Deadliners, Ah Cocoknya Jadi Admin Akun Gosip!

Setelah menetapkan ingin serius menulis, apa langkah selanjutnya?

✔Cari lomba yang hadiahnya bisa buat modal jadi penulis pro
✔Ternyata batas waktunya masih lama
✔Besok-besok masih ngejar kok
✔Udah deket baru dikerjain jadinya seadanya
✔Eh malah kelewatan dan gak jadi ikut

😀😀😀😀😀

Artinya tujuanmu menulis belum jelas hingga masih saja menjadi deadliners. Menunggu hingga detik-detik terakhir untuk menyelesaikan tulisan. Ya perlu dirunut kembali tujuan menulismu apa. KENAPA KAMU MENULIS?

Aku adalah seorang deadliner, penunda, plus perfeksionis. Aku menulis karena aku suka. Suka menciptakan hal-hal menyerempet bahaya untuk mengurangi kejadian-kejadian parno yang berputar di kepala. Jadi begitu menulis artikel yang harus cari data, baca, olah data rasa malas lantas menyerang. Perfeksionis masalah data yang terkumpul dan juga waktunya harus pas agar saat dikerjakan semua ide itu mengalir tanpa jeda. Memang deadliners sering beralibi bahwa tekanan membuat mereka lebih maksimal dalam mengeksplorasi tema dan tulisan jadi lebih dalam. Tentu saja kalau gak mati lampu, anak-anak gak diserang diare tiba-tiba, atau suami lagi baik hati bisa diajak urun rembug. Adrenalin memang perlu tetapi lebih logis lagi jika bisa mengerjakan tulisan dengan keadaan tenang, masih sempat baca buku referensi, otak-atik video jika perlu. Begitu mati listrik gak perlu panik, masih ada waktu untuk meng-edit, dan menambah detil-detil agar hasilnya maksimal serta gak menyesal. Kok gitu? Ya buat apa menyesal kalau sudah melakukan semua usaha yang bisa dilakukan.

"Ah kayaknya kamu lebih cocok jadi admin akun gosip mba. Kepomu maksimal."

Ya iya kayaknya gitu deh. Menuliskan hasil penasaran dan wawancara sana-sini.

"Deket kamu mah gak aman mba. Semua rahasia bisa terbongkar. Bisa banget korek-korek."

Antara pengen ngakak sama malu. Akhirnya terbongkar juga kalau aku adalah tukang kepo. Iya walaupun aku tahu batas mana yang bisa ditulis dan share, ada juga yang hanya cerita lalu karena terlalu pribadi.

Sebagai orang yang mengaku penulis, aku akrab sekali dengan istilah deadline dan lebih suka menunda hingga menit terakhir jika urusan lomba. Kalau artikel blog biasanya aku kumpulin sampai lima hari baru aku kebut drafnya dalam satu malam. Rasanya lebih kerasa sibuknya. Terus kalau artikel berbayar gimana? Ya kalau itu sih harus sesuai aturan karena ada tanggung jawab dan profesionalisme.

Jadi kalau yang gak berbayar bisa suka-suka gitu. Kaya akun gosip yang seenaknya gak mau konfirmasi asal tayang aja tanpa memastikan berita itu benar atau gak. Lha gimana sih? Namanya juga gosip, digosok makin sip jadi gak perlu tunggu konfirmasi yang penting bumbu-bumbu dulu biar laku. Demi memuaskan penasaran dan kesenangan jadi yang pertama mengabarkan.

Akhir bulan ini ternyata berujung parah. Begadang untuk membaca hingga akhirnya draf tinggallah draf tanpa penyelesaian. Setelah postingan ini aku memang berencana untuk menyelesaikan tunggakan, sambil merenung. Ritme mana yang paling cocok agar bulan depan bisa berakhir sadis dan membuatku semangat menulis. Semangat berbagi. Susah memang menyalakan terus api semangat. Harus ada teman menulis yang kita aja berbagi suka dan duka, terus bisa kita jadiin tokoh kadang, bahkan harus siap dieksploitasi jika memang kehabisan ide. Bila semua telah dicoba dan tidak juga konsisten menulis ya kayaknya harus pikirin peluang jadi admin akun gosip. Hahaha...


KETIKA BUKAN KAMU YANG TERLUKA TETAPI PERIHNYA KAMU RASA




Ternyata dalam pernikahan bukan hanya tentang pasangan tetapi juga keluarga besar. Tentang bagaimana belajar dari setiap masalah yang muncul dan menyikapinya. 
"Ah udah nikah ya sudah bukan urusan lah."
Di sini bukan artinya kepo ya tetapi porsi untuk memberikan perhatian ketika ada keluarga datang dengan masalah lalu meminta saran atau sekedar butuh pendengar. Tentu saja sebagai bagian dari keluarga besar sebuah kehormatan bisa dipercaya.

"Halah masalah rumah tangga, dikeloni mengko yo mari."
Memang masalah rumah tangga itu pada dasarnya hanya bisa diselesaikan oleh pasangan itu sendiri. Namun akan jadi masalah yang berlarut-larut jika tidak ada pihak yang berinisiatif untuk buka mulut dulu. Belum tentu pasangan sudah bisa langsung terbuka satu sama lain.

Waktu awal-awal pindah ke Jakarta aku kaget. Tetangga-tetangga dengan mudahnya bercerita tentang apa yang terjadi di dalam. Aku sempat terbawa larut dalam masalah-masalah mereka. Ikutan bad mood, males ngapa-ngapain, dan bawaannya lelah. Lama-lama aku belajar, ternyata mereka hanya perlu bercerita sekaligus meluapkan rasa setelah itu barulah keberanian muncul. Keberanian untuk mengalahkan ego. Keberanian untuk memulai bicara terlebih dahulu tanpa merasa kalah perang. Akhirnya merasa konyol juga waktu mereka sudah mesra gandengan tangan lagi tetapi akunya masih aja baper. Wakaka... Ini seperti tidak terluka tetapi merasakan perihnya.

Memang menjadi pendengar yang baik sangatlah berat. Aku harus belajar agar tidak menyela, memberikan saran yang tidak diminta, dan malah balik curhat. Aku harus benar-benar fokus, hadir secara utuh, dan jiwa raga yang penuh. 

Terus bagaimana nih? Aku kan bagian dari keluarga dan juga masyarakat *ceilehhh masa iya gak bergabung. Tentu saja harus ada solusi dong. Hubungan dengan keluarga besar dan juga tetangga kan harus dijaga.

1. Santai, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan

Jadi ketika semua orang datang padamu dengan warna-wari masalah, ya kalau aku memang kadang masih baper. Makanya terus fokus dengan solusi. Mendengarkan dengan santai dan fokus. Artinya tidak terlarut pada masalah lalu melupakan solusi. Menemukan solusi meskipun sebenarnya si pembawa masalah sudah tahu apa solusinya, itu tentu saja penting bagi kestabilan emosiku. Terpapar masalah artinya terpapar aura negatif, terpapar aura negatif bisa merusak "rasa". Dengarkan, santai, gemakan solusi dalam diri agar otak merespon bahwa masalah selesai.

2. Sadar, apapun yang berlebihan itu tidak baik

Gak mungkin dong ya kalau kamu harus mengurus masalah semua orang. Tahu batas diri agar bisa lepas dari rasa terpaksa. Hal yang wajar kok jika kamu meminta maaf saat tetangga mulai mengulang-ulang curhatan yang sebenarnya sudah selesai. Komunikasikan dengan baik atau bisa dialihkan untuk kegiatan lain yang lebih penting misalnya memasak makan siang. Ketika kamu mengambil sikap, tentu orang lain akan menghargai. Pada akhirnya sama-sama tahulah ya. Tidak ada yang senang hidupnya berisi curhatan-curhatan negatif setiap harinya.

"Tapi kak tapi kak, aku tuh orangnya agak susah move on. Kebawa aja gitu padahal temenku juga udah baikan ama suaminya. Terus gak bisa nolak kalau temenku udah dateng dengan muka sembab."

Yes, you are the true healer actually. That's a gift. Gak masalah kok, laksana gelas ketika penuh tetapi masih diisi pastilah akan luber. Kamu akan temukan waktu yang pas untuk bisa bilang tidak atau menolak. Now, enough is enough. Just enjoy the journey and don't be rush about the perfect time.

3. Relakan, kamu bukanlah super hero

Terluka artinya belajar. Belajar untuk lebih kuat atau menemukan jalan untuk bertumbuh. Saat orang-orang di sekeliling kamu tertimpa masalah lalu kamu ingin jadi super hero untuk menyelamatkan mereka, pikir ulang! Menghapus luka itu seperti membantu kepompong yang hendak berubah jadi kupu-kupu. Kamu merasa kasihan tetapi malah berakhir dengan membuatnya cacat. 

Relakan. Biarkan mereka berjuang menemukan jalan hingga akhirnya bisa bertumbuh dengan sempurna. Berlaku juga gak anak-anak gak ya mak? Iyalah, biarkan mereka cari solusi jangan buat mereka malah tergantung dan manja. Kalau kamu tiba-tiba kecelakaan atau meninggal gimana? 

Pada akhirnya semua memang tentang pilihan. Bagaimana kita siap dengan konsekuensi yang akan kita tanggung dari pilihan yang kita ambil. Ya life must go on right. The important thing is never stop growing up not growing old!

MELANGITKAN IMPIAN DENGAN TULISAN

"Kau tak pernah terlalu tua untuk menetapkan tujuan lain atau memimpikan mimpi yang baru." C.S. Lewis
Baru mulai serius menulis di usia 30 tahun. Kenapa? Kok akhirnya memilih balik lagi ke menulis? Butuh kegiatan cin. Kegiatan yang bisa bikin otak berfungsi dengan baik. Terus 20.000 kata keluar dalam sehari. Terakhir tetapi yang utama adalah bisa disambi-sambi. Ya namanya juga sudah punya dua bayi, harus bisa berbagi kan.

Impianku saat ini adalah bisa kemping bareng suami dan anak-anak, bisa motret, dan selesaikan novel. Gak ada pesan sponsor kecuali tulisan ini aku gunakan sebagai doa agar semesta mendukung dan bisa sampai ke langit.

"Putuskan apa yang kau inginkan, dan berusahalah menjadikannya kenyataan. Jangan sampai kau lupa hidup karena terlalu sibuk bermimpi." Peter O'Conners
Aku pernah tidak percaya bahwa ketika impian ditulis maka meskipun tidak simsalabim terwujud, ada pintu yang terbuka menuju impian itu.

Aku kemarin menulis tentang cita-cita jadi psikolog.

BILA JALAN MEMUTAR ITU BEGITU JAUH

Entah kenapa setelah itu beberapa buku yang dulu ingin aku baca, tentang psikologi, sedang diskon gede di salah satu toko buku online. Dan ya aku anggap ini adalah tanda terbukanya pintu menuju impianku. Belum, acc memang sudah turun dari suami tetapi aku belum siap untuk kembali ke bangku kuliah lagi.

Dengan menulis aku berharap impian-impianku akan menemukan jalannya untuk terwujud. Woi, siap gak dengan perih dan juga usaha yang harus dibayar?

Iya ini juga lagi persiapan kok.

1. Mulai cari modal buat jalan-jalan bareng

Aku ingin anak-anak belajar dari sekitarnya tentang apa itu hidup. Kenapa kita hadir di dunia ini. Anak-anak juga harus tahu apa impiannya sejak dini agar apa yang mereka lakukan mengarah ke tujuan bukan ke hasil yang hampa dan sia-sia.

Modal ini perlahan tetapi pasti akan mampir. Semoga aku bisa bijak dalam mengambil semua peluang.

2. Mulai nulis biar siap ketika harus maraton pas selesaikan novel

Berawal dari artikel-artikel 500 kata bulan ini semoga bulan depan meningkat ke 800 kata. Pelan-pelan naik agar tidak ngos-ngosan di tengah perjalanan.

3. Novel adalah awal agar kamera bisa dibeli

Ada deal dengan suami kalau novel tentang Ammabel selesai aku bisa beli kamera inceranku.

Kali ini aku ingin mengalahkan diriku sendiri dan mulai bergerak. Kali ini aku harus taruh impian itu di jidat agar selalu ingat tujuannku. Impianku. Bismillah.

Parenting Talkshow Bersama Lego Membangun Anak Indonesia yang kreatif

Sabtu, 19 Agustus 2017 di Area Food Society Mall Kota Kasablanka
Anakku yang pertama Mamas GianGaraGembul lagi suka-sukanya main lego. Ya brick-brick berasal dari Denmark yang cara mainnya dibongkar pasang. Dulu zaman emak kecil mah mampu belinya lego kw. Sekarang alhamdulillah bisa nyicil beli yang asli biar bisa buat lungsuran ke adik-adiknya. Hihihi, tetep ya.

Begitu melihat lego, mamas langsung eksplor ^_^

Talkshow ini memang rangkaian dari BUILDING ARCHIPELEGO yang juga dilaksanakan sebagai acara yang memeriahkan HUT RI ke 72. Membangun negeri juga membangun generasi yang kreatif dan membanggakan. Bagaimana anak-anak menuangkan semua ide kreatif mereka hanya dengan 72 bricks. Keren! Terus yang tak kalah menakjubkan adalah GIANT MOSAIC 3D GARUDA yang disusun dari 3500 bricks. 

Acara yang dipandu oleh CJ (Christina Jennifer) ini menghadirkan Dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(k) MPH lalu Sissy Prescillia Sungkar, dan Gunawan Tunas (Lego Education Program). Artikel ini berisi rangkuman dari ketiga pembicara tersebut.


Bermain adalah aktivitas yang menyenangkan. Siapa sih yang tidak suka bermain? Semua anak suka bahkan terkadang orang dewasa pun meluangkan waktu untuk bermain sebagai cara melepaskan diri dari beban berat pekerjaan atau rutinitas. 

Bermain adalah hak asasi anak. Anak yang kurang bermain maka ada kemungkinan dia tidak akan pernah dewasa. Meluangkan waktu untuk bermain di usia produktif itu wajar tetapi jika sampai berangkat kerja terlambat karena malamnya begadang main bola di hp tentu saja itu tanda ada yang tidak beres.

Ketika bermain otak anak akan terstimulasi. Tentu saja variasi permainan yang digunakan untuk menstimulasi harus disesuaikan dengan umur dan perkembangannya. Tidak lupa perhatikan nutrisi.

Kenapa sih harus disesuaikan dengan umur dan juga tahap perkembangannya? Memberikan mainan sembarangan bisa berakibat fatal. Menelan bricks kecil-kecil lalu tersedak atau bricks tersebut tertinggal di kerongkongan tentu saja membuat kita menyesal. Sekali lagi, mainan-mainan HARUS DISESUAIKAN DENGAN UMUR. Anak berumur 1 tahun yang masih ada di masa oral tentu harus diberikan mainan-mainan berukuran cukup besar hingga saat masuk ke dalam mulut tidak dengan mudah tertelan. Anak umur 3-6 tahun tentu saja harus diberikan mainan yang bisa mengasah perkembangan motorik baik halus maupun kasar. Kreativitas adalah tujuan selanjutnya. Bagaimana anak-anak pada akhirnya bisa sampai pada tahap ide-ide yang mungkin bagi kita masuk akal. Bermain ketika kita memasukkan unsur matematikanya maka anak akan tanpa disadari belajar matematika.

Hindari kalimat: JANGAN MAIN TERUS, BELAJAR!
Memutus kesenangan anak bisa membuat mereka membenci belajar itu sendiri.

Optimalkan juga bonding. Usahakan untuk menemani anak bermain.
"Mamas buat apa? Oh semangka. Warnanya apa saja?"
"Hijau, putih, merah. Terus bijinya hitam lho ibu."
Luangkanlah waktumu walau hanya bertanya satu atau dua hal. Biarkan dia bercerita tentang kreasi yang sedang dia buat dan berikan apresiasi atas usaha dan juga kerja kerasnya. Disadari atau tidak selain kedekatan, kepercayaan juga akan menguat.

Anak-anak milenials katanya tidak bisa lepas dari gadget. Tentu saja jika kita mau mengusahakan yang terbaik, disiplin dengan waktu yang diperbolehkan bermain gadget misal kesepakatannya satu jam ya konsistenlah. Pasti hasilnya tidak akan mengecewakan.

Aku tergelitik dengan pernyataan Sissy yang bilang, "Masa ibunya pergi bawa-bawa tas make up segede gambreng bawa lego buat anak-anaknya aja repot."
Sissy memang menularkan kesukaan lego kepada anak-anaknya. Semenjak hamil dan merasa tidak bisa melakukan banyak hal, lego adalah pelarian baginya.
Lego memang dibuat bagi anak 1,5 tahun hingga mahasiswa. Ada semacam tujuan pembelajaran di setiap edisi yang dikeluarkan.

"Pemadam kebakaran siap menyelamatkan," ujar mamas.

Bermain mikro drama dan memanfaatkan mobil pemadam yang sudah dibuat bersama ayah tentu saja merangsang kreativitas. Mamas GianGaraGembul mulai merancang bagaimana kebakaran terjadi dan malah membakar semua mobil hingga mobil hancur. Harap jangan sampai meleng ya mak, bisa-bisa bagian-bagian lego yang kecil itu nyasar ke tenggorokan Dedek DulDenGeni.



Duplo didesain untuk anak umur 1,5 hingga 3 tahun. Plastik yang digunakan aman artinya tidak ada bau yang bisa membahayakan kesehatan, didesain dengan ujung lengkung jadi anak tidak akan tergores, presisi di setiap brick terjamin. Lego zaman dulu jika dipasang ke lego keluaran terbaru pasti pas. Itulah kenapa setiap membeli lego ada nilai lebih. Mahal itu relatif tetapi apakah pasti awet? Itu yang harus kita pikirkan sebelum membeli mainan anak.

Berusaha memberikan yang terbaik, sesuai dengan umur, dan menstimulasi anak agar otak berkembang maksimal di usia emasnya adalah kewajiban orang tua. Pilihlah dengan bijaksana agar tidak kecewa. Anak pintar pastilah membahagiakan tetapi anak kreatif adalah keberhasilan orangtua.


Good Bye Girl, Welcome Woman!

"Titik balik dalam proses tumbuh dewasa adalah ketika Anda menemukan inti kekuatan di dalam diri Anda yang bertahan dari semua yang membuat Anda terluka." Max Lerner
Tentu tidak akan ada yang tahu kapan waktu begitu baik dan memberikan pembelajaran dengan cara halus nan santun. Bukan dengan tamparan keras yang hanya berujung luka dan penyesalan. Sebenarnya sudah berulang kali tetapi aku saja yang kurang jeli dan belum ada hati untuk sekedar menepi lalu merenungi diri.

"Udah kalau mau ikut ibu diem. Gak usah kebanyakan ngomong."
Anak laki-laki yang memang lagi cerewet-cerewetnya itu diem. Klakep. Tidak hendak membantah anak perempuan bertinggi tak sampai 150 meter yang dipanggilnya IBU. 

"Ibu jangan marah-marah dong," protesnya sambil menahan air mata yang hampir jatuh.
"Kalau gak mau ibu marah ya dengerin, nurut!" bantah anak perempuan yang dipanggil IBU itu sewot.
TAK MAU KALAH.

"Kenapa aku yang dimarahi? Kan dedek yang tumpahin air?"
"Ya kamu kan udah ibu mintain tolong taruh gelasnya. Mejanya tinggi kan dedek gak sampe," menjawab dengan amarah yang meledak dan berteriak.

Ibu oh ibu. Kurang mainkah kau saat kecil? Tak bahagiakah masa kecilmu hingga kini kau menolak untuk sekedar berbicara dari hati ke hati dengan anakmu. Melepas ego barang sejenak. 

Perjalanan berat sedang ditempuh seorang anak perempuan demi sebuah kesadaran penuh bahwa dia sudah dipanggil ibu. Dulu dia tidak dekat dengan ibunya. Dia hanya tahu jika seorang ibu adalah anak perempuan yang menikah lantas menggaji pembantu untuk mengurus rumah termasuk penghuni di dalamnya ketika bekerja. Lalu pada saat dia menikah maka dia tidak tahu konsekuensi apa saja ketika dia jadi ibu dan tidak bekerja. Sepenuhnya di rumah.

Oh anak perempuan ini sepertinya tidak bahagia. Dia tidak bisa melakukan apa saja yang dia mau karena ada dua buntut yang mengikutinya ke mana saja dia melangkah. Dia juga tidak bisa sekedar merawat diri di salon seperti yang biasanya di lakukan sebulan sekali. Jangankan ke salon hanya untuk mandi saja terkadang harus menunggu dua buntut itu tidur. Buru-buru. Tak pernah sempat menikmati segar dan dinginnya air yang sudah dibiarkan semalaman. 

Hingga dua buntut mulai mandiri. Bisa makan sendiri, lalu mengambil minum sendiri, dan berusaha memakai baju mereka sendiri. Anak perempuan ini merasa masih saja kurang leluasa bergerak. Masih saja melihat masa lalu yang tidak bahagia. Masa lalu di mana masa anak-anaknya direnggut paksa tak cukup kasih sayang dan hanya nelangsa. 

"Dulu aku tak bahagia. Bagaimana aku bisa memberikan kebahagiaan itu pada anak-anakku. Sekeras apapun aku berusaha menjadi ibu yang baik, rasanya selalu berakhir pada teriakan, marah, dan juga tidak terima."

Meskipun begitu, suami anak perempuan ini tidak pernah menyerah. Dia berusaha sebaik mungkin tidak menekan dan menuntut. Dia biarkan anak perempuan ini belajar. Jatuh dan bangun. Ya suamiku, aku tak pernah bisa berhenti bersyukur karena kamu membiarkan aku melalui proses "trial & error" ini. 


A Gentleman's Dignity, drama korea yang tanpa sengaja aku tonton episode terakhirnya pas lagi cari kartun buat sulung.
"Adolescents never become mature. They just get older. However, adolescents who have gotten older know. How to go a different way and how to shine a different color. Thanks to these women, we were given the opportunity to be gentlemen instead of just ordinary men. That's why we're able to say, "Good bye, boys."


Rasanya kalimat itu menyentilku. Kapan kamu akan dewasa? Pria-pria itu belajar dari wanita dan kamu belajar dari anakmu. Dua orang anak lelaki.

"Kalau aku mati, ibu gak punya anak lagi?"

Apakah menunggu anakmu mati di tanganmu sendiri? Woiii... Sadar! Malah mewek. 

Tuhan untuk masa lalu yang begitu kelam, apakah boleh aku lepaskan? Aku sungguh lelah menyalahkan apa yang terjadi di masa lalu. Aku sungguh sesak dan ingin semua berlalu. Namun kenapa semua masih saja menghantuiku?

"Ikhlaskanlah! Semua yang terjadi memang untuk menguatkanmu agar hari ini kamu bisa jadi yang terbaik."

Aku melihat tanganku, masih ada.
Aku meraba telingaku, lengkap.
Aku memijit kakiku, tidak ada yang aneh.
Aku memencet hidungku, ah masih ada napas.

Berbekal dua buntut yang selalu membuka pintu maaf untuk semua kemarahan yang aku lontarkan. Aku berkomitmen pada diriku sendiri untuk mengucapkan selamat tinggal pada anak perempuan itu dan selamat datang pada wanita yang berjuang untuk jadi dirinya sendiri hari ini.

BERHENTILAH BERUSAHA MENJADI ORANG LAIN


Di SMANSAMenulis05 kami pernah mengudang Carolina Ratri, blogger sekaligus penulis buku yang tulisan di blognya www.carolinaratri.com fokus membantu para penulis pemula untuk berkembang. Mba yang akrab dipanggil Carra ini tidak hanya menulis di blog tetapi juga novel, flash fiction, sekaligus menggambar.

Nah ketika kami berdikusi ada pertanyaan seorang teman, sebut saja namanya Hepi: "Mba aku tuh suka nulis sastra tetapi sekarang banting stir jadi nulis artikel, gimana ya mba?" kira-kira begitu pertanyaannya. Dari fiksi kemudian menyebrang ke nonfiksi. Jawaban mba Carra begitu mengena padaku, "Lanjutkan saja keduanya, itu akan membuatmu lebih kaya."

Kaya? Menulis bisa membuat kaya. Tentu saja. Proses menulis sama dengan pekerjaan yang lain. Lakukan, pembaca senang, buku laris atau tulisan viral. Kaya di sini bisa saja kaya materi atau hati. Royalti atau jual putus akan menghasilkan pundi-pundi lalu pundi-pundi ini kamu gunakan untuk membiayai perjalananmu. Perjalanan yang ternyata memperkaya batinmu kemudian kamu tulis lagi. Nah begitu terus perputarannya.

Indah Hanaco adalah penulis produktif yang hingga saat ini sudah mengeluarkan 37 novel. Aku akrab dengannya dan sering bertukar pikiran tentang bagaimana menulis itu benar-benar bisa menyembuhkan dan memperkaya hati.

Setiap orang menjalani prosesnya masing-masing untuk akhirnya sampai pada sebuah kesadaran untuk menulis dan memperkaya diri. Tidak lagi fokus pada kaya materi tetapi hati yang kaya. Berproses dan melakukan perjalanan baik menjadi pembaca yang melahap buku apapun maupun pejalan yang mendokumentasikan juga menulis agar bisa membekukan momen.

Aku? Aku baru sampai pada tahap menulis untuk "berhenti berusaha menjadi orang lain". Sadar secara penuh bahwa saat ini aku adalah ibu rumah tangga penuh. Aku ingin kaya tetapi pekerjaanku sebagai ibu rumah tangga penuh dan hanya mengandalkan uang bulanan dari suami tentu bisa dibilang hanya  cukup secara materi. Aku pada prosesnya mulai tahu, dari tulisan-tulisan yang aku buat di blogku, aku sedang berusaha memperkaya diriku sendiri. Berusaha jadi aku. Bukan penulis-penulis idolaku. Awalnya memang terinspirasi. Makanya sering aku tanya: tulisanku mirip kamu gak? Lega ketika Indah Hanaco bilang aku punya gayaku sendiri.





Ternyata aku bukanlah epigon. Seperti penjelasan Mas Bambang Trim di bukunya "The Art of Stimulating Idea" halaman 111. INSAFLAH UNTUK TIDAK MEMAKSAKAN DIRI MENJADI ORANG LAIN, tulis mas Bambang Trim. Aku ternyata hanya mengidolakan penulis-penulis senior nan produktif itu. Aku punya gaya menulis sendiri. Entah itu saat menulis cerpen, artikel, atau sekedar status di FB. Hahaha... Entah kenapa aku bahagia menemukan kenyataan ini. Kenyataan aku adalah aku.

epigon/epi·gon/ /épigon/ n orang yang tidak memiliki gagasan baru dan hanya mengikuti jejak pemikir atau seniman yang mendahuluinya; peniru seniman atau pemikir besar (https://kbbi.web.id/epigon)
Pada tahap awal mungkin aku mencoba untuk fokus pada novel. Namun berusaha dengan keras sejak 2012, Ammabel tak kunjung usai. Novel itu bongkar pasang terus dan tak jua ada kata "tamat".

Aku ambil jalan lain. Cari ilmu lain sembari terus menulis. Tidak lagi memimpikan jadi ibu bekerja, bangun pagi, berdandan dan memakai setelan trendi kesukaanku. Aku berdamai. Aku adalah ibu rumah tangga penuh dengan jam kerja 24 jam dan daster warna-warni adalah yang ternyaman sepanjang hari. 

Dalam menulis pun aku berusaha menemukan gayaku sendiri. Tidak sekedar mengikuti tren yang sudah ada dan best seller. Aku menulis yang aku suka dan ada di sekitarku.

Terima kasih buat teman-teman di SMANSAMenulis05 yang sudah menemani perjalanan menulisku dari bulan April 2017 hingga kini. Kalian yang menjadi pengingat bahwa menulis adalah yang membuat aku tetap jadi diriku.  Kalian yang menjadi penyemangat agar aku bisa berguna baik bagi diriku sendiri maupun orang lain dengan menulis. 

Lomba Yuk! Momen Dirgahahayu 72 yang Bikin Merasa Merdeka


"Ibu, nanti kalau mamas ikut lomba malah kalah."

Itulah jawaban yang anak sulungku berikan ketika aku tanya mau ikut lomba apa. 

Baiklah tak perlu mendesak. Biarkan nantinya dia yang memutuskan. Aku juga tak punya ingatan spesial tentang lomba kecuali kemah sebelum Upacara Bendera memperingati Hut RI. Tujuh belasan. Bukan seperti anak lain yang semangat, aku lebih sering tidur banyak seusai kemah. Sungguh terlalu memang. Makanya ketika Raisa membukam nyinyiran yang bilang kenapa pilih Hamish yang blasteran dengan bertanya: kamu emang udah ngapain? Aku merasa malu juga. Apa ya yang sudah aku lakukan untuk Indonesiaku? Piknik dan menjelajah daerah, belum. Aarrrgh...

Balik ke lomba. Akhirnya suatu pagi di tanggal 13 Agustus 2017 itu Mamas jalan sama dedek dan juga ayahnya untuk beli susu. Lewatlah depan lapangan RT kan pas balik dari warung. Lha kok rame anak-anak kumpul. Tertariklah dia. Akhirnya mau ikut lomba. Makan kerupuk, pindahin bendera, dan membawa kelereng. Adiknya ikutan main waktu mamasnya lomba. Waktu berkualitas juga buat aku dan suami menemani anak-anak.

"Gak apa-apa kan Yah kalau gak menang."
"Gak papa mamas yang penting mamas senang."

What a perfect day. Senang karena setelah lomba dia dapat donat coklat plus susu yang dikira hadiah. Ditambah kerupuk yang harus dihabiskan karena keburu waktu habis.

Lomba kerupuk, posisinya belum pas jadi kurang tinggi. Mamasnya belum bisa kira-kira jadi dia bete dan cuma pura-pura gigit kayak dinosaurus yang mau makan mangsa tapi ogah-ogahan. Suaranya aja. Herrr, auk auk auk. Asli ngakak lihatin ekspresinya tetapi harus tahan biar mamas gak tambah senewen. Udah mau ikut aja udah bagus. Memang hanya itu tujuan kami. Mamas mau mencoba.

Lomba pindahin bendera. Dipilih yang setara umurnya sama mamas. Menang dia. Malah kesannya larinya malas-malasan gitu. Dia hepi karena bisa menang. Senyum-senyum.

"Ibu nunggu lomba apa lagi?"
"Nanti lomba bendera lagi tapi sama kakak."
"Ah gak mau nanti aku kalah."

Mamas sudah bisa ukur kemampuan dirinya. Perlu sedikit motivasi agar mau mencoba apapun hasilnya. Begitu diadu lagi dengan yang umur 6, kalah dia. Ya gimana memang umurnya 4 sampai 6. Namanya juga untuk senang-senang.

"Ah mamas kalah Yah."
"Gak papa yang penting mamas mau coba."

#################################################

Pawai di tanggal 17 Agustus 2017, Bekasi Barat. Pejuang muterin THB balik lagi ke rumah RT masin-masing.

Entah kenapa waktu di Bekasi kok melow. Pawai begitu meriah. Sampai gak fokus foto-foto saking terkesimanya. Semuanya total. Sepeda hias, ondel-ondel, bahkan sepeda yang dihias jadi burung garuda. Hanya sempat foto ini aja yang lain dinikmati oleh mata dan jiwa.

Jalanan macet. Biasanya orang-orang akan perang klakson dan heboh. Kali ini fokus lihat pawai sambil nyanyi Indonesia Raya dan bawa-bawa bendera kecil. Begitu semarak. 

Inilah Indonesia. Katanya banyak yang gak suka dengan budaya sendiri tetapi nyatanya semua anak-anak muda berperan dalam mengisi peringatan 72 tahun Indonesia merdeka dan sangat antusias. Mereka mengkoordinir acara lomba, pawai, dan juga membuat kostum yang "Indonesia banget". Iya nyesel gak potret detil karena rempong bawa-bawa Geni yang lagi ngemil mendoan.

Inilah Indonesia. Sejauh apapun pergi tetap merasa yang dipijak adalah rumah. Indonesia. Ah mewek deh. Sudahlah kalau dilanjutkan nanti heboh. Pokoknya JAYA TERUS INDONESIA. MERDEKA!!!


Kapstok Gantungan Kunci untuk Si Pelupa

Nempel di deket colokan biar sekalian dicharger yak
"Mah lihat kunci ayah gak?"

Carinya muter-muter ternyata di deket jaket. Padahal harusnya setengah jam lalu udah berangkat. Baiklah.

"Mamas, kunci ibu tadi mana?"

Bolak-balik cari di kamar. Lho kok udah nyantol di motor. 

Pernah ngalami? Atau malah sering. Lupa bisa dialami siapa saja. Baik muda atau tua. Terkadang kita harus berhenti sejenak untuk mereka ulang dimana pemberhentian terakhir, mungkin itulah tempat tertinggalnya kunci.

Sudah terpikirkan untuk membeli gantungan kunci. Apa daya belum ada waktu buat jalan dan toko online belum ada yang ngena.

Begitu ada teman posting di IG, aku langsung japri Ita atau lengkapnya Nurulita Septiana.




kapstok gantungan kunci ini dibandrol Rp120.000 belum termasuk ongkir dari Jogja ke tempat tujuan. Custom ya teman, bisa dibuat sesuai kebutuhan kalian. Bisnis kapstok gantungan kunci ini murni sampingan. Hanya dikerjakan sabtu minggu ketika suami Ita libur. Nah begitu kita memasukkan order, harus sabar menunggu. Bahan yang digunakan kayu jati Belanda. Selain untuk mencantolkan kunci-kunci agar tidak tercecer dan susah dicari, bisa juga digunakan sebagai bagian dari dekorasi rumah. Meski kelihatannya sempit ternyata bisa diletakkan pot dari gelas untuk bunga atau tanaman, kamera, dua sampai tiga hp, dan radio juga. Pokoknya sesuai permintaan maunya gimana. 



Waktu pas ketemu di reuni memang aku sudah sempat bilang kalau mau pesan gantungan kunci. Baru japri Ita lagi setelah lihat postingan teman-teman dan juga efek lupa yang kian menjengkelkan. Sampai kepikiran modifikasi hp biar bisa dikasih kunci. Iya maksudnya biar bisa ditelepon kalau lagi menghilang. Hahaha, dan karena belum mungkin jadinya order kapstok gantungan kunci multifungsi ini.

Bentar-bentar, ini sering lupa jangan-jangan sudah pikun ya? Lho bukannya kemarin baru ulang tahun ke tigapuluh? Ish malah ditegasin. Biar bisa memaklumi kalau umur segitu boleh sering lupa. Gak lah. Lupa kan bisa macam-macam penyebabnya. Stres, kurang asupan otak, atau malah sudah terserang pikun. Ya semoga setelah ini tidak ada lagi gegeran pagi-pagi nyari kunci yak. Aamiin.

Semangka Busuk dan Kepercayaan

Sudah sampai berliur membayangkan segarnya semangka di musim panas

Di musim panas semangka jadi idola. Air yang melimpah, daging buah yang kres-kres, dan manis yang menjadikan sensasi dinginnya tambah mengigit lidah. Tidak akan berhenti hingga piring saji menyisakan kulit. 


Sangat cocok dikonsumsi saat siang dan sinar matahari mengeringkan kerongkongan antara jam 12 hingga jam 1 siang. 

Nah ceritanya aku sudah punya tukang sayur langganan. Aku sering memesan semangka dan juga pisang. Hari itu memang panas sangat garang. Keluar sebentar saja, kepalaku rasanya seperti tersengat dan mataku langsung perih. 

"Gak papa ibu, kan ini memang musim panas. Kita makan semangka aja yuk."
"Iya mamas tapi pakde belum datang. Kan kemarin baru pesan sama pakde semangkanya."
"Oh jadi tunggu dulu," simpulnya dengan senyum.

Itu semangka pas lagi ditunggu-tunggu, gak minta dipotong sekalian eh malah busuk. Orangnya udah keburu jualan lagi.

Musnah sudah semua harapan. Dia bilang semangkanya itu selalu juara. Manis dan segar. Namun hari itu semua kepercayaan itu hancur. Memang aku selalu saja lupa. Lupa untuk tidak cepat percaya. Kecewa lagi hanya perkara semangka.

Ini masalah semangka busuk lho ya, kok jadi panjang urusannya. Iya soalnya kalau gak ditulis bakalan lupa lagi.

"Percaya pada manusia adalah kebodohan. Bodoh karena kamu  tahu itu akan berujung kecewa." (phalupiahero)
Jelas saja kecewa. Buat orang-orang pemuja kesempurnaan maka pastilah akan sakit hati ketika kepercayaan yang diberikan ternyata hancur hanya karena tidak teliti memilih semangka. Itu tukang sayur ya, mungkin bangun jam satu dini hari untuk memburu dagangan yang kasih keuntungan lebih. Demi kiriman ke kampung lebih banyak dari bulan kemarin meski hanya seratus ribu. 

Konyol ternyata setelah ditulis. Aku kehilangan mood seharian setelah merasa tertipu. Padahal hal-hal seperti ini pastilah datang silih berganti. Orang-orang datang dan pergi. Berbekal kepercayaan kita, mereka bisa melakukan hal jahat atau malah membuat kita merasa diperhatikan.

Harus bagaimana?
Kepercayaan memang harus kita perjuangkan. Ora mak pedundug simsalabim, orang percaya. Hipnotis pun butuh waktu.

"Ah kita memang gak boleh percaya ama orang dek, percaya ya sama Tuhan. Percaya sama orang bisa masuk syirik lho."

Yawlaaa urusan semangka busuk aja bisa sampe bahas syirik ya cintaku. Artinya kita memang harus bersikap biasa saja. "Shit happens but you can flush it anyway."

Berapa kali semangka busuk itu mampir hingga akhirnya kamu tahu bagaimana cara membedakan semangka kualitas bagus dengan yang mudah busuk? Pelajaran apa yang kamu petik ketika semangka busuk itu mampir? BELAJAR DARI PENGALAMAN.

4 KALI. Semangka sebaiknya langsung dibelah oleh penjual. Semangka yang mudah busuk memiliki guratan putih di antara sela-sela daging buahnya yang merah. Busuk ketika kulit luar bonyok. Akan tidak enak dimakan lagi saat ada bau menyengat ketika semangka itu dibelah.

4 KALI. Mencoba untuk percaya kalau besok jauh lebih baik. Biarkan dia menjelekkan tukang sayur lain. Fokus saja kalau memang kamu sreg. Tidak perlu banyak nawar. Rezeki tidak akan pernah berkurang atau tertukar. 

Semangka busuk hanya contoh saja bagaimana kepercayaan bisa dibangun. Tidak perlu terlalu serius hingga harus mengomel bahkan memboikot agar tukang sayur itu tidak perlu lewat lagi di depan rumah. Halooo! 

"Iya pakde minta maaf, besok diganti ya. Kasihan udah nunggu padahal ya. Besok ya besok pasti pakde ganti yang bagus."

See, menunda marah itu juga bagian dari memelihara hubungan dan juga kepercayaan. Stay cool and get your refreshing sweet watermelon tomorrow!

GARA, GENI, KARTUN, DAN PEMBELAJARAN


Rainbow Ruby adalah kartun yang tayang di RTV. Jam dan harinya berubah-ubah. Kartun ini sangat membantu ibu menjelaskan kepada anak tentang berbagai macam profesi. Gambar yang aku ambil adalah ketika Ruby menjadi dokter gigi. Ternyata kartun ini digunakan UNESCO membantu anak-anak perempuan mendapatkan pendidikan. 

Umur 4 tahun, anakku sudah bisa memilih kartun apa yang akan dia tonton saat sarapan lalu menjelang tidur siang hingga waktunya membaca buku sembari menunggu kantuk benar-benar sukses mengalahkan mata.

Anak-anak memang tidak dapat dipisahkan dari tontonan. Ada waktu di mana mereka lelah bermain pasir, air, ataupun bersepeda keliling kompleks. Namanya juga anak-anak ada yang cepat bosan.

Jadwal kartun anak-anak dari pagi hingga malam memang beragam. Aku tidaklah membatasi, mereka boleh nonton apa saja. Kok gitu? Emang gak takut mereka jadi kecanduan terus kurang gerak dan malah seharian duduk aja di depan tv?

Ini studi kasus anakku ya jadi bisa dipakai atau hanya masukan saja saat memutuskan harus mengambil cara yang bagaimana untuk membentuk rutinitas anak.

Bangun tidur. Mandi. Sarapan. Nonton kartun. Jam kartun selesai maka secara otomatis Gara akan mengeluarkan mainan yang sedang dia sukai. Main bersama adiknya. Adiknya ikut pola Gara kalau tidak begitu mengantuk. Geni memang masih tidur tiga kali dalam sehari dan hanya dua jam di setiap sesinya. *tidur apa les gitar mak pake sesi segala

Balik ke kartun. Pada saat semua judul kartun telah Gara tonton, sekarang dia hanya fokus saat Hi5, Shaun the sheep, Rainbow Ruby, dan Tayo. Ketika kartun lainnya tayang dia akan ambil mainan dan menata semua balok untuk dia rancang. Bila rancangan sudah selesai maka dia akan mulai menggunting kertas lalu membuat perlengkapan pesta. Topi dan juga baju.

Jadi tidak ada masalah membiarkan dia menonton semua kartun. Apapun kartunnya yang penting aku dampingi untuk memberikan penjelasan atau masukan yang diperlukan. 

"Terus yang nemenin aku siapa?" ujar Gara ketika aku pamit untuk memasak makan siang.

Dia akan dengan senang hati mengikuti dan berusaha ambil peran membantu ibu.

"Dipetik bu? Biar bersih? Biar kumannya mati?"

Ada masa di mana Gara terlalu cerewet lalu memberikan kejutan saat bisa mengganti channel yang ada kartun.

"Satu sama sembilan bu nomornya. Yang melengkung ke bawah kan."
"Ya nak, sembilan itu yang melengkungnya ke bawah."

Dia tahu angka yang menurutku hanya sambil lalu saja aku ajarkan. Ah nak, kamu memang sponge penyerap yang luar biasa. 

Hi5 saat ini jadi favorit Geni. Dia akan bergoyang mengikuti alunan musik dan juga tarian yang sedang Hi5 peragakan. Motorik kasar secara tidak langsung ikut dilatih dan motorik halus juga berkembang. Tampak ketika Geni mulai memegang gelas sendiri dan mengontrol masuknya air ke mulut.

Anak-anak belajar dari sekitar. Tidak usah terlalu parno dengan apa yang dia tonton asal kita mendampingi dan selalu memberikan jawaban atas semua penasaran yang mereka rasakan. Mereka kadang tumbuh jadi lebih pintar, kuat, dan mandiri hanya ketika kita merasa sedang berkedip. Maka dari itulah dampingi secara utuh dan penuh agar kita tidak melewatkan sedetik saja perubahan mereka.
"Ibu, lelahmu akan terbayar hanya dengan senyum dan pelukan hangat dariku.    Ibu, nilaimu akan selalu 100 jadi tak perlulah kau merasa rendah diri.        Temani aku hingga masanya berganti dan akulah yang akan menemanimu.          Bersabarlah karena itu hanya sekedipan mata saja." 
Kartun ada masanya begitu pula kebersamaan kita bersama anak-anak. Sungguh indah bila kita bisa bersama mereka untuk tumbuh, belajar, dan beranjak dewasa. 

[Komentar Apik] The Passionate Marriage, Membuat Kenangan Indah demi Melalui Masa Lalu yang Sulit

Novel ke 34

Penulis    :  Indah Hanaco

Penerbit   :  Grasindo

Tahun      :   Maret 2017

Halaman  :  242

"Wow, sebentar!" Philip mengangkat kedua tangannya ke udara. "Sepertinya kita akan menghabiskan waktu lumayan panjang untuk membahas soal 'level' ini." Dia menoleh ke kiri dan memanggil Sigit yang sedang membersihkan peralatan masak. "Mas, aku harus membajak Mbak Mila sebentar. Tolong jangan marah, ya?" (halaman 13)
Bagaimana Philip mengatur strategi untuk mendapatkan cinta Gwen?

Sungguh ini adalah novel yang sangat manis. Lebih dewasa dan juga matang. Indah Hanaco benar-benar berhasil membuat jantung berdegup saat adegan malam pertama tercipta. Bacaan yang tepat bagi pasangan dengan label "just married".

1. Kamu akan meleleh dengan perhatian yang Philip berikan untuk Gwen

Pasangan yang baru menikah akan melalui masa-masa penyesuaian. Diawali dengan hal-hal yang manis seperti bulan madu, eksplor tentang kekurangan dan kelebihan, ataupun menjelajah saat malam tiba, berdua, di ranjang. Nah Philip dan Gwen juga saling mengenal karena tidak melalui masa pacaran melainkan langsung menikah.

"Beratku lima puluh kilogram. Kau mungkin akan mengalami patah tulang kalau terus memangku dan memelukku begini." (halaman 84)

Ketika pasangan sedang meraba-raba apa itu cinta, apakah benar mereka saling cinta, dan mulai membuka diri. Pasangan harus benar-benar membuka semua indera. Tidak memasukkan ego. Hanya empati ya cukup berusaha merasakan apa yang sedang dihadapi oleh pasangannya.

"Andai mereka bisa bertukar tempat, Philip pun takkan sudi membongkar rahasia sekelam itu. Ini bukan soal kepercayaan, melainkan tentang menjauhkan orang yang dicintai dari hal-hal menjijikkan yang tak bisa diubah. Keadaan takkan membaik hanya karena Gwen menceritakan rahasianya pada Philip. Memangnya apa yang bisa dilakukannya untuk memperbaiki masa lalu istrinya?" (halaman 137)


2. Bagaimana seseorang berpikir positif setelah badai memporak-porandakan hidup

Hidup Gwen Camelia tidaklah mudah. Dia berumur 22 tahun saat memutuskan menerima tawaran Philip Renard untuk menikah. Itupun setelah Philip menyelamatkannya dari tragedi yang diciptakan Ben.

Tidak ada ayah dan ibu, harus merawat si kembar dan memutuskan untuk menunda kuliah demi dua adiknya. Belum lagi kakak tirinya, Elvi kakaknya yang jalang yang hanya pantas diceburkan ke neraka untuk semua penindasan yang dia lakukan kepada Gwen.

"... Pada akhirnya Gwen tidak mau lagi berandai-andai. Dia menjalani apa yang memang digariskan, tidak menginginkan segala hal yang mustahil terjangkau. Gwen menolak untuk makin jauh terperangkap pada ketidakbahagiaan." (halaman 159)

Menikah, membawa masa lalu masing-masing, pastilah tidak akan berhasil jika pasangan hanya berkutat pada masa yang tidak bisa diubah itu. Masih cemas ketika mantan sang suami menghubungi. Kalang kabut ketika istri curhat tentang mantan yang masih belum move on. 

Gwen dan Philip benar-benar berjuang melangkah ke depan, menyongsong kehidupan baru mereka. Berusaha membuat kenangan-kenangan baru untuk menggantikan kenangan-kenangan perih yang terjadi di masa lalu.


3. Gangguan ada di mana saja dan kitalah yang harus mengambil sikap 

"Aku tahu ceritanya," balas Rafe kalem. "Tapi nggak perlu cemas. Suamimu ini kebal godaan, Gwen. Aku ada di kantornya saat Sondra pingsan. Kami membawanya ke klinik. Aku juga ada di sana waktu gadis itu membawakan makanan untuk Philip. Suamimu bahkannggak mau menyentuh makanan itu dan malah memberikannya ke satpam. Aku juga ada waktu Philip memanggil Sondra minggu lalu. Dia memarahi gadis itu karena sudah menemuimu dan mengoceh tak keruan. Bahkan aku sampai merasa iba pada Sondra karena Philip begitu galak. Gadis itu, sudah cintanya ditolak mentah-mentah, masih dimarahi pula. Setelahnya, masih dilarang dekat-dekat ruangan Philip. Dia..."
(halaman 234)

Sebenarnya novel ini adalah cubitan bagiku. Bahwa ada banyak laki-laki di luar sana yang setia seperti halnya Philip. Namun aku sebagai wanita tidak cukup berani untuk percaya. Yakin bahwa ada laki-laki yang mampu bertanggung jawab akan istri dan menghalau semua godaan yang ada. Ya membaca memang menyelamatkan.


4. Katarsis

"Sejak kapan ada samsak di belakang rumah kita?"
"Sejak tadi pagi. Aku biasa memukuli benda itu saat sedang punya masalah. Itu caraku melepaskan emosi. Supaya nggak ada orang di sekitarku yang matanya lebam," gurau Gwen. "Sejak pindah ke sini, aku belum pernah lagi meninju benda itu."
"Itu cara yang cerdas untuk menyalurkan emosi. Sungguh, aku lebih suka kau memukuli benda itu ketimbang menjadi sasaran. Meski aku mencintaimu, aku sangat menyayangi mata dan wajahku."
(halaman 139)

Pernikahan: dua karakter, dua sifat, dan dua latar belakang. Pernikahan adalah perjalanan. Harus ada yang dipersiapkan, langsung dijalani saja, atau berbekal seadanya. 

Ketika perjalanan menjadi sangat berat dan penuh badai, tidak ada salahnya untuk menepi. Melakukan hal-hal yang bisa membuat pasangan bahagia. Jika perlu waktu menyendiri, keluar rumah, atau sekedar mengubah penataan ruangan. Setelah siap maka bisa kembali mengarungi perjalanan yang bernama pernikahan.

5. Menikah tak melulu soal punya anak

"Gwen bukannya tidak menginginkan itu, tapi prioritasnya saat ini menyelesaikan pendidikannya. Seharusnya Gwen sedang bersiap untuk menjadi sarjana. Namun karena harus menunda kuliah dan sempat cuti, dia masih menjadi mahasiswi semester tiga. Perempuan itu sudah bersepakat dengan suaminya untuk menunda dulu masalah bayi hingga Gwen menjadi sarjana." (halaman 163)

Philip memberikan kebebasan sepenuhnya pada Gwen untuk merampungkan pendidikannya. Sungguh ini terjadi di dunia nyata. Suami dengan kesadaran penuh memberikan istri hak sepenuhnya untuk mengenyam pendidikan yang diimpikannya. Setelah menikah, istri bisa dengan bahagia belajar untuk mengaktualisasikan diri dan juga bekal mendidik anak-anaknya. Suami paham bahwa pendidikan dan ilmu inilah yang nantinya akan menjaga mereka.

Buat yang mau menikah, tambahlah pengetahuan! Paling tidak bekali diri dengan pengetahuan tentang konsekuensi apa yang akan dihadapi setelah kata "sah" diamini. Jika tidak mau, kenali lah pasangan! Pastikan agar tidak membeli kucing dalam karung yang berujung pada penyesalan. 

Meskipun Philip ada di dunia nyata tetapi kisahnya terbatas di novel dan berakhir bahagia. Intinya tidak ada yang sempurna. Kita harus punya seribu satu cara bahkan lebih untuk melalui perjalanan kita sendiri.

Buat yang sedang dalam perjalanan bernama pernikahan, novel ini bisa menjadi pengingat bagaimana awal-awal pernikahan yang manis. Perjalanan masih terus berlanjut dan semoga selalu menemukan bahagia di setiap haltenya.

Makasih buat Indah Hanaco yang sudah menuliskan kisah Philip-Gwen dengan dinamika yang nyata dan penuh pembelajaran.