ingat sering menangis di tengah malam dan mencium GianGaraGembul. Berharap sakitnya berpindah ke aku.

Kisah lengkapnya klik saja Jangan Bilang Kasihan karena Menyakitkan!

Setelah selesai, aku jadi mengerti kenapa buku ini diberikan padaku. Tentu untuk mengembalikan kesadaran bahwa anak itu anugerah bagaimana pun keadaannya. Tidak lagi hanya berusaha sabar dan pengertian ketika anak sakit tetapi terus menerus berlatih untuk menerima anak apa adanya. Kelebihan juga kekurangan. Ya seperti GianGaraGembul menerima aku apa adanya.

Ya kadang aku lupa kalau punya anak luar biasa. Beratnya memang kurang kalau dibanding anak seumuran, apalagi tinggi badan. Namun secara kognitif, GianGaraGembul berkembang lebih cepat dibanding anak seumuran.

Pasti banyak hal yang membuat anak ini berharga. Dalam sakitnya saja dia luar biasa apalagi dia sehat. Hanya perlu mengubah sudut pandang aku, bahwa bahagia bukan karena anak lebih dari anak lain melainkan keberadaan dia dengan segala dinamikanya adalah harta karun. Tidak bisa dibandingkan dengan apapun di dunia ini.

Terus bersyukur dengan setiap perubahan yang ada. Berbahagia dan sadar bahwa proses bersama anak inilah yang nantinya akan juga mendewasakan aku, tidak hanya sebagai ibu tetapi juga sebagai pribadi. Tidak perlu terburu-buru, cukup fokus dan menyerahkan semua hasilnya pada Sang Pemilik Hidup.

Terima kasih kepada ibu-ibu hebat dalam buku ini yang berbagi pengalaman luar biasa. Semoga lebih banyak ibu-ibu yang membaca dan mengambil hikmah.

Bagi yang penasaran buku ini bisa cari di:
www.penerbitzaman.com
IG @penerbitzaman

5 Langkah Tetap Bahagia Punya Banyak Grup WA

Siapa sih yang mau harinya menjadi semakin berat untuk dijalani? Namun berdasarkan penelitian pribadi, mengamati diri sendiri dan beberapa orang terdekat, aplikasi pesan bernama Whatsapp(WA) justru membuat hari-hari semakin melelahkan.

Kok bisa begitu? Ya karena dunia ada dalam genggaman, apa yang kita inginkan tersaji dengan cepat. Aplikasi yang tercipta guna menambah kecepatan itulah yang terkadang membuat kita terlena. Kita tergoda untuk  mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. Pikiran bercabang, otak dipaksa fokus ke beberapa hal sekaligus. Belum masak selesai, eh sudah lihat grup arisan, terus lompat ke grup menulis. Baru baca sekilas, notifikasi grup RT ramai. Mau gak mau pindah fokus lagi.

Aplikasi diciptakan untuk memberikan kemudahan bukan menambah kelelahan. Whatsapp, aplikasi pesan yang sangat booming karena fitur-fitur yang memperlancar komunikasi malah membuat hari semakin berat dijalani.

"Eh punya whasapp kan?"
"Ya udah bikin grup WA aja."
"Ampun deh, masa grup WA lagi."
"Iya hp aku eror nih kebanyakan grup."

Tidak ada salahnya memiliki banyak grup, berbagi macam-macam informasi, atau mempererat tali silaturahmi. Asalkan kita juga berkembang atau upgrade. Tidak hanya aplikasi saja yang perlu perbaikan, kita juga butuh teknik agar tidak menjadi budak aplikasi itu sendiri. Tetap bisa seimbang antara dunia nyata dengan dunia maya.

Terus bagaimana caranya kita menjaga fokus dan tetap menjalani hari dengan bahagia? Di sini aku coba tulis lima langkah ala Emak Sensi ya. Semoga bermanfaat!

1. Baca dengan teliti

Beberapa grup WA yang aku ikuti, kompak memberikan edukasi: PAHAMI SEBELUM BERTANYA!

Dari sanalah aku belajar bahwa, sering bikin sewot orang karena ketidaksabaranku dalam menyelesaikan satu instruksi sederhana. Misal, sudah ditulis kalau artikel yang harus dibuat adalah bebas. Bebas kecuali tema religi. Tentu saja karena buru-buru, main sambar aja: BOLEHKAH AKU MENULIS TENTANG BERSYUKUR ATAS NIKMAT TUHAN?

Plaaak!

Cepat belum tentu benar. Cepat tidak juga membuktikan kita lebih baik. Tidak tersambungnya komunikasi dengan baik saat ini karena kita terpaku pada kecepatan bukan pemahaman.

Baca dengan teliti. Apabila memiliki banyak grup aktif dengan diskusi-diskusi maka kita harus memiliki waktu khusus untuk membaca lalu memahami. Biar saat kita memberikan tanggapan, tidak salah tempat dan juga tidak menanyakan ulang apa yang sudah ada dalam materi. Bila tidak mampu maka sebaiknya dengan penuh kesadaran, keluarlah dari grup tersebut.

Setiap orang memiliki titik baliknya masing-masing hingga akhirnya dengan sadar membaca

2. Beri tanda bintang

Sebenarnya apa yang kita inginkan ketika masuk ke dalam satu grup? Kalau aku ilmu. Bukan sekedar berbagi info yang belum diketahui kebenarannya dan juga asal copy paste. Pernah aku dan suami banyak-banyakan grup. Hahaha... Dari kompetisi itulah aku tersadar, buat apa banyak grup kalau tidak ada yang bisa diambil manfaatnya?

Di Whatsapp sendiri, ada satu fitur pembantu yang bisa kita gunakan agar ilmu yang kita peroleh bisa tersimpan. Sering kan ya baru ditinggal sebentar satu pesan penting malah tertimbun dengan ratusan chat basa-basi yang keluar dari inti. Beri tanda bintang sesegera mungkin setelah kita merasa pesan itu memberikan ide atau sesuatu yang akan kita terapkan.


Pesan tidak akan hilang ketika kita membersihkan semua percakapan

3. Catat bila ada yang ingin diulang

"Ah hidung kalau gak nempel juga ilang."

Itu ledekan zaman masih kerja bareng seorang teman yang pelupa parah. Semacam kena  short memory lost syndrome. Sekarang mungkin aku kualat, juga karena banyak hal yang aku kerjakan sekaligus, jadi sering kelupaan ide-ide yang akan dikembangkan menjadi tulisan.

Setelah memberikan bintang, biasanya aku catat lagi di buku khusus atau langsung di draft blog. Aku memastikan tidak kehilangan ide-ide luar biasa yang terkadang aku sendiri pun tak menyangka. Tak sangka aku bisa menuliskan ide itu. 😁

Ya kalau lagi kumat, gak nyadar bisa jadi pemberi saran yang bijak

4. Pindah foto dan video

Pindah ke memori eksternal, baik itu di ponsel maupun masuk laptop. Kan kita tidak pernah tahu kapan ponsel kita abis masa pakainya. Lebih baik punya cadangan kan. Sewaktu-waktu data-data kita tidak bisa diselamatkan karena hp ngambek, sudah ada candangan di tempat lain.


Berikan nama yang sesuai agar kita tidak lupa dimana kita simpan cadangan datanya

5. Jaga tetap bersih

Jika sudah memberikan bintang, mencatat, dan menyimpan semua data yang diperlukan maka selanjutnya menghapus semua percakapan.



Membersihkan layar percakapan buat aku sama dengan menjernihkan pikiran. Layar bersih artinya sudah selesai semua ekspektasi yang mungkin memenuhi pikiran.


Wah bersih dan melegakan

"Bahagia itu sederhana jika kita memang menganggapnya begitu. Sesederhana tahu apa yang benar-benar kita inginkan dalam hidup. Tidak ada salahnya punya banyak grup. Namun jika tidak bermanfaat dan kita tidak ikut ambil bagian di dalamnya. Buat apa?Semoga bukan untuk mengisi kesunyian yang ada di dalam jiwa kita."

Sebuah Rangkuman Produktif Bahagia


"Dulu orang gak produktif itu karena malas bekerja.
Sekarang orang gak produktif karena terlalu banyak pekerjaan yang ingin diselesaikan." (Adjie Santosoputro a.k.a Adjie Silarus)
Mungkin di sinilah awal aku merasa hidupku begini-begini saja. Aku menginginkan terlalu banyak hal dalam satu waktu untuk diselesaikan. Ditambah lagi pengharapan-pengharapan yang ditambahkan tanpa menyadari seberapa kualitas diri.

Di era internet yang serba cepat, keinginan kita untuk meraih kecepatan menyelesaikan aktivitas meningkat. Balas WA, email, sambil masak. Lalu apresiasi berupa like, love, bahkan viral entah kenapa begitu menggoda.

Ya seperti diriku yang memiliki ekspektasi terlalu tinggi. Selalu berharap orang lain memberi apresiasi tinggi terhadap apa yang aku lakukan. Hasilnya lelah pikiran diikuti lelah fisik. Pekerjaan selesai? Ah tentu saja tidak, hanya menumpuk dan menumpuk. Tidak ada rasa gembira yang ada hanya kumpulan rasa sia-sia. Aku menyakiti diriku sendiri.

Waktu fokus aku seolah kembali seperti anak-anak yang hanya bisa betah menuntaskan main selama 3 sampai 5 menit. Setelah itu pikiran kita melayang-layang entah itu ke masa lalu atau masa depan. Cek WA, buka facebook, atau live di Instagram.
Kurangnya apresiasi pada diri sendiri menjadi alasan utama

Multi tasking yang aku pikir bisa membuatku lebih baik ternyata tidak. Malahan membuat  pekerjaan lebih banyak karena fokus yang kurang menjadikan pekerjaan tidak selesai dengan baik dan serba nanggung. Tidak produktif karena berujung pada tidak tuntasnya satu pekerjaan.

"Done is better than perfect." Denny Santoso
Maaf tiba-tiba ingat buku sampul buku itu. Sampul buku yang mengingatkan untuk aku kembali kepada diriku. Siapa aku? Di mana aku? Apa misiku?

Kemudian aku mulai mencari lagi masuk ke dalam diriku. Ah aku butuh terapi hening nih. Awalnya aku tidak terlalu ngeh kalau teman-teman bilang, "Cari di youtube aja!". Ya Sekarang aku ketagihan, sudah lama tidak melakukan komunikasi dengan diri sendiri. Langsung kepikiran mas Adjie Silarus.

Yeiiiy aku temukan. Dan aku sudah minta izin untuk merangkum, menambahi dari yang aku pelajari, dan tulis di blog.

vlog Produktif Bahagia Adjie Santosoputro bersama kitabisa.com
1.
https://m.youtube.com/watch?t=1810s&v=xw6jLKrkBYE
2.
https://m.youtube.com/watch?v=xkZxPDcoPKY

Diawali dengan mengetahui apa itu produktif bagi diriku. Tentu saja kamu bisa menggambarkan dan menulis apa itu produktif menurutmu.

Produktif bagiku adalah bangun pagi, mandi, makan, dan menulis.

Lantas apa itu bahagia? Bahagia adalah rasa bermanfaat bagi diri sendiri.

Keras terhadap diri sendiri, lembut terhadap orang lain. Itu jawaban dari Mba Savira Fasilitator aku di kelas Matrikulasi Institut Ibu Profesional. Soalnya aku sering dapat pertanyaan, "Semua balik ke diri sendiri terus artinya egois dong mba?" Bukan egois itu keras ke orang lain, lembut ke diri sendiri. 

Bagaimana proses selanjutnya? 

1. Sadari dulu posisi kita saat ini

Siapa kita? Ibu yang bekerja di ranah domestik atau publik?

Siapa kita? Ibu dengan berapa anak atau masih calon ibu?

"Iya mba, kadang aku lupa kalau sudah punya anak. Pengennya ya mandi gak ada yang nangisin."

Yoyoy, sadar dulu ya! Kalau masuk akal ada interupsi anak saat kamu mandi. Ya kamu sudah punya anak. Justru kalau tidak ada interupsi, kamu harus bertanya-tanya. Jangan-jangan tepung satu kilo udah pindah dari plastik ke lantai. 😀

Kesadaran ini tidak mudah. Harus latihan terus dan terus. Nanti bila sudah terbiasa ada rasa rindu kalau sedikit saja kita kehilangan arah.

2. Tulis 3 aktivitas paling penting

Mandi
Makan
Menulis

Kok semua tentang diri sendiri? Aku ibu rumah tangga punya empat anak yang harus juga diurusi. Ketika kamu sudah selesai dengan dirimu sendiri maka akan dengan mudah beralih ke orang sekitarmu. Percaya deh. Hanya ibu bahagia yang bisa mengurus anak dan menjadikan anak bahagia.

Serius? Begini, contoh sederhananya adalah ketika kamu sebagai ibu empat anak bangun kesiangan karena memang belum punya jadwal tertulis yang rutin dan tidak ada persiapan tadi malam. Kamu belum sempat selesai dengan dirimu. Artinya kamu ngurus anak-anak dengan tergesa-gesa, belum mandi, dan lupa akan rasa lapar. Bubar semua. Gimana gak bubar? Satu tanya kaos kaki dimana, satu belum bangun juga, yang dua nangis rebutan mainan. Kamu yang belum mandi, gak sempat sarapan, dan belum sadar seutuhnya langsung dihadapkan dengan semua morning chaos, meledak!

Menulis tiga aktivitas yang paling penting bertujuan untuk melanjutkan kesadaran akan posisi kita. Oh besok aku ada acara sampai malam nih. Bagaimana caranya agar besok pagi dapat waktu berkualitas lebih lama dengan anak-anak? Semacam memasukkkan sugesti ke alam bawah sadar. Otak akan merespon rencana dengan membangunkan kita lebih pagi, selesai dengan kebutuhan kita, dan punya waktu lebih lama dengan anak. Kita bahagia, anak juga mengikuti.

3. Tulis tujuan yang paling tepat kenapa 3 aktivitas itu harus diselesaikan

Ah mengalir aja sih gak perlu ditulis. Ditulis itu biar ingat dan menjadikan tujuan semacam mantra yang kita masukkan ke alam bawah sadar.

Misal, kenapa sih harus mandi? Tujuan aku mandi adalah menyegarkan badan dan pikiran. Jika segar maka kita bisa menghadapi tantangan hari ini dengan lebih fokus.

4. Mulai langkah pertama

Ya setiap tujuan besar dimulai dengan langkah pertama. Mulai dengan langkah pertama yang ringan. Layaknya anak yang belajar jalan, kita juga harus mulai dengan merangkak, berdiri, melangkah dengan berpegangan galon atau tembok, setelah terjatuh dan bangun lagi, akhirnya bisa berjalan  lancar tanpa berpegangan.

"Aku punya tujuan jalan kaki 1 jam setiap pagi. Aku memulai dengan hanya keluar teras setiap pagi. Menikmati indahnya pagi hari. Lalu setelah terbiasa, aku mulai menikmati pagi dengan memakai sepatu. Baru setelah itu jalan-jalan sebentar ke luar teras. Dan akhirnya dengan sadar mulai jalan ke luar rumah." Adjie Santosoputro
Semacam memecah rencana dari yang besar menjadi kecil-kecil. Kenapa? Biar tidak merasa susah dan lelahnya dulu.

5. Bertahan pada saat ini

Saat kita menyelesaikan aktivitas. Fokus. Dari 10 menit misalnya. Pastikan interupsi sudah terkendali. Satu tugas selesai baru ke tugas yang lain. Begitu terus hingga semua yang ada di daftar tugas harian selesai. Ingat multi tasking membuat konsentrasi terpecah yang artinya memakan waktu lebih lama.

6. Terima segala rasa yang ada

Akan ada rasa mendesak untuk melakukan kegiatan yang lain saat kita sudah fokus. Terima saja, atur napas, dan kembali ke tugas.

Bila ternyata mandeg maka sebaiknya mengambil jeda atau istirahat. 

7. Terima setiap pikiran yang berkecamuk

Pikiran yang sering melintas bisa saja dari masa lalu atau masa depan. Ya diterima. Siapa sih orang yang gak baper kalau ngomongin masa lalu? Siapa pula yang gak penasaran kalau bahas masa depan? Namun kesadaran dan menerima akan membuat kita kembali pada masa kini.

Produktif bahagia semacam vaksin anti zombie bagiku. Hahaha...

"Jangan hanya hidup untuk bangun tidur dan tidur lagi."

Mulai selesai dengan diri sendiri lalu bisa beranjak mewujudkan mimpi yang lebih besar lagi. BERMANFAAT.


Kebahagiaan recehku adalah ketika tulisanku bisa dijadikan status WA temanku.




Terus bersyukur karena dianugerahi diri yang kuat, mau belajar, dan terus bertumbuh. 
Terus bersyukur karena memiliki orangtua yang membentuk aku sedemikian tangguh hingga hari ini.
Terus bersyukur karena menikah dengan pria yang mau diajak diskusi dan sabar.
Terus bersyukur karena diamanahi dua anak laki-laki yang sangat mudah dibahagiakan dan tulus memaafkan.
Terus bersyukur karena diberikan lingkungan yang mendewasakan.
Terima kasih Tuhan.
Terima kasih Allah.
Terima kasih Yang Maha Besar dan Maha Penyayang.

5 Percobaan Pengalihan Drama Potong Kuku




"Sakit gak bu?"
Pertanyaan pertama yang muncul ketika emak mendatangi si anak dengan potong kuku. Dalam bayangannya mungkin saja seperti seorang tukang ayam yang melayani pembeli lalu memotong habis bantalan dan lempengan kuku ayam hingga kutikulanya terus meneteskan darah.

Ihhh, serem.😲

Kenapa harus ada drama? Potong kuku saja kok ya? Berdasarkan pengalaman, ada saat dimana ibu terlalu bersemangat memotong kuku hingga melewati batas bebas yang bisa dipotong. Salah perhitungan sehingga melukai bantalan kuku yang ternyata masih jadi lanjutan kulit. Bantalan berwarna merah muda ini merupakan pendukung pertumbuhan kuku. Jika ikut terpotong otomatis kulit akan terluka dan berdarah karena merobek pembuluh di dalam kulit kuku. Rasa sakitnya bisa bertahan hingga tiga hari ke depan. Apalagi bila terkena air. Dari situlah drama berasal. Orang dewasa saja bisa berubah uring-uringan karena menahan perih, apalagi anak-anak.

Source:pinterest.com, edited by phalupiahero

Terus bagaimana dong ya? Kuku balita cepat panjang, kalau tidak segera dipotong bisa terjadi insiden cakar muka. Bangun-bangun ada aja sudut yang meninggalkan goresan. Ngeri juga kalau pas garuk-garuk kena mata atau hidung.

Drama bertambah rumit ketika si adik mencontoh kakak yang sudah berpengalaman merasakan sakit pada waktu potong kuku. Adik jadi sama ngototnya menolak potong kuku.

Nah, hal paling penting untuk diingat saat akan memotong kuku adalah potong di area bebas atau free edge, sisakan sedikit kuku! Apabila tidak menyisakan kuku biasanya bantalan kuku akan terluka. Luka yang menimbulkan drama.



Setelah memahami bagian yang boleh dan tidak boleh dipotong, ajak kakak untuk dipotong kukunya terlebih dahulu agar adik melihat tidak terjadi apa-apa. Yakinkan memang gak ada kesalahan dan kesakitan.

Lalu ada lima percobaan tambahan yang dapat dilakukan untuk pengalihan agar anak balita mau potong kuku. Tentu saja lima percobaan ini bisa berhasil atau gagal. Namun tidak ada salahnya untuk mencoba.

5. Ajak foto dulu

Butuh pengalih perhatian yang memang sesuai dengan kesukaan anak. Anak-anakku dua-duanya sejak bayi sudah terekspos kamera ponsel jadi begitu emaknya mendekatkan ponsel sudah langsung bergaya.

Begitu dia sibuk dengan ponsel, kita bisa ambil tangannya dan mulai potong kukunya.




4. Sambil cerita

Bersyukur punya anak-anak hebat yang bisa diajak diskusi. Itulah yang sekarang sedang emak tanamkan di diri emak sendiri. Tidak melulu melihat kekurangan atau kesalahan anak melainkan menggali apa kelebihan dan kekuatan mereka.

Buku adalah surga dunia yang sedang emak coba untuk tularkan kepada anak-anak. Begitu ada indikasi tidak mau potong kuku padahal kuku sudah panjang dan menghitam, emak menawarkan buku yang lagi jadi kesukaan. Potong kuku sambil bercerita. 

AHA... Sepertinya butuh buku yang cerita tentang akibat tidak potong kuku. 😉




3. Saat tidur

Ini buat yang berontak kalau dipotong kukunya. Pastikan sudah tidur lelap dan tak terganggu atau bangun-bangun ketika dipotong kukunya. 




2. Bernyanyi bersama


Ibu wajib tahu lagu kebangsaan yang manjur kalau ingin mengalihkan perhatian anak-anak.

"Eh dek, mana burungnya?"
Setelah itu langsung nyanyi duet burung kakak tua. Anak nyanyi, ibunya lanjut potong kuku.





"Cicaknya tuh lihat-lihat!" 
Alihkan lagi jika anak tampak bosan mengulang lagu kesukaannya. Harus punya stok lagu yang banyak ya kalau memang anaknya suka nyanyi bareng.

1. Setelah mandi

Air membuat kuku menjadi lebih lunak. Itulah alasan utama memilih saat setelah mandi untuk potong kuku. Kuku yang mudah dipotong tentu meminimalisir luka. 

Setelah mandi juga membuat anak lebih segar dan dalam suasana hati yang baik. Inilah yang membuat anak jadi gampang dibujuk.


"Memotong kuku, mengajarkan anak bagian tubuh dan juga menjaga kebersihannya."
Bagi anak umur 12 hingga 24 bulan, kuku bisa jadi bagian favorit untuk digigit. Maka dengan memberi pengetahuan tentang fungsi kuku, anak jadi lebih peduli dan mau menjaga serta merawatnya. Berawal dari kebiasaan potong kuku. 

No Hard Feeling, Really?

“Pindahan lagi?”

“Ya, resiko kontraktor.”

Mendadak pening pala putri Apik.

Apa sih yang kamu takutkan Pik? Toh semua barang-barang yang kamu genggam erat-erat saat ini tidak akan kamu bawa mati. Apa yang kamu banggakan dengan sendirinya akan berubah.

Kamu yang menjalani jadi tidak perlu memikirkan apa yang orang lain pikirkan dan juga katakan kecuali mereka bermaksud memberikan pelajaran agar kamu menjadi pribadi lebih baik. Jika perkataan hanya agar kamu merasa tidak nyaman atau menjatuhkan maka masuk telinga kiri dan langsung keluarkan dari telinga kanan.

Saat ini yang terpenting bagaimana hubunganmu dengan suami, kedua anakmu, dan orang-orang yang sayang padamu.

Seharusnya kamu bersyukur diberikan waktu untuk terus belajar. Berpasrah. Toh pada akhirnya kamu kembali dalam keadaan sendiri.

Asumsi dan ekspektasi tentu saja melukai.

“Iya, aku sudah 15 tahun tinggal di sini. Ingin ganti suasana baru. Bosan.”

Lihat, Tuhan kasih kamu kesempatan untuk tidak menunggu sampai bosan. Tuhan beri kamu jalan singkat yang membuka kesempatan seluas-luasnya untuk terus bergerak maju.  Terus bersyukur bisa berinteraksi dan membaca maksud Tuhan memberikan rangkaian peristiwa juga perubahan.

Bukankah perubahan adalah yang paling masuk akal dari dunia ini. Tidak melulu apa yang kamu inginkan terjadi. Lantas kamu terluka? WAJAR. Namun larut dalam ketakutan akan pandangan orang lain pastilah lebih mengerikan.

Ketakutan memang sedang menghinggapi. Tentang lingkungan baru, penyesuaian, dan perubahan-perubahan yang mungkin tidak sesuai dengan bayangan. Baru saja mau menata diri dan melangkah, dikasih jalan baru, mulai dari awal lagi.

Komunikasi yang awalnya kamu pikir tidak akan pernah bisa berhasil tanpa kekerasan ternyata BERHASIL. Inilah poin yang seharusnya bisa kamu jadikan pertimbangan. Selama kamu berusaha melakukan yang terbaik, meskipun jalan begitu licin dan berkabut, hasil tidaklah penting lagi. Proses yang membuat kamu tidak lagi berpikir melainkan beraksi dan menjalani dengan keyakinan. Proses, proses, dan proses.

Hari ini dan esok sama pentingnya buatmu. Hari ini membuat kamu sadar akan apa yang sudah kamu punya sedangkan esok itu harapan. Bagaimana mimpimu mengubah semua usaha dan juga doa-doa yang kamu langitkan.

No hard feeling, really? Yes you can choose to be a happy married woman so stop thinking that you’re not good enough. Trust me! All women out there are jealous with what you have but don’t have enough power to get what they want. The only one reason why they do verbal bullying to you. So the next goal that you need to bring into reality is empower them, work together, and keep it up. Anger sometimes makes you stronger but kindness does the biggest part to fix the bad situation.

“…belajarlah memaafkan masa lalu dan orang-orang yang pernah membuat Anda tidak nyaman.” (Emotional Healing Therapy-Irma Rahayu/ halaman 38)

Orang-orang yang membuat kamu tidak nyaman ada dimana-mana. Tinggal bagaimana kamu mau memilih, tersenyum dengan ikhlas atau menyakiti diri dengan mendendam?
Hadir di lingkungan baru tentu saja butuh keahlian. Aku yakin kamu bisa. Aku percaya kamu mampu.

Stay strong without using your anger and always believe that God has wonderful plan to you.

I love you, my lovely Apik.