Ternyata dalam pernikahan bukan hanya tentang pasangan tetapi juga keluarga besar. Tentang bagaimana belajar dari setiap masalah yang muncul dan menyikapinya.
"Ah udah nikah ya sudah bukan urusan lah."
Di sini bukan artinya kepo ya tetapi porsi untuk memberikan perhatian ketika ada keluarga datang dengan masalah lalu meminta saran atau sekedar butuh pendengar. Tentu saja sebagai bagian dari keluarga besar sebuah kehormatan bisa dipercaya.
"Halah masalah rumah tangga, dikeloni mengko yo mari."
Memang masalah rumah tangga itu pada dasarnya hanya bisa diselesaikan oleh pasangan itu sendiri. Namun akan jadi masalah yang berlarut-larut jika tidak ada pihak yang berinisiatif untuk buka mulut dulu. Belum tentu pasangan sudah bisa langsung terbuka satu sama lain.
Waktu awal-awal pindah ke Jakarta aku kaget. Tetangga-tetangga dengan mudahnya bercerita tentang apa yang terjadi di dalam. Aku sempat terbawa larut dalam masalah-masalah mereka. Ikutan bad mood, males ngapa-ngapain, dan bawaannya lelah. Lama-lama aku belajar, ternyata mereka hanya perlu bercerita sekaligus meluapkan rasa setelah itu barulah keberanian muncul. Keberanian untuk mengalahkan ego. Keberanian untuk memulai bicara terlebih dahulu tanpa merasa kalah perang. Akhirnya merasa konyol juga waktu mereka sudah mesra gandengan tangan lagi tetapi akunya masih aja baper. Wakaka... Ini seperti tidak terluka tetapi merasakan perihnya.
Memang menjadi pendengar yang baik sangatlah berat. Aku harus belajar agar tidak menyela, memberikan saran yang tidak diminta, dan malah balik curhat. Aku harus benar-benar fokus, hadir secara utuh, dan jiwa raga yang penuh.
Terus bagaimana nih? Aku kan bagian dari keluarga dan juga masyarakat *ceilehhh masa iya gak bergabung. Tentu saja harus ada solusi dong. Hubungan dengan keluarga besar dan juga tetangga kan harus dijaga.
1. Santai, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan
Jadi ketika semua orang datang padamu dengan warna-wari masalah, ya kalau aku memang kadang masih baper. Makanya terus fokus dengan solusi. Mendengarkan dengan santai dan fokus. Artinya tidak terlarut pada masalah lalu melupakan solusi. Menemukan solusi meskipun sebenarnya si pembawa masalah sudah tahu apa solusinya, itu tentu saja penting bagi kestabilan emosiku. Terpapar masalah artinya terpapar aura negatif, terpapar aura negatif bisa merusak "rasa". Dengarkan, santai, gemakan solusi dalam diri agar otak merespon bahwa masalah selesai.
2. Sadar, apapun yang berlebihan itu tidak baik
Gak mungkin dong ya kalau kamu harus mengurus masalah semua orang. Tahu batas diri agar bisa lepas dari rasa terpaksa. Hal yang wajar kok jika kamu meminta maaf saat tetangga mulai mengulang-ulang curhatan yang sebenarnya sudah selesai. Komunikasikan dengan baik atau bisa dialihkan untuk kegiatan lain yang lebih penting misalnya memasak makan siang. Ketika kamu mengambil sikap, tentu orang lain akan menghargai. Pada akhirnya sama-sama tahulah ya. Tidak ada yang senang hidupnya berisi curhatan-curhatan negatif setiap harinya.
"Tapi kak tapi kak, aku tuh orangnya agak susah move on. Kebawa aja gitu padahal temenku juga udah baikan ama suaminya. Terus gak bisa nolak kalau temenku udah dateng dengan muka sembab."
Yes, you are the true healer actually. That's a gift. Gak masalah kok, laksana gelas ketika penuh tetapi masih diisi pastilah akan luber. Kamu akan temukan waktu yang pas untuk bisa bilang tidak atau menolak. Now, enough is enough. Just enjoy the journey and don't be rush about the perfect time.
3. Relakan, kamu bukanlah super hero
Terluka artinya belajar. Belajar untuk lebih kuat atau menemukan jalan untuk bertumbuh. Saat orang-orang di sekeliling kamu tertimpa masalah lalu kamu ingin jadi super hero untuk menyelamatkan mereka, pikir ulang! Menghapus luka itu seperti membantu kepompong yang hendak berubah jadi kupu-kupu. Kamu merasa kasihan tetapi malah berakhir dengan membuatnya cacat.
Relakan. Biarkan mereka berjuang menemukan jalan hingga akhirnya bisa bertumbuh dengan sempurna. Berlaku juga gak anak-anak gak ya mak? Iyalah, biarkan mereka cari solusi jangan buat mereka malah tergantung dan manja. Kalau kamu tiba-tiba kecelakaan atau meninggal gimana?
Pada akhirnya semua memang tentang pilihan. Bagaimana kita siap dengan konsekuensi yang akan kita tanggung dari pilihan yang kita ambil. Ya life must go on right. The important thing is never stop growing up not growing old!
Benar sekali, Mbak. :'D Duh, kalau ingat aku jadi sedih
BalasHapusAduh maaf ya gak maksud bikin sedih. Aku ini berusaha move on dengan menulis tentang ini.
Hapus