Tua, Bahagia, dan Sejahtera


Aku sudah sering membicarakan ini dengan GaraGembul. Bagaimana kalau ibu tua? Lalu jadi nenek-nenek. Kalau udel lagi bolong ya dia jawab, Gara akan bantu ibu. Kalau lagi senewen karena emaknya gak jelas ya dia akan komen: "Ibu jadi jelek."
Aku tersenyum. Baru segitu pemahaman dia bahwa tua itu jelek. Tua itu nenek atau kakek. 
Sementara aku dan adikku sudah mulai membicarakan yang bikin terbawa perasaan.
Kami memiliki keluarga utuh artinya ibu bapak masih ada. Belum meninggal atau bercerai. Kami hanya dua bersaudara. Kembar sepasang artinya dua anak perempuan. Utuh tetapi tidak begitu harmonis. Kami masih membawa inner child yang belum tuntas kami taklukkan. Aku khususnya.
Namun Tuhan selalu punya cara untuk kasih aku pandangan. 
"Ibu pengen mati ya mati aja gak usah pakai nyusahin anak-anak."
Itu kata ibuku saat nenek kami mulai sakit-sakitan dan susah dipenuhi kemauannya. Dia berkaca pada nenek dan tidak mau seperti itu.
Itulah ibu sampai kapan pun tidak ingin jadi kerikil yang menusuk perjalanan anak-anaknya. Walaupun begitu kami selalu berpikir apa yang bisa kami lakukan untuk ibu kami. Hal kecil apapun.
Aku dan adikku tidak dekat dengan bapak. Kami tidak termasuk dalam kutipan,"dad is daughter's first love". Aku sampai punya kutipan sendiri, "setiap pelacur lahir dari seorang bapak yang gagal."
Ya karena aku punya masa kecil, remaja, dan dewasa yang berat tanpa kasih sayang bapak. Aku bisa menangis bombay hanya dengan melihat ayah menggandeng anak perempuannya. Apalagi kalau hubungan mereka dekat. Mewek melulu lah.
Aku sering berpikir, hubungan yang tak harmonis ini pasti akan berdampak pada masa tua bapak. Apakah aku akan mengurusnya?
"Mengurus orang tua beda sama anak-anak. Kalau anak-anak berak di celana masih ada imutnya, lha kalau orang tua? Hanya ngeyelnya yang tersisa."
Apakah aku siap?
Sebentar, sebentar, sebentar.
Ramadan baru saja berlalu kok sudah mulai egois lagi ya? Lupa dengan satu bulan belajar sabar dan tawakal?
Mengurus orangtua kan juga ibadah masa iya gak mau dapat pahala?Aku sudah sering membicarakan ini dengan GaraGembul. Bagaimana kalau ibu tua? Lalu jadi nenek-nenek. Kalau udel lagi bolong ya dia jawab, Gara akan bantu ibu. Kalau lagi senewen karena emaknya gak jelas ya dia akan komen: "Ibu jadi jelek."
Aku tersenyum. Baru segitu pemahaman dia bahwa tua itu jelek. Tua itu nenek atau kakek. 
Sementara aku dan adikku sudah mulai membicarakan yang bikin terbawa perasaan.
Kami memiliki keluarga utuh artinya ibu bapak masih ada. Belum meninggal atau bercerai. Kami hanya dua bersaudara. Kembar sepasang artinya dua anak perempuan. Utuh tetapi tidak begitu harmonis. Kami masih membawa inner child yang belum tuntas kami taklukkan. Aku khususnya.
Namun Tuhan selalu punya cara untuk kasih aku pandangan. 
"Ibu pengen mati ya mati aja gak usah pakai nyusahin anak-anak."
Itu kata ibuku saat nenek kami mulai sakit-sakitan dan susah dipenuhi kemauannya. Dia berkaca pada nenek dan tidak mau seperti itu.
Itulah ibu sampai kapan pun tidak ingin jadi kerikil yang menusuk perjalanan anak-anaknya. Walaupun begitu kami selalu berpikir apa yang bisa kami lakukan untuk ibu kami. Hal kecil apapun.
Aku dan adikku tidak dekat dengan bapak. Kami tidak termasuk dalam kutipan,"dad is daughter's first love". Aku sampai punya kutipan sendiri, "setiap pelacur lahir dari seorang bapak yang gagal."
Ya karena aku punya masa kecil, remaja, dan dewasa yang berat tanpa kasih sayang bapak. Aku bisa menangis bombay hanya dengan melihat ayah menggandeng anak perempuannya. Apalagi kalau hubungan mereka dekat. Mewek melulu lah.
Aku sering berpikir, hubungan yang tak harmonis ini pasti akan berdampak pada masa tua bapak. Apakah aku akan mengurusnya?
"Mengurus orang tua beda sama anak-anak. Kalau anak-anak berak di celana masih ada imutnya, lha kalau orang tua? Hanya ngeyelnya yang tersisa."
Apakah aku siap?
Sebentar, sebentar, sebentar.
Ramadan baru saja berlalu kok sudah mulai egois lagi ya? Lupa dengan satu bulan belajar sabar dan tawakal?
Mengurus orangtua kan juga ibadah masa iya gak mau dapat pahala?
###
Menua dan bahagia katanya kuncinya ikhlas.  Dan ikhlas itu proses. Bukan hasil. Terus dan terus.
###
Ketika ibu dan bapak menggenggam tangan cucu sungguh itu anugerah. Artinya ada masa di mana ibu dan bapak melihat anaknya mengurus rumah tangga. Momen demi momen indah yang tercipta semoga nantinya bisa menjadi bekal untuk melalui masa sulit di saat ibu berubah jadi rewel dan ngeyel. Sungguh sesudah masa sulit pasti datanglah kemudahan asal aku bertahan.

Ibu, bapak, semoga aku bisa mendampingi kalian di masa tua yang bahagia. Aamiin. Tua, bahagia, dan sejahtera.

2 komentar

  1. Aamiin aamiin, semoga doa mbak diijabah Allah swt. Sayapun ingin banget melihat masa tua orang tua saya, ingin membahagiakannya juga, semoga para orang tua kita semua sehat selalu ya mbak

    BalasHapus
  2. Aamiin. Saling mendoakan ya mba.

    BalasHapus