Setelah menetapkan ingin serius menulis, apa langkah selanjutnya?
✔Cari lomba yang hadiahnya bisa buat modal jadi penulis pro
✔Ternyata batas waktunya masih lama
✔Besok-besok masih ngejar kok
✔Udah deket baru dikerjain jadinya seadanya
✔Eh malah kelewatan dan gak jadi ikut
😀😀😀😀😀
Artinya tujuanmu menulis belum jelas hingga masih saja menjadi deadliners. Menunggu hingga detik-detik terakhir untuk menyelesaikan tulisan. Ya perlu dirunut kembali tujuan menulismu apa. KENAPA KAMU MENULIS?
Aku adalah seorang deadliner, penunda, plus perfeksionis. Aku menulis karena aku suka. Suka menciptakan hal-hal menyerempet bahaya untuk mengurangi kejadian-kejadian parno yang berputar di kepala. Jadi begitu menulis artikel yang harus cari data, baca, olah data rasa malas lantas menyerang. Perfeksionis masalah data yang terkumpul dan juga waktunya harus pas agar saat dikerjakan semua ide itu mengalir tanpa jeda. Memang deadliners sering beralibi bahwa tekanan membuat mereka lebih maksimal dalam mengeksplorasi tema dan tulisan jadi lebih dalam. Tentu saja kalau gak mati lampu, anak-anak gak diserang diare tiba-tiba, atau suami lagi baik hati bisa diajak urun rembug. Adrenalin memang perlu tetapi lebih logis lagi jika bisa mengerjakan tulisan dengan keadaan tenang, masih sempat baca buku referensi, otak-atik video jika perlu. Begitu mati listrik gak perlu panik, masih ada waktu untuk meng-edit, dan menambah detil-detil agar hasilnya maksimal serta gak menyesal. Kok gitu? Ya buat apa menyesal kalau sudah melakukan semua usaha yang bisa dilakukan.
"Ah kayaknya kamu lebih cocok jadi admin akun gosip mba. Kepomu maksimal."
Ya iya kayaknya gitu deh. Menuliskan hasil penasaran dan wawancara sana-sini.
"Deket kamu mah gak aman mba. Semua rahasia bisa terbongkar. Bisa banget korek-korek."
Antara pengen ngakak sama malu. Akhirnya terbongkar juga kalau aku adalah tukang kepo. Iya walaupun aku tahu batas mana yang bisa ditulis dan share, ada juga yang hanya cerita lalu karena terlalu pribadi.
Sebagai orang yang mengaku penulis, aku akrab sekali dengan istilah deadline dan lebih suka menunda hingga menit terakhir jika urusan lomba. Kalau artikel blog biasanya aku kumpulin sampai lima hari baru aku kebut drafnya dalam satu malam. Rasanya lebih kerasa sibuknya. Terus kalau artikel berbayar gimana? Ya kalau itu sih harus sesuai aturan karena ada tanggung jawab dan profesionalisme.
Jadi kalau yang gak berbayar bisa suka-suka gitu. Kaya akun gosip yang seenaknya gak mau konfirmasi asal tayang aja tanpa memastikan berita itu benar atau gak. Lha gimana sih? Namanya juga gosip, digosok makin sip jadi gak perlu tunggu konfirmasi yang penting bumbu-bumbu dulu biar laku. Demi memuaskan penasaran dan kesenangan jadi yang pertama mengabarkan.
Akhir bulan ini ternyata berujung parah. Begadang untuk membaca hingga akhirnya draf tinggallah draf tanpa penyelesaian. Setelah postingan ini aku memang berencana untuk menyelesaikan tunggakan, sambil merenung. Ritme mana yang paling cocok agar bulan depan bisa berakhir sadis dan membuatku semangat menulis. Semangat berbagi. Susah memang menyalakan terus api semangat. Harus ada teman menulis yang kita aja berbagi suka dan duka, terus bisa kita jadiin tokoh kadang, bahkan harus siap dieksploitasi jika memang kehabisan ide. Bila semua telah dicoba dan tidak juga konsisten menulis ya kayaknya harus pikirin peluang jadi admin akun gosip. Hahaha...
✔Cari lomba yang hadiahnya bisa buat modal jadi penulis pro
✔Ternyata batas waktunya masih lama
✔Besok-besok masih ngejar kok
✔Udah deket baru dikerjain jadinya seadanya
✔Eh malah kelewatan dan gak jadi ikut
😀😀😀😀😀
Artinya tujuanmu menulis belum jelas hingga masih saja menjadi deadliners. Menunggu hingga detik-detik terakhir untuk menyelesaikan tulisan. Ya perlu dirunut kembali tujuan menulismu apa. KENAPA KAMU MENULIS?
Aku adalah seorang deadliner, penunda, plus perfeksionis. Aku menulis karena aku suka. Suka menciptakan hal-hal menyerempet bahaya untuk mengurangi kejadian-kejadian parno yang berputar di kepala. Jadi begitu menulis artikel yang harus cari data, baca, olah data rasa malas lantas menyerang. Perfeksionis masalah data yang terkumpul dan juga waktunya harus pas agar saat dikerjakan semua ide itu mengalir tanpa jeda. Memang deadliners sering beralibi bahwa tekanan membuat mereka lebih maksimal dalam mengeksplorasi tema dan tulisan jadi lebih dalam. Tentu saja kalau gak mati lampu, anak-anak gak diserang diare tiba-tiba, atau suami lagi baik hati bisa diajak urun rembug. Adrenalin memang perlu tetapi lebih logis lagi jika bisa mengerjakan tulisan dengan keadaan tenang, masih sempat baca buku referensi, otak-atik video jika perlu. Begitu mati listrik gak perlu panik, masih ada waktu untuk meng-edit, dan menambah detil-detil agar hasilnya maksimal serta gak menyesal. Kok gitu? Ya buat apa menyesal kalau sudah melakukan semua usaha yang bisa dilakukan.
"Ah kayaknya kamu lebih cocok jadi admin akun gosip mba. Kepomu maksimal."
Ya iya kayaknya gitu deh. Menuliskan hasil penasaran dan wawancara sana-sini.
"Deket kamu mah gak aman mba. Semua rahasia bisa terbongkar. Bisa banget korek-korek."
Antara pengen ngakak sama malu. Akhirnya terbongkar juga kalau aku adalah tukang kepo. Iya walaupun aku tahu batas mana yang bisa ditulis dan share, ada juga yang hanya cerita lalu karena terlalu pribadi.
Sebagai orang yang mengaku penulis, aku akrab sekali dengan istilah deadline dan lebih suka menunda hingga menit terakhir jika urusan lomba. Kalau artikel blog biasanya aku kumpulin sampai lima hari baru aku kebut drafnya dalam satu malam. Rasanya lebih kerasa sibuknya. Terus kalau artikel berbayar gimana? Ya kalau itu sih harus sesuai aturan karena ada tanggung jawab dan profesionalisme.
Jadi kalau yang gak berbayar bisa suka-suka gitu. Kaya akun gosip yang seenaknya gak mau konfirmasi asal tayang aja tanpa memastikan berita itu benar atau gak. Lha gimana sih? Namanya juga gosip, digosok makin sip jadi gak perlu tunggu konfirmasi yang penting bumbu-bumbu dulu biar laku. Demi memuaskan penasaran dan kesenangan jadi yang pertama mengabarkan.
Akhir bulan ini ternyata berujung parah. Begadang untuk membaca hingga akhirnya draf tinggallah draf tanpa penyelesaian. Setelah postingan ini aku memang berencana untuk menyelesaikan tunggakan, sambil merenung. Ritme mana yang paling cocok agar bulan depan bisa berakhir sadis dan membuatku semangat menulis. Semangat berbagi. Susah memang menyalakan terus api semangat. Harus ada teman menulis yang kita aja berbagi suka dan duka, terus bisa kita jadiin tokoh kadang, bahkan harus siap dieksploitasi jika memang kehabisan ide. Bila semua telah dicoba dan tidak juga konsisten menulis ya kayaknya harus pikirin peluang jadi admin akun gosip. Hahaha...