[Komentar Apik] Tentang Kutipan, Memanfaatkan Jeda untuk Kembali Bergerak


Judul
Dear Olivia: 40 Things You Need to Know Before  You Go

Penulis Osceola Anthony
Ilustrator Opie Meilana

Terbit Februari 2017
Penerbit Metagraf

Halaman 132

AWALI HARI DENGAN BAHAGIA (halaman 5)
Mustahil bila baru bisa tidur setelah jam 2 dini hari lalu jam setengah 4 terjaga karena rengekan minta minum.
Dimanakah sisi bahagianya?
Ya rengekan itu lah. Ada berjuta wanita di luar sana yang ingin harinya diwarnai rengekan. Dan aku mengeluh? 

"IF WE WAIT UNTIL WE'RE READY. WE'LL BE WAITING FOR THE REST OF OUR LIVES." (Lemony Snicket/halaman 9)
Aku bolak-balik baca itu kutipan. Ada yang menohok lalu membuatku membuka kembali catatan ya semua catatan yang berhubungan dengan anak-anak. Kartu cek dokter, USG 4D, dan KMS yang memuat semua perjalanan mereka. Ya Tuhan, aku masih mengeluh karena lelah yang mendera karena jadi ibu dua anak yang berjarak 2 tahun 10 bulan itu meremukkan tubuhku. Iya aku letih.

BAHKAN MIE INSTAN TIDAKLAH INSTAN (halaman 11)
Kutipan yang sering didengungkan penulis kesayangan Indah Hanaco tentang proses.
Dan proses jadi ibu ini sungguh seperti naik rollercoaster. Apakah aku sanggup?

"IF YOU DON'T LIKE TO READ. YOU HAVEN'T FOUND THE RIGHT BOOK." (J.K. Rowling/halaman 27)
Mulailah aku mengambil jeda. Membuka kembali buku-buku jika anak-anak tidur. Sungguh imajinasiku melayang jauh ke belakang. Masa sebelum aku berkubang dengan kerempongan menjadi ibu dua anak lanang. Buku-buku itu malah menguatkan rasa kalau aku harus jadi orang yang bertanggung jawab atas semua pilihan.
Menikah. Punya anak. Jadi ibu.

WE SHOULD LIVE UNTIL WE DIE (halaman 30)
Sampai maut menjemput. Bukan memaksa maut datang lebih awal. Sungguh bukan perkara mudah jika didampingi masa lalu kelam dan depresi.
Namun buku dan menulis pasti akan jadi penyelamatku dari pikiran untuk mengakhiri semua kegilaan yang ada di pikiran. Tentang membekap anak, menjadikan mereka sop, lalu menyajikan hangat-hangat saat suami pulang kantor. 
Buku ini adalah salah satunya yang membuatmu akhirnya kembali menulis. Mengais kembali puing-puing passion yang membuat aku menikmati hidup dengan semua kegaduhan dan dinamika.

"DON'T SAY MAYBE IF YOU WANT SAY NO" (Paulo Coelho/halaman 39)
Akhirnya aku menyerah. Aku mulai mencari bantuan untuk membantuku mengurus anak. Aku tak mau selalu jadi monster saat lelah mendera. Berteriak pada anak-anak seolah semua bisa jadi lebih baik.
"Ibu kan tadi baik. Kok marah lagi?"
Maafkan ya nak. Aku terlalu menuntut semua sempurna sehingga kalian jadi korban kemarahan jika ada yang tidak sesuai mauku. 
Maafkan ya nak, kalian harus ada di daycare agar selamat. Aku mau mengambil jeda. Aku tahu batasku.

SEGERA KERJAKAN DAN SELESAIKAN (Halaman 43)
Aku tahu rasanya begitu nyaman saat aku bisa menyelesaikan satu tulisan tanpa merasa bersalah menduakan perhatian. Laptop dengan dua anak. Dan itulah saat ada waktu aku benar-benar kerjakan dan selesaikan. Begitu kalian bangun, aku bisa fokus. 
Masih ada bisikan "nanti saja", dan aku akan terus berusaha semampuku untuk bisa fokus.

"YOU'RE BRAVER THAN YOU BELIEVE. AND STRONGER THAN YOU SEEM. AND SMARTER THAN YOU THINK." (A.A. Milne/halaman 55)
Berusaha memberikan afirmasi positif bahwa pilihanku belajar dan mengambil jeda untuk menulis adalah benar. Baca buku lalu menulis. Baca lagi, menulis lagi.

MASALAH ADA UNTUK DIHADAPI (Halaman 73)
Silih berganti dan kadang membuat ingin lari. Namun bagaimana lagi kan harus tetap dihadapi.
Layaknya beras walaupun mahal ya harus dibeli karena kalau belum makan nasi rasanya belum makan.
Listrik naik? Ya kan tetap harus dibayar kalau gak malah denda dan tambah naik bayarannya.
Hadapi. Jalani. Syukuri.

"WORK FOR A CAUSE NOT FOR APPLAUSE. LIVE LIFE TO EXPRESS NOT TO IMPRESS." (Unkown/halaman 88)
Tentu saja namanya punya mulut pastilah selalu ada yang berkomentar. "Ih kok anaknya dititipin daycare sih. Emang kamu ngapain? Kerja?"
Kalau gak kerja emang gak boleh nitipin anaknya di daycare? Boleh lah kalau ternyata emaknya agak gesrek ya biarin emaknya ambil napas biar gak kebablasan kan. Emang jadi ibu rumah tangga atau ibu bekerja tu gampang? Kalau gampang pastinya gak akan ada kasus ibu mutilasi atau gorok anaknya sendiri.
Menjalani hidup yang sebenar-benarnya memang tidaklah mudah tetapi bila aku pahami diriku sendiri maka semua pasti ada jalannya.

Apapun badai yang sedang kamu hadapi, semoga selalu ada jeda untuk berkaca bahwa kamu berhak bahagia. Bukan orang lain tapi kamu. Ya kamu.

Tidak ada komentar