Bila Jalan Memutar Itu Begitu Jauh


Dulu aku sangat pede akan jadi psikolog. Terkenal. 

Kenapa harus psikolog? Aku suka memperhatikan orang lain. Mereka yang bisa membuatku sadar bahwa kesakitan yang aku alami bukanlah apa-apa. Hanya seujung kuku bayi.
Kurang perhatian? Ah ada yang gak punya orangtua, dibuang ke tong sampah, atau besar di panti asuhan. Aku masih punya orangtua.
KDRT? Tuh temenku ada yang ibunya dijual jadi pelacur buat bayar hutang judi bapaknya dan dia terpaksa kabur mencari tempat singgah agar tidak ikut dijual. Udah kayak baju aja main jual. Aku walaupun jadi saksi dan korban KDRT masih bisa makan udang saus tiram, pergi sekolah, dan sewa komik.

Saat SMA aku pintar tetapi sangat malas. Suka baca hanya komik dan cerita pendek saja. Informasi tidak terhampar di depan mata seperti sekarang. 

30 tahun, ketika akhirnya aku memutuskan untuk serius menulis. Aku baca macam-macam buku dan status FB, akhirnya aku tahu bahwa mimpiku jadi psikolog hanya bisa diwujudkan dalam cerpen, novel, atau flash fiction.

Mengulang kembali masa SMA di jurusan IPA, bercanda dengan matematika, lalu baru bisa kuliah di jurusan psikologi yang terkenal dengan bisa masuk susah keluar. Hahaha... Keluar dengan selamat tanpa ikut menjadi gila. Iya karena aku bisa saja larut di dalam semua masalah yang aku pelajari. Obsesive kompulsive disorder, bipolar, atau post partum syndrome.

Ya sekarang aku lalui semua proses itu dengan membaca. Referensi, media online atau buku-buku bertema senada dengan yang aku impikan.


Ibu rumah tangga, 2 anak laki-laki, Suami yang berusaha tumbuh bersama adalah jalan memutarku. Jalan yang harus aku lalui untuk akhirnya nanti mati dan menemui Ilahi. Mempertanggungjawabkan semua pilihan yang aku ambil selama perjalanan di bumi.

Ingin berbagi? Iya akhir-akhir ini, melihat teman-teman yang dengan segala keterbatasannya berbagi baik ilmu, tenaga, atau materi; aku iri. Ingin bergabung. Maka dari itu aku mulai bergabung dengan komunitas menulis.

SMANSAMenulis05 batch 2. Komunitas bentukan Hepie dan juga dikompori oleh Putri ini membuatku kembali menulis. Berbagi juga pengalaman selama hampir 6 tahun aku jatuh bangun berjuang menemukan passionku. MENULIS. 

Komunitas ini membuatku punya jadwal dan juga teman. Teman untuk berbagi semangat, curhat, dan menemukan ide-ide.

Dimulai 27 April 2017, kami bergabung.


Dalam grup ini semua penuh dinamika buatku. Ada yang typo-nya parah sampe kalau baca harus menerka itu maksudnya apa. Ada yang puisinya bikin kepo, cerita cintanya bikin kontroversi, tulisannya selalu adem dan menenangkan kaya lagu selow, atau yang ilang-ilangan abis ngerjain tugas postingnya. *biar pada nebak sapa kira-kira.

Satu minggu satu tema satu ketua kelas buat memimpin. Minggu ini giliranku jadi ketua dan aku ambil tema review grup SMANSAMenulis. Aku pikir akan ada yang nulis betapa menyebalkannya diriku. Sok tahu dan betapa mereka pengen jitak. Namun sampai hari ini belum ada yang komplain. Wakakkaa...

Dari psikolog ke ibu rumah tangga ke penulis freelance. Hahaha sungguh jalan memutar yang jauh. 

Seorang teman bilang itu takdir and I have to live with it. Seperti halnya nasi yang sudah menjadi bubur harus ada suwiran ayam, kacang, kuah opor, kecap dan kerupuk biar jadi spesial. 

Ibu rumah tangga yang suka menulis, berperan jadi teman curhat atau psikolog ala-ala, dan kadang ngebolang untuk memaknai hidup. Rasanya tidak buruk. Bisa berbagi meski hanya secuil. 

Setiap orang punya jalan memutarnya sendiri-sendiri. Bila menurutmu itu jauh, bersabarlah sedikit dan semoga di persimpangan kamu menemukan hal yang kamu sukai untuk dilakukan karena sabar selalu berbuah manis. 😀

2 komentar

  1. Waaa ada namaku...
    Kalau mba apik pengen jadi psikolog aku pengen jadi detektif meskipun cuma bisa ditulis, hehe... Apa saja yang penting halal...

    Puing

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, kamu yang mana Wid? Yang kabur abis ngerjain tugas yak?
      Iyalah apa aja yang penting halal 😀

      Hapus