Ngeblog Selama 30 Hari, Kok Bisa?


Alhamdulillah ternyata bisa juga ngeblog 30 hari selama Juli ini.

Kok BISA? Katanya malas menulis. Tulisan yang aku buat selama 30 hari adalah tulisan dengan sebagian besar curhat dan tidak mencapai 500 kata. Itulah alasannya kenapa akhirnya bisa selesaikan target pribadi konsisten selama 30 hari tayang tulisannya.
Ya aku ingin mengawali dengan memperbaiki ritme dan menjadikan menulis sebagai kebutuhan. Paling tidak dalam sehari ada yang bisa dicurahkan meskipun jumlah katanya terbatas sama seperti saat update FB atau nulis caption IG. 

KOK BISA? Katanya gak ada tema untuk ditulis. Nah akhirnya aku membuka semua indera untuk menangkap semua kegelisahan yang mampir. Apapun itu, apakah nanti akan ditulis atau tidak, aku catat semua di memo hp atau buku kecil yang aku bawa ke mana saja aku pergi.

KOK BISA? Ada dorongan besar dalam diriku untuk menambah ilmu dan pengetahuan seiring makin kritisnya Mamas GianGaraGembul.
"Bu kok ada lampu merah?"
"Kenapa semangka manis?"
"Terus kenapa ibu bisa pusing?"
Pertanyaan yang mau gak mau harus aku tahu jawabannya. Untuk bisa tahu jawabannya, aku harus banyak membaca. Ketika banyak membaca maka pikiran penuh dan harus dibagi. Jadilah aku bagi, sebagian buat menjawab pertanyaan, sebagian lagi ditambah curhat dan tayang di blog.

KOK BISA? Rasa penasaran untuk bisa menaklukkan malas dan juga menunda. Membuat kegiatan menulis semenarik mungkin. Memilih dan edit gambar, memulai menulis, lalu menambah bacaan agar tulisan bisa memiliki manfaat setidaknya untuk diriku sendiri. 

Terus apa saja yang didapat setelah bertahan selama 30 hari? Ini berdasarkan pengalamanku ya. 

1. Tidak perlu kebanyakan mikir, tulis saja hal yang mengganjal saat itu.

Ketika semua aktivitas rutin selesai dan hanya scrolling timeline FB yang tersisa untuk dilakukan maka akan banyak ide yang bersliweran. Tentang beras, artis yang anaknya tertangkap, atau bagaimana cara mempertahankan berat badan.
Tulis saja hal yang bisa memuaskan rasa penasaranmu. 

2. Jangan ragu untuk berbagi di beranda FB

Sangat menyenangkan bisa mendapat respon dari teman-teman ketika aku berbagi tentang kerasnya masa kecil yang aku hadapi dan bagaimana aku akhirnya bisa bertahan dan melaluinya.
Ada yang memberi dukungan, saran, bahkan perhatian.
Semua itu membuat aku bersemangat dalam menulis. Apa lagi yang akan aku bagi hari ini?

3. Milikilah memo atau buku kecil yang mudah ditemukan di dekat kamu

Artinya apa saja yang ada dan kamu tulis bisa jadi tabungan ide yang akan jadi pemantik untuk kamu tulis di blog.

4. Terus membaca

Hanya caption IG bisa mempengaruhi mood kamu lalu dengan semangat membara mulai menulis.
Itulah guna membaca sekilas. Ada kenangan yang mencuat lalu memunculkan ide-ide mendesak untuk dituliskan.

5. Bila draf menghilang artinya kamu memang akan jadi lebih pintar dalam menulis

Sudah panjang lebar menjelaskan tentang kereta tinggal ditayangkan eh kok menghilang 😠. Mau nangis gak keluar air mata, teriak takut anak bangun, nulis lagi dari awal ya ogah lah.
Ya aku menarik napas panjang. Membaca pelan-pelan referensi yang masih aku buka di tab lainnya. Secara ajaib kalimat-kalimat yang aku susun kembali dan malah jauh lebih rapi dan sreg saat dibaca lagi. Asal tidak ngambek dan berhenti menulis. Kamu akan jadi lebih pintar merangkai kata.

6. Semakin sering menulis maka kecepatan akan meningkat

Lima belas menit dapat lima puluh kata lalu dua minggu kemudian jadi seratus sepuluh kata. Ya semakin lancar karena kosakata secara otomatis bertambah.

7. Menulis semoga akan jadi kebutuhan

20.000 kata yang tidak dilisankan semoga bisa berubah menjadi tulisan-tulisan yang bermanfaat. Kebutuhan untuk mengeluarkan 20.000 kata agar tetap waras berubah jadi artikel-artikel yang nantinya bisa digunakan sebagai rujukan. 

8. Bertumbuh dan bermanfaat

"Pik, aku inget tulisan kamu tentang mangga. Boleh gak ya aku makan 2 hari ini?"
Yeiyyy, ada pembaca yang suka artikelku dan jadi bahan rujukan. Inilah yang aku jadikan pegangan untuk terus bertumbuh dan bermanfaat. 

9. Semangat menulis untuk pembaca dan diri sendiri

Kadang merasa GR kalau tulisanku ditunggu. 😜 Ya setidaknya sama suamiku yang bertanya mau nulis apa hari ini.

Buat teman-teman yang ingin mulai menulis di blog. Ayo eksekusi!  Kalian pasti bisa. SEMANGKAAA 🍉🍉🍉

Magic in My Mom's hands



Ibuku jarang memasak tetapi kalau sudah eksekusi meskipun hanya bawang merah dan putih, penyedapnya cuma pake garam gula; aku pasti gak berhenti nambah nasi kalau sambal belum habis.

Aku gak tahu pasti magic apa yang diberikan. Mengutip kata Damian setelah aksinya selesai: sempurna. Iya selalu saja memanjakan lidah.

Menunya biasa: sayur sop, telur dadar yang kata ibu jadi mirip martabak saking tebalnya, dan sambal. Namun selalu sukses membuat aku kekenyangan karena tidak ingin berhenti sebelum sambal habis.

Aku selalu penasaran dengan sambal racikan ibu. Semua rasa ada. Manis, pedas, dan gurih. Dengan bahan dan komposisi sama, hasil ulekan ibu selalu lebih sedap dibandingkan punyaku. Magic in My Mom's hands.

Ibuku adalah ibu bekerja. Dia memang tidak begitu dekat denganku. Namun sekarang ketika posisiku juga sebagai ibu dua anak, aku selalu merindukan segala hal tentangnya. Aku jadi paham tentang semua keputusan yang dia ambil.

Selain masakan, keajaiban lainnya adalah ibu sangat pandai merajut dan kreasi kerajinan tangan lainnya.

Ibuku juga pandai memijat. Kedua anakku selalu suka jika Utinya mulai memainkan jari-jari dengan lembut tapi tepat sasaran.

Kami jadi sering berbagi cerita dan pengalaman. Ah mewek malam-malam 😢. Kangen 👵


"Home is where my mom is."      Brittany Murphy
Aku sayang ibu. Sehat selalu ya bu. Semoga aku selalu diberi kesempatan buat bahagiain ibu. Aamiin 

Menikmati Hari, Menikmati Ketidaksempurnaan


Hari ini emang rencana menyelesaikan draf artikel yang berceceran di memo dan buku catatan. 
Begitu mulai mengetik entah kenapa semua ide yang penuh sesak itu menghilang mendadak. Hanya cuplikan-cuplikan kata yang mandek. Malas melanjutkan.
"Ih harus di-screenshot nih. Abadikan momen. Ada momen seperti ini."
Suamiku emang pengen tahu banget perkembangan novel yang deadlinenya 12 Oktober 2017. Kalau masih mau kamera mirrorless. 😅😂
Aku sungguh malas. Menikmati hari tanpa draf dan urusan pemilihan dialog novel begitu menggoda. 
Hanya sampai lada 114 kata di 3 draf yang harusnya bisa selesai hari ini. Wakakaka...
Menulis novel memang butuh perjuangan. Artikel saja yang 500-1000 kata harus baca ini, riset itu, dan cek lagi biar tidak menyesatkan. Apalagi menulis novel. 
Namun aku tidak sepenuhnya malas, aku memang berusaha membuat ritme menulis senyaman mungkin agar novel itu bisa aku kerjakan dengan baik.
Ketidaksempurnaan ini semoga menjadi pelajaran di bulan depan agar bisa lebih fokus dan konsisten. Menulis di semua media yang aku punya.

Suamiku, Aku Bahagia Kau adalah Jodohku


Ramadan kemarin, aku sakit. Kamu dengan sigap membantu. Tidak pernah protes kalau makanan buat buka hasil beli bukan masak sendiri. 
"Nanti juga ada masanya kamu masak."
Aku adalah istri yang gak konsisten masak dan aku bahagia karena punya suami yang pengertian. Gak menuntut harus ini harus itu.

Sakit juga membuatmu romantis. Hahaha... 
"Daripada ke kantor tapi pikirannya di rumah."
Istri sakit khawatirnya dobel ya pak, ngangkat badan sendiri aja susah gimana mau urus anak 😅
Setelah kelahiran Geni memang si istri tuh mudah sekali tepar. Ya elah mak, baru dua anaknya. Katanya mau empat. Dan suamiku memahami saat si istri galau masalah jumlah anak. Kadang dua aja, berubah jadi tiga, atau daripada nanggung ya empat sekalian.

               

Satu tahun kemarin, kita berdua fokus ke Geni dan juga aku yang sakit-sakitan. Semoga tahun ini kita bisa fokus ke pertumbuhan pernikahan kita dan juga pendidikan anak-anak. 
Bagaimana kita berdua berproses jadi orangtua?
Apa yang akan kita berdua persiapkan untuk jadi lebih baik bagi satu sama lain?
Tahun ini akan jadi tahun ke 6 pernikahan kita. Komunikasi semoga semakin terjalin. Gak sama-sama sibuk pegang hp. 


6 Tahun. 2 anak laki-laki. Pekerjaan yang bisa sabtu minggu libur. Alhamdulillah ada pekerjaan sampingan. Istri ibu rumah tangga penuh. Pulang kampung bisa 3 kali setahun. Bisa ngontrak rumah yang lumayan luas.

Lega karena kamu adalah jodohku. Pria dengan gigi berantakan yang bukan tipeku. Laki-laki yang dengan pede tingkat dewa mengajakku selingkuh. Suami yang dengan tekad kuat memberiku jalan untuk menjadi ibu rumah tangga penuh. 
Bahagia akhirnya setelah semua badai ada pelangi yang bisa kita rengkuh bersama.

Whatever It Takes to Make You Smile

Kemarin tanpa sengaja aku baca artikel tentang orang-orang yang masa kecilnya diabaikan. Secara emosional mereka hampa. Nah bagaimana pola pengasuhan saat mereka jadi orangtua? 

Aku terhenyak. Semua tanda yang dijabarkan: merasa tidak bahagia tanpa alasan yang jelas, gengsi untuk tergantung pada orang lain, dan tidak bisa menggambarkan dengan jelas apa yang sedang dirasakan. Ada padaku. Aku yang masa kecilnya diabaikan. Hampa. Sangat keras pada diri sendiri. Tertatih-tatih mendisiplinkan diri sendiri. Itu aku.

Sekarang 30 tahun. Ibu dua anak. Pemarah, gak sabaran, dan sangat menuntut anak. Berteriak dan begitu ringan tangan.

Titik balik adalah ketika kemarin mamas renang. Dia begitu sensitif dan penakut. Gak ceria seperti biasanya kalau renang. Walaupun pas sesi bebas berakhir harus dibujuk untuk pulang.

"Kakak cantik pulang. Aku gak ada teman."  
"Kan ada ibu nemenin mamas."
"Ibu nyemplung ya sama mamas. Main ya sama mamas."

Akulah penyebab semua kegelisahan yang mamas derita. Jatuh bangun aku ingin jadi sempurna tetapi semuanya berakhir dengan teriakan dan tangisan.

Bagaimana aku bisa kasih mereka kasih sayang sementara aku tak tahu bagaimana rasanya dikasihi saat kecil? Tuhan ampuni aku tak jaga amanahMu. Aku benar-benar larut dalam pusara "semau gue" yang membuat anak pertamaku tumbuh jadi anak yang jadi cerminku: moody, terlalu sensi, apapun harus didapat bagaimanapun caranya. Kalau lagi bodongnya kumat. Kalau lagi cerah ceria ya baiiik banget. Nurut, adiknya diajak main, dan ibunya dibantuin.

Pelan-pelan aku baca lagi buku Anak Juga Manusia karya Angga Setyawan. 

"Salah satu hal luar biasa dalam kehidupan kita adalah anak-anak kita. Melihatnya lahir, tumbuh, bersekolah, besar, bekerja, menikah, kemudian memiliki anak dan membesarkannya seperti kita dulu membesarkan mereka. Seolah waktu berjalan begitu cepatnya. Kita semua berharap agar diberikan cukup waktu untuk mengenal mereka, untuk mengajarkan kebaikan dan mencontohkannya, agar kelak mereka dapat menanamkannya kepada anak-anak mereka sendiri." (halaman 146) 

Apakah mau begini-begini aja terus? Nanti gimana mamas dan dedek tumbuh? Mau ikutan gesrek kayak emaknya?

Gaklah yaw. Aku harus berusaha bahagia. Biar anak-anak juga.

Ambil jeda, dedek di daycare, dan mamas trial robotics.


Aku lihat senyum mamas. Nyesss... Kasih kegiatan biar mamas bisa menggunakan energi dengan positif, aku juga punya waktu sejenak lepas dari kerempongan ala emak. Sama-sama punya kesibukan biar gak bosan dan badmood.

Semangat ya! Usaha dan kerja keras pasti akan berbuah manis. Meskipun masa kecilku dulu berat, aku harus move on demi anak-anak. Ya apapun alasannya yang penting bisa move on 💪

Kirim Anak ke Daycare? Siapa yang Lebih Baper?

Hari ini jadwal Mamas GianGaraGembul renang. Berhubung adek gak ada yang jaga, trial-lah DulDenGeni di daycare EFATA.
Awalnya hanya sampe mamas selesai berenang. Eh ternyata sampai jam setengah 5 baru dijemput


Berenang, paketin obat buat Uti, dan belanja.
Pas abis belanja jemput dedek eh dianya bobok. Jadinya disuruh balik lagi pas bangun. Jam setengah 5 jemput katanya bobok yang kedua.

Baper?
Awalnya sih gak ngerasa tapi pas mamas mau siap-siap bobok siang baru deh mulai nyariin. 
"Mana dedek? Aku mau bobok sama dedek."
Setelah diberi pengertian kalau adiknya juga lagi bobok siang di sekolahnya, mamas baru mau naik ke kasur. Mapan turu 😪
Emak gimana? Bingung juga karena biasanya nenenin kan. Lha ini gak ada.
Ya udah puas-puasin aja pegang hp, baca buku, dan beresin rak sepatu yang ternyata jadi sarang tikus 😡

Setelah semua selesai dan ngurus mamas, ada rasa lega sekaligus nyesel. Sedikit sih karena lebih ke 'akhirnya bisa me time' tanpa merasa berdosa. 

Kok gitu?

1. Geni gak rewel
Begitu ditinggal, Geni langsung fokus ke mainan mobil dan berkeliling. Emaknya dicuekin. Baiklah. Apakah selama ini kamu bosan? Emak lagi, emak lagi ketemunya 😂.

2. Lahap makan
Begitu giginya mau tumbuh, susah sekali bujuk Geni makan. Alhamdulillah pas di daycare katanya lahap banget. Tiap temennya makan ikutan nimbrung dianya.
"Kok jadi kayak anak gak dikasih makan dek?"
Iya emaknya males gak telaten. Kalau gak mau makan ya udah gitu gak dibujuk supaya mau makan. Ya sekarang jadi tahu kalau malas makan oper aja ke daycare. Bola keles dioper. Wakakaka....

3. Ada teman main
Begitu melek mata, ada teman yang semangat ajak ngerusuh. Gak merasa sendirian karena kalau di rumah pas bangun bobok kadang emak gak ada. Lagi jemput mamas. Senam jantung deh 5 menit.

4. Kasih jeda ke emak biar kangen
Iya kalau di rumah kan sering dicuekin pas bikin artikel. Suruh main sendiri. Nah begitu anaknya di daycare terus bisa menikmati, emak jadi sadar. Bisa fokus dulu ke artikel abis itu semua perhatian bisa ke anak. Gak nyambi main hp mulu yess. 😅

5. Penyesuaian dengan orang lain sangat cepat
Ini antara harus waspada tapi bahagia. Artinya Geni kalau dititipin, kalau emang orangnya telaten pasti hepi-hepi aja. Waspadanya bisa aja emaknya jadi gak laku. Hahaha...

Pada kesimpulannya dalam kasus Geni, ujungnya emaklah yang baper. Kok gak rewel? Kok baik-baik saja? Lha bukannya harusnya itu yang diharapkan mak jadinya mak bisa tenang selesaiin semua urusan. Iya iya gimana sih mak? 
Ya begitulah si emak. Sebenarnya pengen semua dikerjain sendiri dan berhasil sempurna tanpa cela. Ya dimaklumi ya Geni. Entar kalau udah ngomong, speak speak lah dikit ke emak.
"Aku di daycare tetap kangen emak kok."
Eaaaaa 😅😉

[Komentar Apik] Tentang Kutipan, Memanfaatkan Jeda untuk Kembali Bergerak


Judul
Dear Olivia: 40 Things You Need to Know Before  You Go

Penulis Osceola Anthony
Ilustrator Opie Meilana

Terbit Februari 2017
Penerbit Metagraf

Halaman 132

AWALI HARI DENGAN BAHAGIA (halaman 5)
Mustahil bila baru bisa tidur setelah jam 2 dini hari lalu jam setengah 4 terjaga karena rengekan minta minum.
Dimanakah sisi bahagianya?
Ya rengekan itu lah. Ada berjuta wanita di luar sana yang ingin harinya diwarnai rengekan. Dan aku mengeluh? 

"IF WE WAIT UNTIL WE'RE READY. WE'LL BE WAITING FOR THE REST OF OUR LIVES." (Lemony Snicket/halaman 9)
Aku bolak-balik baca itu kutipan. Ada yang menohok lalu membuatku membuka kembali catatan ya semua catatan yang berhubungan dengan anak-anak. Kartu cek dokter, USG 4D, dan KMS yang memuat semua perjalanan mereka. Ya Tuhan, aku masih mengeluh karena lelah yang mendera karena jadi ibu dua anak yang berjarak 2 tahun 10 bulan itu meremukkan tubuhku. Iya aku letih.

BAHKAN MIE INSTAN TIDAKLAH INSTAN (halaman 11)
Kutipan yang sering didengungkan penulis kesayangan Indah Hanaco tentang proses.
Dan proses jadi ibu ini sungguh seperti naik rollercoaster. Apakah aku sanggup?

"IF YOU DON'T LIKE TO READ. YOU HAVEN'T FOUND THE RIGHT BOOK." (J.K. Rowling/halaman 27)
Mulailah aku mengambil jeda. Membuka kembali buku-buku jika anak-anak tidur. Sungguh imajinasiku melayang jauh ke belakang. Masa sebelum aku berkubang dengan kerempongan menjadi ibu dua anak lanang. Buku-buku itu malah menguatkan rasa kalau aku harus jadi orang yang bertanggung jawab atas semua pilihan.
Menikah. Punya anak. Jadi ibu.

WE SHOULD LIVE UNTIL WE DIE (halaman 30)
Sampai maut menjemput. Bukan memaksa maut datang lebih awal. Sungguh bukan perkara mudah jika didampingi masa lalu kelam dan depresi.
Namun buku dan menulis pasti akan jadi penyelamatku dari pikiran untuk mengakhiri semua kegilaan yang ada di pikiran. Tentang membekap anak, menjadikan mereka sop, lalu menyajikan hangat-hangat saat suami pulang kantor. 
Buku ini adalah salah satunya yang membuatmu akhirnya kembali menulis. Mengais kembali puing-puing passion yang membuat aku menikmati hidup dengan semua kegaduhan dan dinamika.

"DON'T SAY MAYBE IF YOU WANT SAY NO" (Paulo Coelho/halaman 39)
Akhirnya aku menyerah. Aku mulai mencari bantuan untuk membantuku mengurus anak. Aku tak mau selalu jadi monster saat lelah mendera. Berteriak pada anak-anak seolah semua bisa jadi lebih baik.
"Ibu kan tadi baik. Kok marah lagi?"
Maafkan ya nak. Aku terlalu menuntut semua sempurna sehingga kalian jadi korban kemarahan jika ada yang tidak sesuai mauku. 
Maafkan ya nak, kalian harus ada di daycare agar selamat. Aku mau mengambil jeda. Aku tahu batasku.

SEGERA KERJAKAN DAN SELESAIKAN (Halaman 43)
Aku tahu rasanya begitu nyaman saat aku bisa menyelesaikan satu tulisan tanpa merasa bersalah menduakan perhatian. Laptop dengan dua anak. Dan itulah saat ada waktu aku benar-benar kerjakan dan selesaikan. Begitu kalian bangun, aku bisa fokus. 
Masih ada bisikan "nanti saja", dan aku akan terus berusaha semampuku untuk bisa fokus.

"YOU'RE BRAVER THAN YOU BELIEVE. AND STRONGER THAN YOU SEEM. AND SMARTER THAN YOU THINK." (A.A. Milne/halaman 55)
Berusaha memberikan afirmasi positif bahwa pilihanku belajar dan mengambil jeda untuk menulis adalah benar. Baca buku lalu menulis. Baca lagi, menulis lagi.

MASALAH ADA UNTUK DIHADAPI (Halaman 73)
Silih berganti dan kadang membuat ingin lari. Namun bagaimana lagi kan harus tetap dihadapi.
Layaknya beras walaupun mahal ya harus dibeli karena kalau belum makan nasi rasanya belum makan.
Listrik naik? Ya kan tetap harus dibayar kalau gak malah denda dan tambah naik bayarannya.
Hadapi. Jalani. Syukuri.

"WORK FOR A CAUSE NOT FOR APPLAUSE. LIVE LIFE TO EXPRESS NOT TO IMPRESS." (Unkown/halaman 88)
Tentu saja namanya punya mulut pastilah selalu ada yang berkomentar. "Ih kok anaknya dititipin daycare sih. Emang kamu ngapain? Kerja?"
Kalau gak kerja emang gak boleh nitipin anaknya di daycare? Boleh lah kalau ternyata emaknya agak gesrek ya biarin emaknya ambil napas biar gak kebablasan kan. Emang jadi ibu rumah tangga atau ibu bekerja tu gampang? Kalau gampang pastinya gak akan ada kasus ibu mutilasi atau gorok anaknya sendiri.
Menjalani hidup yang sebenar-benarnya memang tidaklah mudah tetapi bila aku pahami diriku sendiri maka semua pasti ada jalannya.

Apapun badai yang sedang kamu hadapi, semoga selalu ada jeda untuk berkaca bahwa kamu berhak bahagia. Bukan orang lain tapi kamu. Ya kamu.

Balada Air Mati

Malam menjelang dan senewen masih berlanjut karena seharian air gak nyala. Namun apakah cucian kotor itu akan bergerak masuk ke mesin cuci sendiri? Oh tentu tidak.
Ngeloni DenDulGeni dulu lah baru mikirin enaknya ngerjain yang mana dulu. 

21.30
Mamas GianGaraGembul ditemani ayah nonton laptop, barulah emak bisa beranjak.
Dapur berantakan, cucian kotor numpuk, dan air ngicir.
Ya sudahlah daripada besok juga gak nyala sama sekali. Manfaatkan air yang ada aja.
Cuci piring sambil nungguin rendaman baju bocah dan air di mesin cuci penuh. Kerja semua. 

22.58
Mesin cuci udah mau selesai giling, baju bocah lagi direndam pewangi, dan ada baju yang siap dikeluarin dari pengering.
Males-males dikerjain juga kan akhirnya. Lha kalau besok ternyata gak dapat jatah air pas siang kan berabe. Kalau sekarang udah beres, besok tinggal nebeng mandi kalau memang gak ada air. Gak usah cemberut mikirin cucian.

23.55
Selesai hingga tahap penjemuran. Mantap.

Ketika Hari Anak Diperingati

"Si GianGaraGembul lagi rewel-rewelnya.

♡Gak mau makan
♡Minum susu terus
♡Nonton TV terus
♡Gak mau tidur siang
♡Gak mau berbagi ama adeknya

Terus kenapa?

Teriak-teriak mulu lah si emak. Ampe dada sesak dan gak doyan makan.

Melipir ke toko, lihat barang bagus sama aroma baru. Di toko kok radio lagi nyiarin bapak diwawancara tentang anaknya yang juara catur internasional.
"Gak mau maksa anak. Selama dia menikmati ya saya dukung."
Ya ampun pak, sabar bener yak nadanya. Adem gitu. Ajarin nape biar ni emak gak sewotan mulu.
Memperingati hari anak dan mengundang anak berprestasi agar menginspirasi orangtua biar jadi lebih santai dampingi anak. Bukan jadi silent killer. Baik kecerdasan mental maupun intelektual mereka.
Kok ya pas gitu ya siarannya?
Oke mak, tarik napas! Kan lagi mau beli tempat bekal buat anak-anak. Katanya mau ajarin makan sendiri. Ya udah santai aja. Pelan-pelan.

GianGaraGembul, 4 Tahun 3 Bulan. Gampang marah, gak terimaan, dan perfeksionis.
DulDenGeni, 1 Tahun 5 Bulan. Santai, usil, dan mudah bahagia.

Beda banget kan? Coba deh kok bisa gitu?

Tuntutan yang setinggi langit emak bebankan ke GianGaraGembul, kalau ke DulDenGeni mah santai.

Nah itu tahu mak. Mbok ya berubah. Ambil momen hari anak jadi titik balik. Jangan renggut keceriaan mamas mak. Emak gak kasihan mak. Mau anaknya stres mak? Woi mak, malah mewek 😢

Ya udah deh sekarang mak melipir dulu ke pojokan. Instrospeksi diri mak sebelum semua terlambat. Ambil pilihan paling masuk akal. Apakah akan tetap keras ke mamas atau mulai menurunkan nada dari berteriak ke meminta tolong?

Kalau belum siap ya mulai dari 1 hari dulu nanti lanjut hari berikutnya. Gak usah ngoyo. Selow aja ya mak.  👍😉


Ketika emak lihat diskonan potong rambut buat memperingati hari anak, ada cubitan di dada. Ada banyak manusia di luar sana yang berjuang membahagiakan anak walaupun satu tahun sekali. Ada juga yang tiap hari berjuang untuk membuat anaknya makan layak. 

Aku? Apa yang aku lakukan untuk kebahagiaan anakku? 
Sebuah rutinitas, disiplin, dan kemandirian tanpa merenggut hak main dan eksplorasi yang memang harus mereka dapatkan. 

Sudah berhasil? Pelan tapi pasti. Dan semoga tanpa kekerasan fisik dan juga mental. Semoga aku bisa mengontrol diriku sendiri. Aamiin 💪💃😍

Aku, Anakmu yang Terluka


"Anak mana yang terima, mamanya dibilang lonte."
Hanya tatapan nanar, tak ada satu pun semua kata itu yang keluar.
Pertengkaran yang ke sekian kali. Dan wanita yang aku panggil mamah itu tetap saja bertahan, di dalam neraka ini.
Emosi aku memang berubah dengan cepat. Begitu cepat hingga tak sadar apa yang tengah terjadi. Label "broken home" seolah terpatri di jidat.
"Terapi aja ya. Jangan bahayain dirimu sendiri."
Aku benci mamahku. Bagaimana dia dengan sadar bertahan. Melibatkan aku dalam aliran perang kata, kekerasan fisik, dan mental disorder.
Aku punya lubang besar di otakku. Mendamba kasih sayang, pelukan hangat, dan ruang makan yang penuh cerita keseharian.
Aku tidak berniat menikah. Buat apa menikah? Aku akan bernasib sama dengan mamah. Teronggok di pojokan, menangis semalaman, tetapi esok hari sudah mesra lagi. Melayani dan seolah tak ada yang terjadi.
Mah, tidakkah, mama sayang padaku? Aku sendirian, Mah. Berusaha mengeja apa yang sedang terjadi. Kenapa ini terjadi padaku. Orang lain begitu akrab dengan mamah dan papahnya. Menggandeng erat tangan anaknya saat mereka berjalan. Aku hanya bisa menahan sesak di dada. Aku juga mau, Mah.
Aku gak terima perlakuan papah tetapi mamah terima. Mamah bersikap biasa aja. Aku harus bagaimana? Aku anakmu yang terluka, tidak pernah ingin mamah bertahan. Aku ingin mamah keluar bersamaku. Tidak lagi jadi saksi bahkan harus memisahkan mamah dan papah saat berkelahi.
Kenapa bertahan?
Kenapa tidak keluar dan mengakhiri?
Apakah demi uang? Tidak lah, kan mamah punya penghasilan sendiri.
Apakah demi aku punya papah? Papah itu hantu, ada tapi gak ada.
Apakah karena mamah takut sendirian nantinya? Di masa tua? Ketika akhirnya aku bisa keluar dan enggan kembali.
Mamah kuat. Aku tidak.
Mamah bersabar. Aku tidak.
Mamah punya seribu satu alasan untuk bertahan. Aku menemukan satu saja sulit.
Sekian lama menjadi kamera
Sekian lama menjadi perekam.
Sekian lama menjadi sasaran kegilaan.
Namun pada akhirnya, aku anakmu yang terluka ini tidak mati. Aku juga bertahan. Dengan berbagai macam kegilaan yang tersimpan.
Mamah, meskipun aku benci tapi aku mengikuti.
Sabarmu.
Kuatmu.
Keikhlasanmu.
Aku, anakmu yang terluka tetapi tidak mati.

Membaca, Haruskah Anak-Anak Dibiasakan?


Akhir-akhir ini GianGaraGembul sangat suka membaca buku dengan imajinasinya sendiri. Kadang dia tiru ayahnya saat membacakan sebelum tidur. Di lain waktu dia tambahkan kalimat yang dirangkainya sendiri.

Lama-lama DulDenGeni ikutan. Meskipun masih dalam tahap menggumam tetapi dia paham konsepnya.

Aku dan suami emang suka baca. Aku cenderung pilih-pilih, suami baca apa saja. Koleksi buku kami beragam. Non fiksi, fiksi, dan buku anak. 

Begitu punya anak, kebiasaan belanja buku menurun begitu saja. Sebanding dengan mainan yang kami belikan buat mereka. Bahkan cenderung lebih banyak.

Kebiasaan dibacakan cerita pun mengalir begitu saja. 

Hingga hari ini ketika GianGaraGembul membacakan buku cerita buat DulDenGeni, WOW! Pilihan kata sederhana.
"Halo ini ayah. Ayah kerja dulu ya."
Seperti saat ayah pamit kerja. Emak terkejut.

Emak agak santai lah ya sekarang. Turunin tensi, gak teriak, dan meminimalkan bentrokan. 😉

Apakah harus diteruskan?

Sadar kalau hanya buku yang bisa dilahap saat ini, maksudnya mumpung belum internet mania; biarlah ya. Mungkin nanti akan ada masanya duoG ketergantungan dengan internet tetapi semoga dengan kebiasaan membaca dan buku-buku yang dengan mudah mereka dapatkan, mereka akan kembali membaca buku.

Semua memang udah settingan aku dan suami. Anak mengikuti dan rencana juga agar anak suka baca. Mengalir aja. Kayaknya mesti gini kali ya, gak usah kebanyakan rencana malah gagal. Atur aja lingkungan. Kebiasaan akan mengikuti.

Membaca memang ingin kita biasakan agar anak-anak akhirnya bisa kita ajak berpikir bersama. Ya membaca membuat kita tahu ada orang-orang di luar sana yang mungkin kurang beruntung, lebih beruntung, atau sangat beruntung. 

Tidak kita tentu saja tidak bisa memaksakan apa yang kita inginkan pada anak. Oleh karena itu, kita ajak mereka berdiskusi. Jika tidak mau makan apa yang terjadi? Bacakan buku tentang anak yang pilih-pilih makanan. Kita orangtua haruslah berusaha untuk lebih tahu agar tidak lekas emosi dan memaksakan pemikiran.

Haruskah dibiaskan?

1. Tentu saja jika kamu ingin dunia anakmu tidak dibatasi dinding
"Ada banyak cara kecil untuk memperbesar dunia anak Anda. Cintai buku adalah yang terbaik dari semua." (Jacqueline Kennedy Onassis)
Suami pernah bercerita tentang bagaimana dia melahap habis semua buku yang dibawakan bapaknya. Kenangan itu membuat dia bertahan dengan segala macam dinamika kegagalan dan keberhasilan dalam hidupnya. Itulah kenapa dia ingin menularkan kesukaan membacanya kepada duoG. Dia berharap membaca membuat dunia duoG jauh lebih luas meski berawal hanya dari buku dan cerita di dalamnya.

2. Harus jika kamu ingin anak-anakmu kaya akan ilmu dan nantinya pengalaman yang bermanfaat
"Ilmu itu lebih baik daripada kekayaan. Karena kekayaan harus dijaga sedangkan ilmu menjaga kamu." (Ali bin Abi Thalib)
Aku sangat ingat bagaimana ekspresi bahagia mamas GianGaraGembul jika waktu membaca cerita tiba. Terkadang dia sedikit memaksa kami, orangtuanya untuk membacakan cerita.
"Oh ibu, Gian harus makan sayur biar sehat terus kumannya kalah. Iya kan ibu?"
Ibu tidak perlu memaksa anak untuk makan sayur tetapi pengalaman tokoh yang tidak mau makan sayur lalu terserang penyakit tentu saja membuat anak berpikir. Bagaimana kalau itu terjadi padaku? Ya ilmu. Sungguh akan menjaga kita dari hal-hal yang berbahaya.

3. Memanfaatkan waktu yang tanpa terasa semakin cepat berlalu

"Waktu berdiam cukup lama bagi orang-orang yang memanfaatkannya."               (Leonardo Da Vinci) 

Ya bagi yang sadar. waktu begitu cepat berlalu. Bila kita tidak memanfaatkannya dengan baik maka tidak akan ada yang akan kita peroleh kecuali rutinitas yang entah ada manfaatnya atau tidak. Emha Ainun Nadjib berpesan bahwa jangan mengejar mati-matian sesuatu yang tidak dibawa mati.

Nah bekal apa yang sudah kita siapkan bagi diri kita dan juga anak-anak? Semoga ilmu yang bermanfaat yang akan jadi bekal baik saat ini ataupun nanti. Berawal dari membaca tentu saja. Berproses dan bertumbuh bersama anak-anak.

Lebih Panjang dan Fokus? Saya Dalam Proses!


Hari ini diskusi WA grup SMANSA Menulis batch 2 bareng mba Carra. Iya yang punya blog keren carolinaratri.com.
Blog saya udah bagus secara keseluruhan. Kurang panjang sedikit, in depth, dan kurang fokus.
(Sangat senang bisa dikomen ama mba Carra)
Sejak momen #NulisRandom2017 saya memang berproses. Ingin menjadikan menulis sebagai kebutuhan. HARUS NULIS.
Biar otak tidak hanya berisi kegalauan dan baper semata. Namun masukan ilmu baru baik dari membaca maupun menulis.
Proses ini tidak mudah. Saya akui itu. Naik turun semangat. Makanya kadang tulisannya banyak kadang cuma beberapa paragraf aja.
Kenapa?
Pokoknya nemuin irama dulu. Banyak sedikit yang penting nulis.
Terima kasih mba Carra buat mengingatkan kembali arti disiplin dan kerja keras.
Seperti Indah Hanaco, Carolina Ratri juga mengingatkan untuk tidak membuat uang jadi tujuan.
Nulis aja nulis. Uang, ketenaran, dan viral adalah bonus.
Tidak. Memang tidak mudah menularkan semangat untuk menulis. Namun bukan hal yang mustahil juga. Asal saya mau tetap ada di sudut itu, menulis, menjadi contoh, dan berbagi. Pasti akan ada yang nyangkut. Entah satu atau dua, syukur bisa banyak.
Selamat menulis dan bersenang-senanglah 😄🔥💡

Temukan Tukang Pijat yang Pas, Hidupmu akan Bahagia


Sejak bayi, duoG memang akrab dengan tukang pijat. Paling tidak satu bulan sekali mereka aku bawa ke tukang pijat. GianGaraGembul bisa berdiri di umur sembilan bulan berkat tangan Bu Hajah Munawaroh lalu DulDenGeni kalau panas dikerok bawang merah sama mpok Taslimah. 

Nah begitu pindah ke THB, belum menemukan yang pas akhirnya duoG ikutan pijat di Bu Een.


Rezeki emang. Pagi setengah 7 WA bu Een tanya jadwal. Pas suami bilang mau izin aja anterin aku sama anak-anak dan ternyata jam 10 bu Een kosong. Bu Een ini emang harus bikin jadwal dulu. Antriannya panjang soalnya. Banyak yang cocok. Makanya pengen banget bawa Uti buat ke bu Een. Biar stamina Uti terjaga dan gak bolak-balik sakit.

DulDenGeni emang rewel dari kemarin. Tidurnya gak nyenyak, minta nenen terus, dan mogok makan. Begitu dipegang bu Een langsung deh nangis kejer. Kecapean sama puyeng.

Nah GianGaraGembul yang parah. Otot kaku dan perut juga agak muntir karena banyak loncat-loncat.

Begitu selesai anak-anak selesai dipijet, emak yang mapan menunggu eksekusi. Suami rela izin hari ini buat nemenin pijet.

"Daripada di kantor tapi pikiran di rumah. Kalau anak doang yang sakit sih masih tega lha badan istri udah anget dari semalam."

Hal sederhana seperti itu saja sudah buat hepi ya mak. Receh banget emang si emak. 😜

Berarti sudah 3 kali aku dipijat bu Een. Alhamdulillah ada hasil. Bu Een selain pijat juga bisa bekam. Dia terapis dan herbalis yang recommended. Ya apapun memang balik ke Yang Punya Hidup. Namun ikhtiar kan jalan terus. 

Datang ke bu Een hari ini dengan kondisi meler, migrain, dan radang. Begitu selesai pijet, alhamdulillah pening hilang. Tenggorokan juga gak sakit. Tinggal meler aja.

Anak-anak juga alhamdulillah bisa tidur nyenyak gak gelisah. 🙏

Aku pribadi emang takut dokter. Lebih memilih alternatif jika memang bisa. Bahagiaku yang sederhana. Hari ini bisa pijet dan rileks. Anak-anak juga jadi gak rewel. Terima kasih Tuhan buat berkah tukang pijet yang pas hari ini. 😇

Sepatu Kekecilan Mamas

Lungsuran. Baju bekas mamas,  jaket juga, sepatu apalagi.


Namun ada rasa bangga, bahagia, dan ceria. Ketika mamas pakai sepatu dan Geni juga mengenakannya.

Kasihan lah kok dapatnya lungsuran terus 🙉 Ya selama masih bisa dipakai, bukan barang yang jelek banget atau sudah compang-camping 😡, gak masalah lah adik pakai lungsuran mamas. Selain hemat karena paling dipakai mentok 6 bulan, mamas jadi belajar berbagi. Emak juga hepi bisa save the money buat keperluan yang lebih mendesak.

Ajaran dari mbah Uti, anak bayi sampai 6 tahun pakainya yang murah meriah dan lungsuran aja soalnya dipakai bentaran. Nah begitu udah SD kenal temen biasanya udah punya selera sendiri. Baru deh alokasikan dana khusus buat beli baju, sepatu, atau tas.

Nah mumpung Geni belum bisa protes ya nikmati aja mak. Hahaha 😅

Kaligung Kini Makin Disukai

Excited to travel. Ngebolang lagiii..
Semarang, kami datang...

Uti ada reuni di Semarang dan aku tidak mau melewatkan untuk ikutan bareng krucils. Maaf ya ayah seharian ini kami video call dan bikin mupeng. 

Terus naik apa? Kaligung lah. Sayang waktu awal naik kereta ini tahun 2004an, hp masih jadul dan belum aktif di dunia penulisan online jadinya ya tidak di dokumentasikan dengan baik.

1. Tiket berupa boarding pass
Harga tiket Rp50.000. Bisa dibeli online dan offline. Begitu kode booking didapat, kita bisa print di stasiun. Kaligung adalah kereta yang melayani rute Tegal-Semarang Poncol. Baru bisa dipesan 3 hari sebelum keberangkatan dan dicetak 6 jam sebelum.
Pada hari keberangkatan, setengah jam sebelum kita dipanggil untuk persiapan boarding. Masuk dengan menunjukkan tiket dan KTP. Transit di ruang tunggu. Hihihi 😄



2. Tempat minum
Asyem aku merasa ndeso 😜. Mamas Gara sudah langsung fokus dengan tempat minum itu. Membuka tutup dan memasukkan botol. Baby Gara juga dengan bantuan Uti tidak mau kalah mainan juga. 
Iyes bisa buat tempat hp. Ketika posisi menyusui, tangan yang bebas bisa sambil  mengetik pesan pada aunty untuk lokasi penjemputan.

3. Nyaman buat anak
Di gerbong kereta Kaligung, anak-anak bisa bolak-balik berjalan di lorong antara tempat duduk. Lantai juga bersih jadi buat yang punya anak suka gegoleran bisa lah main di lantai.

4. Toilet bersih
Surga bagi ibu hamil yang beser adalah tidak risi bolak-balik ke kamar kecil yang bersih. Anak-anak juga suka kalau ada toilet bersih.

5. Bagasi
Iya seperti di pesawat, bagasi tidak bisa ditempati koper besar dan tas ransel montok. Wakaka...

6. Fasilitas pengalih kebosanan
Selain tempat minum ada pemandangan laut dan sawah. Lalu colokan buat hp yang sudah tergantung dengan charger. Kita gak akan mati gaya karena hp on terus.


7. Layar berjalan yang menunjukkan posisi
"Mba udah di mana?"
Sekarang sudah bisa jawab kalau ternyata pemandangannya sawah semua. 
Iya ada layar yang menunjukkan ada di mana posisi kita sekarang.


Kaligung kini sungguh menyenangkan. Anak-anak nyaman, ibu senang, dan Uti bahagia. 😄

Jangan Pernah Ukur Sepatumu dengan Sepatu Orang Lain

Hari ini, ada renungan yang membuatku sadar bahwa aku terlalu menginginkan segalanya sempurna. SESUAI KEINGINANKU. 

Ada bayangan senyum sinis yang menari-nari. Kamu sih siapa pik? Apa yang menjadikan kamu bisa memaksa orang lain untuk memakai sepatumu dan menyuruh mereka memahami apa yang kamu inginkan. Hello! Presiden aja yang bisa punya kuasa tidak bisa semena-mena, apalagi kamu yang rakyat jelata.

Baby Geni si nomor dua yang gampang bergaul
Menghargai yang aku miliki
Semua orang cenderung melihat kekurangan orang lain terlebih dahulu. Melakukan penghakiman tanpa mencari tahu lebih lanjut.
Aku sempat minder ketika anak keduaku lahir. Dia pesek, cunong, dan peyang. Iya setiap yang menjenguk selalu mengekspos kekurangan baby Geni. Lama kelamaan mereka terkesima dengan mata Geni yang bulat sempurna dan berwarna coklat.
Benar aku tidak memaksa mereka suka dengan Geni. Aku yang harus bersyukur, Geni adalah pelindungku dari rasa jumawa yang menghancurkan. Dia yang membuatku sadar bahwa kekurangannya bukanlah apa-apa dibanding kesehatan yang memaksa mamasnya minum obat selama 6 bulan dan merenggut indahnya masa MPASI. Geni adalah anak kedua rasa pertama karena dengan Genilah aku menikmati naik turunnya emosi saat begadang, MPASI yang sesuai jadwal, dan indahnya timbangan yang terus membuatnya tampak semok sekaligus menggemaskan.

Awalnya aku memaksakan orang lain harus tahu kebahagiaan yang aku miliki dan berniat membuat iri. Lalu aku tersadar bahwa ada saja cacat yang mereka temukan.
Akhirnya aku sadar bahwa apa yang aku miliki bisa saja dipandang sebelah mata.
Sekarang, terserah!
Aku yang menjalani. Aku juga yang harus bersyukur dan menghargai milikku.

Rumput tetangga akan selalu lebih hijau

Namanya juga manusia, tidak pernah ada puasnya. Namun coba lihat lebih dalam. Apa yang tetanggamu itu lakukan untuk akhirnya sampai pada titik "mapan". Seberapa deras darah yang rela dia alirkan untuk mendapatkan titik itu? Maukah kamu rasakan luka yang sama itu? Proses, siapkah kamu ditempa? Jika kamu tidak melihat sisi itu maka rumput tetanggamu itu akan selalu tampak lebih hijau dari rumputmu.

Sepatumu hanya cocok untukmu

Itulah kenapa aku selalu minta sama Tuhan untuk membuka mata dan hatiku agar bisa belajar dan memahami. Bukan semata tentang hasil akhir.
Hidupmu ya hidupmu. Hanya kamu yang bisa tahu rasanya, orang lain hanya lihat dan kalau mau ya belajar. Jangan mulai membandingkan karena tidak akan pernah ada hasilnya. Tidak akan bisa sama persis hasilnya jika cara A yang kamu lakukan ditiru orang. Kenapa? Ya beda orang, beda pengalaman, dan beda cara berpikir.

Nah makanya mba Apik, mulailah lagi pijakkan kaki ke bumi. Pakai sepatumu jangan paksa dirimu memakai sepatu orang lain atau sepatumu kamu paksa orang memakainya. Sadarilah porsimu. Tak perlu sombong karena di atas langit masih ada langit. Oke. 💪

Jalan-jalan, Penyembuh buat Mamas Gara

Si sulung alias mamas Gara, Senin sore abis aku tinggal seharian terus aku suapin sayur asem sama ikan bakar. Baik-baik saja.

Selasa pagi masih sarapan bubur, ngemil bubur blohog dan makan siang ayam goreng. Selasa sore agak anget badannya dan mulai BAB berdarah dan berlendir. 
Selasa malam drama begadang dimulai. Dari jam 8 malam sampai jam 5 pagi bolak-balik ke kamar mandi. Mengigau terus bawel.
Berak di celana, drama harga diri terluka, dan panas tinggi.
"Ibu gak marah? Mamas kan ee di celana?" 
Aku hanya menggeleng. Berusaha waras di saat kepala mulai migrain.
"Kenapa harus pake pampers? Emang aku anak bayi?"
'Ya biar mamas gak perlu lari-lari kalau mau ee."
"Tapi ibu, aku kan udah besar."
"Mamas gak kasihan ibu nyuci celana ada ee nya?"
"Ya udah deh."
Ya Allah, aku lelah. Sungguh. Mamas mengigau semalaman. Badannya panas. Obat gak ada stok karena lagi liburan di rumah buyutnya. Badan panas tetapi mamas menggigil. Selasa malam itu adalah malam terpanjang kedua setelah lahiran baby Geni. Aku sampai eror membayangkan bagaimana kalau malam itu malam terakhir aku bisa menemani dia.
Dia kuat. Sangat kuat. Aku ibunya sudah sampai migrain padahal dia yang merasakan sakitnya, ngantuknya, dan kurang tidurnya. Dia tidak mengeluh kecuali saat aku nenenin baby Geni dan dia sudah tidak tahan minta ke kamar mandi. 
Semalaman. Aku memegang tangan panasnya. Berharap panasnya berpindah. Tidur baru bisa agak lama setelah jam 2. Baru bangun lagi jam 5. 

Rabu pagi, keajaiban datang. Mba Tyas yang suaminya punya apotek memanggil bulik yang lagi bersiap ke kantor. Aku lagi minta dibeliin lactoB setelah WA panjang lebar ke dr. Iva. 
"Yas, ni Gara mencret."
"Aku punya stoknya nifudiar. Itu yang paling bagus."

Semua pusing itu terbayar. Ada obat untuk mamas tanpa menunggu lama.

Tubuhnya susut dengan cepat. Tak bertenaga tetapi masih berusaha mengunyah nasi dan oreg tempe. Buat minum obat mas. Biar cepat sembuh. Dia semangat apalagi pas siang uti bilang mau ajak mamas ke Semarang main ke aunty. Sabtu yang mau datang.

"Pokoknya kalau punya anak kecil itu obat mencret sama obat panas harus stand by."

Kayaknya kasusnya begini: mamas telat makan, terus kebanyakan roti, dan kurang istirahat. Masuk angin kasep. Kebablasan.

Pagi setelah makan dan minum obat, aku kerok pake bawang dicampur minyak telon. Sisa bawang aku letakkan di dekat tempat tidurnya. Siang makan lagi dan minum obat. Sore juga. Rabu malam begadang masih berlanjut tetapi panas udah turun. Tidur lebih nyenyak walaupun 5 kali masih bolak-balik kamar mandi.

Kamis pagi aku sudah hampir WA Linda mau batalin acara keliling kamis siang. Pas lihat mamas udah semangat aku mengurungkan niat. Pergi aku yakini akan membuatnya sembuh. Benar aja walaupun beberapa kali minta BAB tetapi akhirnya teralihkan saat main di rumah Tata(anak Ayu Chandra).


Makasih banyak tante Linda, tante Ida, dan tante Dian. Terus om Paksi, om Bachtiar, om Yans, dan om Sepangga.
Hari ini udah barengan keliling dari makan lotek di bu Isah, ke pak Teguh (lagi), terus istirahat di kakak Tata. Pas mau pulang makan dulu di bakso Wijaya. 😄😋💖
Mamas Gara jadi beneran sembuh. Moga malam ini nyenyak dan ibu juga bisa istirahat. Aamiin.

10+ Kemudian, Reuni yang Begitu Singkat

Dateng gak ya? Hayo siap baper tak?
Aku datang terlambat dan tidak punya banyak waktu untuk mengobrol dengan semua. Baby Geni juga mendadak panas. Iya abis main di pantai malah minum es jeruk. Ditambah giginya mau numbuh lagi.
Datang menyapa beberapa teman, foto bersama dan melipir ke kids' corner dan menyusui baby Geni. Geni tidur dan ternyata mamas Gara menyusul dengan ayah. Langsung kids' corner rame. Gara mendominasi.



Reuni ini sungguh membuat kepingan-kepingan menemukan posisinya pada puzzle kenangan. Secara keseluruhan teman-teman tidak banyak berubah.

Cerita-cerita bahagia dan episose perih kehidupan setelah kelulusan mewarnai perbincangan sekilas-sekilas.

Hingga akhirnya setelah reuni aku memutuskan untuk ikut bertemu lagi dengan sebagian yang bisa dijangkau.

Ah semoga tahun depan bisa ketemu lagi ya teman-teman. Aku masih rindu, masih ingin berbagi cerita, dan semangat perjuangan. Kalian superrr sekali. 

Kalian adalah inspirasi. 

Terima kasih kepada seluruh panitia. Apapun drama yang tercipta, you're awsome 😍💪👏...

Menulis dengan Gawai

Gawai atau ponsel atau handphone (hp) bagi aku adalah salah satu alat untuk menuangkan tulisan. Semenjak laptop harus nyolok, hp adalah penolong yang bisa dibawa ke mana saja dan tidak berat.

Baca juga: Tidak Hanya Niat, Butuh ASUS E202 untuk Makin Kreatif dan Produktif di Mana Saja

Hanya butuh kuota dan charger aja biar maksimal.
Banyak yang beralasan tidak dapat mood saat mau menulis kalau aku berusaha memperbaiki mood dengan menulis. Jadi sebenarnya menulis kapan saja di mana saja menggunakan alat apa saja. Jika kamu memang mau menulis. Mulai dari status FB, caption IG, atau update blog.
Catatan: sesuaikan dengan ponsel masing-masing ya teman.
Lalu bagaimana caranya?
1. Maksimalkan fitur memo di ponsel kalian.

Setiap ponsel dilengkapi fitur memo atau arsip. Fitur ini bisa kita gunakan sebagai catatan atau draf agar nantinya bisa dilanjutkan jadi cerpen ataupun artikel. Sama seperti menulis di microsoft word.
Saranku pilih ponsel yang nyaman dengan jangkauan jari karena bisa membuat kita senang menulis dan mengurangi typo. Senang dan menikmati adalah kunci. Jika tidak bikin hati riang kenapa dipaksakan?
Pada blog kita bisa simpan di draf tetapi jangan lupa simpan ya teman. Jangan sampai catatan kita hilang saat koneksi melemah dan belum sempat di simpan.
Dalam memo kita juga bisa simpan hanya kata kunci saja yang bisa menjelaskan secara keseluruhan apa yang akan kita tulis.
Pernah kok ponselku nyemplung gara-gara aku bawa nyuci. Demi kata kunci: menyugar. Hahaha tetapi dasar masih rezeki ya hidup lagi tu hp.

2. Kenali gawai mu
Menulis di gawai harus punya stok sabar yang banyak. Apalagi jika gawai yang kita pakai menggunakan touch screen bukan keypad yang menonjol. Typo demi typo pasti membuat kita senewen. Nah makanya kita harus benar-benar mengenali celah dari hp. Pilih keyboard yang sesuai. Kalau memang kamu memang suka yang bentuknya keriting dan banyak warna ya silakan di-install. Kalau suka yang sederhana ya aplikasikan saja. Yang mana yang paling bisa bikin kamu mengurangi typo. Tolong jangan siksa pembacamu dengan typo yang keterlaluan.

3. Khusus menulis untuk blog
  • Bersemangatlah dalam mengisi blog!
Hp bisa kamu bawa ke mana saja. Jadi tinggal log in ke blogspot atau wordpress dan klik entri baru. Artinya? Nulis lah! Apa lagi?


  • Bersabarlah, ketika jarimu pegal dan pengaturan yang kamu inginkan begitu sulit diaplikasikan.
Senin malam baru saja terjadi. Aku ingin tulisanku "justified". Dan ketika aku klik ikon rata kanan untuk mengatur, tidak muncul semua pilihan. Begitu terus hampir 3 menit. Aku letakkan sejenak. Aku ingat-ingat. Oh ya aku harus minimized dulu layar biar semua muncul. Dan benar. Barulah si "justified" bisa di klik.

  • Pastikan kuota cukup.
Marah-marah saat gambar tak jua selesai di-upload. Tidak ada gunanya teman. Hahaha, yang benar kamu cek kuota apakah masih atau harus nebeng wi-fi tetangga sebelah. Jangan sampai kehilangan ide karena marah-marah ya 😅

  • Mulailah mengetik saat baterai penuh.
Kenapa? Biar gak harus mengetik sambil jongkok di deket colokan. 😂

4. Khusus menulis status FB
  • Niatkan untuk berbagi
Biar gak terkesan curhat, kita bisa berbagi ilmu yang kita miliki. Misal yang hobi masak bisa bagi resep, yang otaknya gesrek bisa bagi tempat konsultasi, atau yang memiliki anak istimewa bisa kasih tahu gimana menghadapinya.
Kalau niat sudah sesuai mau pake hp kek mau mangku laptop lah pasti ada saja yang kita tuliskan.
Luruskan niat ya teman-teman. Bila hendak monetized ya juga harus belajar tentang perilaku dan peraturannya. Jangan sampai FBmu di-banned gara-gara tidak tahu aturan.
  • Miliki stok foto
Maksimalkan gawai dengan stok foto. Bukan banyak ya tetapi momen. Artinya kita mau cerita remahan rengginang, harus punya dong stok foto rengginang. Akhir-akhir ini aku sering menentukan ide lalu aku cari fotonya. Ya semua dengan hp. Ya iyalah baru punya hp ya dimaksimalkan.
  • Mulailah amati timeline

Kamu kehabisan ide? Bacalah timeline, gak usah lama-lama karena layar hp bikin pusing kalau kelamaan dipantengin. Tiga menit cukup. Nah dari sana banyak sekali tulisan yang memantik ide. Dari meme sindirian pada pelakor, penghinaan pada presiden, sampai isu agama yang tak ada habisnya. Sesuaikan dengan pengetahuan dan keinginan kamu. Setelah itu? Ya elah ya nulis lah. Eksekusi idenya.

Seperti halnya menulis di laptop, butuh membiasakan diri. Ketika sudah biasa, semua akan jauh lebih mudah dan mengasyikkan. Selamat menulis. Ingat waktu ya teman! Jangan sampai harus tidur di luar karena lebih sering belai hp ketimbang pasangan. 😂

Wanita yang Menganiaya Dirinya Sendiri

Wanita ini sungguh mengabdi. Baik ke suami, anak, atau orangtuanya.
Kenapa? Apa yang salah?
Wanita ini meletakkan kebahagiannya pada orang lain. Dia memusatkan hidupnya pada suami. Begitu suami meninggal, dia linglung. Begitu suami selingkuh, dia depresi.
Wanita ini begitu menikmati perannya jadi ibu. Merawat tanpa punya waktu bagi dirinya. Bagi impiannya. Lalu anaknya kuliah dan kos jauh dari rumah. Dia kesepian, tak punya kesibukan.
Wanita ini sungguh tak punya impian. Impiannya ya melayani suami dan anak-anak. Merawat orangtua.
Begitu yang dilayani dan dirawat tidak ada terus bagaimana?
Wanita ini tertatih. Menemukan dirinya.
Tak terbantahkan wanita pasti dituntut hebat di kasur, sumur, dan dapur. Lantas terkurung macam katak di dalam tempurungnya?
Coba dipikirkan ulang! Terisolasi tanpa tahu dunia luar, aniayakah wanita ini pada dirinya?
Oke misal dia punya gadget dan aktif di dunia maya, apakah cukup?
Impian. Cita-cita. Tak layakkah wanita ini untuk punya? Bagi dirinya sendiri. Lepas dari suami, anak-anak, atau orangtua.
Benar hanya wanita ini yang bisa mengubah diri. Namun bagi orang-orang sekitar tentu bisa melakukan pendekatan yang bijak. Berikan masukan. Tanpa menekan.

No Pressure, No Diamonds (T. Carlyle)
Titik balik yang nantinya bisa mematikan atau menyelamatkan wanita ini. Begitu ingin aku merengkuh dia tetapi remahan rengginang ini belum terlihat karena disilaukan cerahnya nastar, dinginnya putri salju, dan mengenyangkannya nasi grombyang.
Semoga tekanan-tekanan nantinya membawa wanita ini sadar untuk kembali pada dirinya karena sesungguhnya pada dirinyalah dia harus bertanggungjawab. Secara utuh dan penuh.

Itu Septalinda Anggraeni, temanku di kelas 3 bahasa. Dia merantau ke Jerman dari tahun 2006 kalau gak salah. Iya kami memang gak begitu akrab. Hanya sebatas satu kelas, dia penyanyi band sekolah, dan aku pernah menemani dia saat kemasukan. Entah dia ingat apa gak. Kami bertemu lagi saat reuni, dan dia memanggilku. Jadilah foto di atas itu. Dari foto itu aku jadi sadar, aku ingin jalan lagi. Ke mana saja. Tak harus luar negeri. Aku ingin punya kamera sebagai bingkai ide tulisan nantinya. Lalu yang paling ambisius adalah menerbitkan novel solo. Namaku saja di cover. Tidak ada embel-embel "dan kawan-kawan".
Aku baca lagi inboxku dengan Linda. Pengalaman Linda sebagai penguat. Asal aku tak menyerah semua impian pasti terwujud.
Ya di sela-sela mengurus anak-anak dan suami juga memantau keadaan orangtua. Impian yang akhirnya aku siram dan pupuk lagi karena tertampar keadaan. Keadaan wanita itu.
Makasih ya mba, ujianmu adalah pembuka mataku. Bahwa tidak pernah salah punya impian yang salah adalah ketika kehilangan diri sendiri karena tidak punya impian.
Aku harap mba segera keluar dari tempurung dan memilih memberi sedikit kebahagiaan bagi diri mba sendiri. Melihat kembali impian mba. Semoga keberkahan selalu melimpah.

Dariku yang baru saja menemukan kembali impian

Tua, Bahagia, dan Sejahtera


Aku sudah sering membicarakan ini dengan GaraGembul. Bagaimana kalau ibu tua? Lalu jadi nenek-nenek. Kalau udel lagi bolong ya dia jawab, Gara akan bantu ibu. Kalau lagi senewen karena emaknya gak jelas ya dia akan komen: "Ibu jadi jelek."
Aku tersenyum. Baru segitu pemahaman dia bahwa tua itu jelek. Tua itu nenek atau kakek. 
Sementara aku dan adikku sudah mulai membicarakan yang bikin terbawa perasaan.
Kami memiliki keluarga utuh artinya ibu bapak masih ada. Belum meninggal atau bercerai. Kami hanya dua bersaudara. Kembar sepasang artinya dua anak perempuan. Utuh tetapi tidak begitu harmonis. Kami masih membawa inner child yang belum tuntas kami taklukkan. Aku khususnya.
Namun Tuhan selalu punya cara untuk kasih aku pandangan. 
"Ibu pengen mati ya mati aja gak usah pakai nyusahin anak-anak."
Itu kata ibuku saat nenek kami mulai sakit-sakitan dan susah dipenuhi kemauannya. Dia berkaca pada nenek dan tidak mau seperti itu.
Itulah ibu sampai kapan pun tidak ingin jadi kerikil yang menusuk perjalanan anak-anaknya. Walaupun begitu kami selalu berpikir apa yang bisa kami lakukan untuk ibu kami. Hal kecil apapun.
Aku dan adikku tidak dekat dengan bapak. Kami tidak termasuk dalam kutipan,"dad is daughter's first love". Aku sampai punya kutipan sendiri, "setiap pelacur lahir dari seorang bapak yang gagal."
Ya karena aku punya masa kecil, remaja, dan dewasa yang berat tanpa kasih sayang bapak. Aku bisa menangis bombay hanya dengan melihat ayah menggandeng anak perempuannya. Apalagi kalau hubungan mereka dekat. Mewek melulu lah.
Aku sering berpikir, hubungan yang tak harmonis ini pasti akan berdampak pada masa tua bapak. Apakah aku akan mengurusnya?
"Mengurus orang tua beda sama anak-anak. Kalau anak-anak berak di celana masih ada imutnya, lha kalau orang tua? Hanya ngeyelnya yang tersisa."
Apakah aku siap?
Sebentar, sebentar, sebentar.
Ramadan baru saja berlalu kok sudah mulai egois lagi ya? Lupa dengan satu bulan belajar sabar dan tawakal?
Mengurus orangtua kan juga ibadah masa iya gak mau dapat pahala?Aku sudah sering membicarakan ini dengan GaraGembul. Bagaimana kalau ibu tua? Lalu jadi nenek-nenek. Kalau udel lagi bolong ya dia jawab, Gara akan bantu ibu. Kalau lagi senewen karena emaknya gak jelas ya dia akan komen: "Ibu jadi jelek."
Aku tersenyum. Baru segitu pemahaman dia bahwa tua itu jelek. Tua itu nenek atau kakek. 
Sementara aku dan adikku sudah mulai membicarakan yang bikin terbawa perasaan.
Kami memiliki keluarga utuh artinya ibu bapak masih ada. Belum meninggal atau bercerai. Kami hanya dua bersaudara. Kembar sepasang artinya dua anak perempuan. Utuh tetapi tidak begitu harmonis. Kami masih membawa inner child yang belum tuntas kami taklukkan. Aku khususnya.
Namun Tuhan selalu punya cara untuk kasih aku pandangan. 
"Ibu pengen mati ya mati aja gak usah pakai nyusahin anak-anak."
Itu kata ibuku saat nenek kami mulai sakit-sakitan dan susah dipenuhi kemauannya. Dia berkaca pada nenek dan tidak mau seperti itu.
Itulah ibu sampai kapan pun tidak ingin jadi kerikil yang menusuk perjalanan anak-anaknya. Walaupun begitu kami selalu berpikir apa yang bisa kami lakukan untuk ibu kami. Hal kecil apapun.
Aku dan adikku tidak dekat dengan bapak. Kami tidak termasuk dalam kutipan,"dad is daughter's first love". Aku sampai punya kutipan sendiri, "setiap pelacur lahir dari seorang bapak yang gagal."
Ya karena aku punya masa kecil, remaja, dan dewasa yang berat tanpa kasih sayang bapak. Aku bisa menangis bombay hanya dengan melihat ayah menggandeng anak perempuannya. Apalagi kalau hubungan mereka dekat. Mewek melulu lah.
Aku sering berpikir, hubungan yang tak harmonis ini pasti akan berdampak pada masa tua bapak. Apakah aku akan mengurusnya?
"Mengurus orang tua beda sama anak-anak. Kalau anak-anak berak di celana masih ada imutnya, lha kalau orang tua? Hanya ngeyelnya yang tersisa."
Apakah aku siap?
Sebentar, sebentar, sebentar.
Ramadan baru saja berlalu kok sudah mulai egois lagi ya? Lupa dengan satu bulan belajar sabar dan tawakal?
Mengurus orangtua kan juga ibadah masa iya gak mau dapat pahala?
###
Menua dan bahagia katanya kuncinya ikhlas.  Dan ikhlas itu proses. Bukan hasil. Terus dan terus.
###
Ketika ibu dan bapak menggenggam tangan cucu sungguh itu anugerah. Artinya ada masa di mana ibu dan bapak melihat anaknya mengurus rumah tangga. Momen demi momen indah yang tercipta semoga nantinya bisa menjadi bekal untuk melalui masa sulit di saat ibu berubah jadi rewel dan ngeyel. Sungguh sesudah masa sulit pasti datanglah kemudahan asal aku bertahan.

Ibu, bapak, semoga aku bisa mendampingi kalian di masa tua yang bahagia. Aamiin. Tua, bahagia, dan sejahtera.