BERHENTILAH BERUSAHA MENJADI ORANG LAIN


Di SMANSAMenulis05 kami pernah mengudang Carolina Ratri, blogger sekaligus penulis buku yang tulisan di blognya www.carolinaratri.com fokus membantu para penulis pemula untuk berkembang. Mba yang akrab dipanggil Carra ini tidak hanya menulis di blog tetapi juga novel, flash fiction, sekaligus menggambar.

Nah ketika kami berdikusi ada pertanyaan seorang teman, sebut saja namanya Hepi: "Mba aku tuh suka nulis sastra tetapi sekarang banting stir jadi nulis artikel, gimana ya mba?" kira-kira begitu pertanyaannya. Dari fiksi kemudian menyebrang ke nonfiksi. Jawaban mba Carra begitu mengena padaku, "Lanjutkan saja keduanya, itu akan membuatmu lebih kaya."

Kaya? Menulis bisa membuat kaya. Tentu saja. Proses menulis sama dengan pekerjaan yang lain. Lakukan, pembaca senang, buku laris atau tulisan viral. Kaya di sini bisa saja kaya materi atau hati. Royalti atau jual putus akan menghasilkan pundi-pundi lalu pundi-pundi ini kamu gunakan untuk membiayai perjalananmu. Perjalanan yang ternyata memperkaya batinmu kemudian kamu tulis lagi. Nah begitu terus perputarannya.

Indah Hanaco adalah penulis produktif yang hingga saat ini sudah mengeluarkan 37 novel. Aku akrab dengannya dan sering bertukar pikiran tentang bagaimana menulis itu benar-benar bisa menyembuhkan dan memperkaya hati.

Setiap orang menjalani prosesnya masing-masing untuk akhirnya sampai pada sebuah kesadaran untuk menulis dan memperkaya diri. Tidak lagi fokus pada kaya materi tetapi hati yang kaya. Berproses dan melakukan perjalanan baik menjadi pembaca yang melahap buku apapun maupun pejalan yang mendokumentasikan juga menulis agar bisa membekukan momen.

Aku? Aku baru sampai pada tahap menulis untuk "berhenti berusaha menjadi orang lain". Sadar secara penuh bahwa saat ini aku adalah ibu rumah tangga penuh. Aku ingin kaya tetapi pekerjaanku sebagai ibu rumah tangga penuh dan hanya mengandalkan uang bulanan dari suami tentu bisa dibilang hanya  cukup secara materi. Aku pada prosesnya mulai tahu, dari tulisan-tulisan yang aku buat di blogku, aku sedang berusaha memperkaya diriku sendiri. Berusaha jadi aku. Bukan penulis-penulis idolaku. Awalnya memang terinspirasi. Makanya sering aku tanya: tulisanku mirip kamu gak? Lega ketika Indah Hanaco bilang aku punya gayaku sendiri.





Ternyata aku bukanlah epigon. Seperti penjelasan Mas Bambang Trim di bukunya "The Art of Stimulating Idea" halaman 111. INSAFLAH UNTUK TIDAK MEMAKSAKAN DIRI MENJADI ORANG LAIN, tulis mas Bambang Trim. Aku ternyata hanya mengidolakan penulis-penulis senior nan produktif itu. Aku punya gaya menulis sendiri. Entah itu saat menulis cerpen, artikel, atau sekedar status di FB. Hahaha... Entah kenapa aku bahagia menemukan kenyataan ini. Kenyataan aku adalah aku.

epigon/epi·gon/ /épigon/ n orang yang tidak memiliki gagasan baru dan hanya mengikuti jejak pemikir atau seniman yang mendahuluinya; peniru seniman atau pemikir besar (https://kbbi.web.id/epigon)
Pada tahap awal mungkin aku mencoba untuk fokus pada novel. Namun berusaha dengan keras sejak 2012, Ammabel tak kunjung usai. Novel itu bongkar pasang terus dan tak jua ada kata "tamat".

Aku ambil jalan lain. Cari ilmu lain sembari terus menulis. Tidak lagi memimpikan jadi ibu bekerja, bangun pagi, berdandan dan memakai setelan trendi kesukaanku. Aku berdamai. Aku adalah ibu rumah tangga penuh dengan jam kerja 24 jam dan daster warna-warni adalah yang ternyaman sepanjang hari. 

Dalam menulis pun aku berusaha menemukan gayaku sendiri. Tidak sekedar mengikuti tren yang sudah ada dan best seller. Aku menulis yang aku suka dan ada di sekitarku.

Terima kasih buat teman-teman di SMANSAMenulis05 yang sudah menemani perjalanan menulisku dari bulan April 2017 hingga kini. Kalian yang menjadi pengingat bahwa menulis adalah yang membuat aku tetap jadi diriku.  Kalian yang menjadi penyemangat agar aku bisa berguna baik bagi diriku sendiri maupun orang lain dengan menulis. 

4 komentar

  1. Aku juga pernah mengalaminya, Mbak. :'D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tos mba. Eh mba Anisa sama mba Esti ini janjian apa gimana ya kalau komen pasti barengan 😀.

      Hapus
  2. Balasan
    1. Makasih mba. Eh mba Esti sama mba Anisa ini janjian apa gimana ya kalau komen pasti barengan ��.

      Hapus