![]() |
Ini bawaan kalau yang pergi lakinya doang 😅 |
"Aku minggu depan dinas luar kota seminggu ya?"
"Ikut dooong."
Iih gak malu apa minta ikut begitu? Emang anak-anak gak sekolah? Ya suka-suka dong, laki sendiri ini bukan minta ikutan laki orang *woi fokus woi
Bagi para pekerja, tentu akan ada tugas luar kota yang sifatnya tak terduga. Kapan dan berapa lama tidak bisa dipastikan. Entah itu yang sifatnya kerja atau mungkin outing untuk me-refresh jiwa dan raga.
Lalu apa dampaknya bagi ibu dan anak-anak yang biasanya menunggu suami atau ayah pulang ke rumah? Tentu saja ada perubahan rutinitas dan juga beban tambahan. Apakah perubahan tersebut membahayakan hingga harus memboyong seluruh anggota?
Kebiasaan main setelah si ayah pulang kerja, makan malam bersama, atau membacakan cerita saat anak-anak hendak tidur pastilah akan membuat anak bertanya-tanya jika kebiasaan itu berubah. Ke mana ayah pergi? Kerja kok gak pulang? Tidur di mana? Kenapa kita gak ikut?
Apabila pekerjaan memungkinkan untuk membawa serta keluarga pastinya lebih menyenangkan. Namun jika tidak apa yang harus dilakukan?
1. Komunikasikan
Memang sebaiknya ayah membangun komunikasi yang baik dengan anak-anak dan juga istri. Pastikan jika jadwal dinas luar kota tidak mendadak maka bicarakan dengan baik dan sesuai dengan bahasa anak hingga anak mengerti dan melepaskan ayah bekerja dengan tenang. Rindu pasti, sekedar bertanya apa lagi. Biarkan anak tahu dan bereaksi. Jangan sampai karena takut anak ingin ikut lalu ayah pergi sembunyi-sembunyi. BIG NO! Tetap bicarakan agar ayah tidak disangka tukang bohong atau PHP.
2. Berikan gambaran kenapa harus pergi dan sementara tidak pulang
Seperti halnya Tayo(si bis kesayangan yang ditonton setiap hari) yang kelelahan, jarak tempat kerja ayah sangat jauh dan agar ayah tidak kelelahan maka harus menginap di tempat ayah bekerja. Selesaikan pekerjaan lalu baru bisa pulang supaya tidak bolak-balik.
Anak-anak akan cepat mengerti ketika penjelasan yang ayah berikan berhubungan dengan dunia anak. Makanya kalau anak nonton kartun, ikutan saja walau sebentar. Bila tidak sempat minta ceritakan saja secara singkat kepada istri yang kebetulan selalu mengikuti apapun tontonan anak-anaknya.
Ribet amat yak? Memang begitu resiko punya anak. Harus siap penjelasan agar anak tidak tantrum saat ayah ternyata harus dinas keluar kota lebih dari tiga hari. Anak ngamuk, istri ngambek, dan ayah jadi sumpek. Tidak tenang bekerja. Iya personal sih. Ada juga kok yang santai aja. Pergi-pergi aja. Anak-anak urusan istri di rumah. *ya semoga cepet tobat ya bapak yang begitu
3. Bekali istri dengan persediaan yang cukup
Beras satu kantong ukuran lima liter. Diapers dedek dua plastik. Susu mamas dua kardus. Telur ada, mie juga masih. Lengkap. Oke siap berangkat.
"Uang saku mana?" *emak mah inget aja kalau masalah duit.
Hahaha. Masa harus pake kode keras baru menyerahkan kartu sih. Bekal di sini ditujukan bukan hanya secara materi tetapi juga mental. Istri yang merasa semua sudah mantap dan ikhlas maka akan tenang mengurus rumah (anak-anak dan pekerjaan yang mengikuti). Istri juga akan membuat suami pergi dengan tenang dan hanya membawa rindu bukan kekhawatiran.
Rasa mantap ini jugalah yang bisa membuat istri menahan diri untuk tidak galau dan menyebarkan kesendiriannya dan anak-anak di rumah. Bisa bahaya jika istri yang lelah malah curhat di media sosial dan secara tidak sadar mengundang orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk datang ke rumah.
Artikel ini sebenarnya berisi curhat bukan nasihat. Namun sangat berbahagialah aku jika bermanfaat. Semoga ayah sampai di rumah dengan selamat dan bisa dijadikan tempat curhat.Bagi para pekerja, tentu akan ada tugas luar kota yang sifatnya tak terduga. Kapan dan berapa lama tidak bisa dipastikan. Entah itu yang sifatnya kerja atau mungkin outing untuk me-refresh jiwa dan raga.
Lalu apa dampaknya bagi ibu dan anak-anak yang biasanya menunggu suami atau ayah pulang ke rumah? Tentu saja ada perubahan rutinitas dan juga beban tambahan. Apakah perubahan tersebut membahayakan hingga harus memboyong seluruh anggota?
Kebiasaan main setelah si ayah pulang kerja, makan malam bersama, atau membacakan cerita saat anak-anak hendak tidur pastilah akan membuat anak bertanya-tanya jika kebiasaan itu berubah. Ke mana ayah pergi? Kerja kok gak pulang? Tidur di mana? Kenapa kita gak ikut?
Apabila pekerjaan memungkinkan untuk membawa serta keluarga pastinya lebih menyenangkan. Namun jika tidak apa yang harus dilakukan?
1. Komunikasikan
Memang sebaiknya ayah membangun komunikasi yang baik dengan anak-anak dan juga istri. Pastikan jika jadwal dinas luar kota tidak mendadak maka bicarakan dengan baik dan sesuai dengan bahasa anak hingga anak mengerti dan melepaskan ayah bekerja dengan tenang. Rindu pasti, sekedar bertanya apa lagi. Biarkan anak tahu dan bereaksi. Jangan sampai karena takut anak ingin ikut lalu ayah pergi sembunyi-sembunyi. BIG NO! Tetap bicarakan agar ayah tidak disangka tukang bohong atau PHP.
2. Berikan gambaran kenapa harus pergi dan sementara tidak pulang
Seperti halnya Tayo(si bis kesayangan yang ditonton setiap hari) yang kelelahan, jarak tempat kerja ayah sangat jauh dan agar ayah tidak kelelahan maka harus menginap di tempat ayah bekerja. Selesaikan pekerjaan lalu baru bisa pulang supaya tidak bolak-balik.
Anak-anak akan cepat mengerti ketika penjelasan yang ayah berikan berhubungan dengan dunia anak. Makanya kalau anak nonton kartun, ikutan saja walau sebentar. Bila tidak sempat minta ceritakan saja secara singkat kepada istri yang kebetulan selalu mengikuti apapun tontonan anak-anaknya.
Ribet amat yak? Memang begitu resiko punya anak. Harus siap penjelasan agar anak tidak tantrum saat ayah ternyata harus dinas keluar kota lebih dari tiga hari. Anak ngamuk, istri ngambek, dan ayah jadi sumpek. Tidak tenang bekerja. Iya personal sih. Ada juga kok yang santai aja. Pergi-pergi aja. Anak-anak urusan istri di rumah. *ya semoga cepet tobat ya bapak yang begitu
3. Bekali istri dengan persediaan yang cukup
Beras satu kantong ukuran lima liter. Diapers dedek dua plastik. Susu mamas dua kardus. Telur ada, mie juga masih. Lengkap. Oke siap berangkat.
"Uang saku mana?" *emak mah inget aja kalau masalah duit.
Hahaha. Masa harus pake kode keras baru menyerahkan kartu sih. Bekal di sini ditujukan bukan hanya secara materi tetapi juga mental. Istri yang merasa semua sudah mantap dan ikhlas maka akan tenang mengurus rumah (anak-anak dan pekerjaan yang mengikuti). Istri juga akan membuat suami pergi dengan tenang dan hanya membawa rindu bukan kekhawatiran.
Rasa mantap ini jugalah yang bisa membuat istri menahan diri untuk tidak galau dan menyebarkan kesendiriannya dan anak-anak di rumah. Bisa bahaya jika istri yang lelah malah curhat di media sosial dan secara tidak sadar mengundang orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk datang ke rumah.
"Nasihat yang baik sering diabaikan, tapi tidak ada alasan untuk tidak memberikannya." (Agatha Christie)
Tidak ada komentar