[Maraton Review Novel Indah Hanaco] Out of the Blue, Kepahitan Bukanlah Jalan untuk Mendapatkan Pemakluman


Out of The Blue

Penulis    :  Indah Hanaco

Penerbit   :  Gramedia Pustaka Utama

Tahun      :   2015

Halaman  :  296

Sophie Lolita

Austin Pandurama yang membuat Sophie tidak yakin tentang jatuh cinta.

"Sophie kemudian menyadari bahwa hati tidak pantas dititipkan pada siapa pun. Terlalu besar resiko yang harus ditanggung. Gadis itu tidak mau merasakan kehilangan lagi." (halaman 45)

Austin Pandurama lalu menjelma menjadi selebriti tetapi Sophie masih berusaha mengenyahkan semua rasa istimewa pada Austin. Berusaha tak banyak berharap.

Belum selesai gelombang Austin datang, Rengga ayah biologis Sophie datang. Mengaku bahwa dia mencintai Dahniar, ibu Sophie. Keyakinan bahwa dia anak yang lahir dari pemerkosaan serentak luruh. Rengga bilang dia sayang ibu Sophie dan tidak tahu kalau Sophie ada.

Topan sungguh menyapu semua kepahitan Sophie. Joanna, ibu tirinya ternyata mampu meluluhkan hati Sophie dengan kelapangan hatinya memulai kehidupan baru bersamanya.

Nyhavn, latar yang mempertemukan Sophie dengan Jamie.

Jamie Keegan
Atlit sepakbola yang menjadi korban paparazi karena cedera lutut. Cedera yang membuat dia menjadi bulan-bulanan media massa. Karir profesional yang juga gagal dikecap karena cedera parah itu. Lalu menjadi kian brutal setelah dia memutuskan jadi aktor.

Sophie sedang memotret dan Jamie yang keburu panik mengira Sophie membuntuti dan memata-matainya.

Novel ini adalah lanjutan dari Heartling. Persahabatan Sophie, Amara, dan Brisha berlanjut. Memunculkan masalah baru dan tak kalah pelik juga.

Di novel ini Sophie Lolita yang jadi tokoh utamanya. Sophie yang mengecap kepahitan saat tahu bahwa dia lahir dari hubungan di luar pernikahan. Ibunya meninggal setelah melalui banyak rasa sakit. Itulah kenapa Sophie benci menitipkan hati. Dia tidak siap untuk kehilangan.

Novel ini layak dibaca karena memberi kita pengalaman bahwa kepahitan itu hanya satu dari sekian alasan agar kita kuat. Tumbuh dan menjadi dewasa sebagai pilihan sadar. Kepahitan-kepahitan layaknya ujian yang hasilnya seperti pelangi setelah hujan.

Ya, bukankah cinta sejatinya mampu mencukupkan semua? (halaman 289)

Tidak ada komentar