Bisakah Aku Mengenali Diriku?


Rasanya sesak ketika ditanya: "Apa yang kamu tahu tentang dirimu? Banyak luka yang tiba-tiba mencuat. 

Lantas apakah semua luka itu membentuk dirimu? 

Pada akhirnya iya. Aku mencoba lebih dalam memahami. Siapakah diriku ini?

Kata screenshot di atas, orang yang lahir hari minggu pergaulannya luas. Gak akan mati kelaparan kalau kesasar. Ya itu aku. Entah kenapa aku yang tampaknya introvert ini bisa gampang sekali percaya dan dipercaya. 

Ah apalah arti percaya. Aku bisa saja ditipu kapan saja. Iya saking gampangnya aku bisa menyerahkan hp pada orang yang baru aku kenal satu jam yang lalu. Empati? Mungkin. Aku mudah sekali iba pada muka memelas dan muka ruwet kaya orang yang besok bakalan dieksekusi. Mungkin lebih karena ingin selalu merasa terkendali maka terkesan sok tahu dan langsung memutuskan. Tanpa cek dan ricek. Selain itu sikap ingin menyenangkan semua oranglah yang akhirnya sulit untuk berkata tidak pada orang yang datang.

Ayolah, bisakah lebih mengerti dirimu sendiri mak?

Aku memang bisa menyusun target dan mencapainya tetapi sangat malas jika semua belum ada di tempatnya. Mau nulis ya nunggu laptop lah, hpnya masih dicharger, atau nunggu anak-anak tidur. Iya emang, akhirnya karena terlalu fokus sama detil malah gak ngerjain apa-apa. Apalagi kalau suasana hati tiba-tiba berubah. Dadabaybay deh sama deadline.

Nah nah itu udah mulai paham.

Tidak perlulah terlalu keras dengan diri sendiri mak. Perasaan hampa saat itu udah terisi dengan hadirnya anak-anak. Ingat ketika mereka suka masakanmu yang hanya kamu bumbui garam dan gula. Sayur seadanya di kulkas. Bening yang aneh karena harusnya bakso itu kamu masak sayur sop bukan sayur bening. Ah whatever, kids like it by the way.

Mengenali diri ini proyek seumur hidup ya. Buat apa? Pada akhirnya ketika aku kenal diriku, aku jadi berdamai dengan segalanya yang tampaknya tak sempurna atau tidak sesuai dengan keinginan. Begitu berdamai maka mata dan hati lebih terbuka walaupun tetap waspada.

"Anaknya belum bisa ngomong ya?"

Nyinyir, sotoy, sok jumawa. Senyumin aja. Toh usaha gak akan mengkhianati.

Mengenali diri hingga akhirnya berdamai. Demi diri sendiri. Lalu pasangan, terus anak-anak, dan akhirnya untuk sekitar.

Bermanfaat. Iya agar lebih bermanfaat. Semangat ya mak. 💪😉😄

Tidak ada komentar