Anak-anak sering menjadi alasan utama saat pernikahan menuju ke arah yang tidak sehat. Anak-anak dianggap sebagai tameng orangtua untuk mewujudkan keinginan egois orang tua.
1. Perselingkuhan
Ketika tahu suami atau istri selingkuh maka karena alasan ada anak maka suami atau istri tidak bercerai. Menjalankan pernikahan palsu yang ada akhirnya menyakiti semua.
Anak-anak pada dasarnya sangat mudah menyesuaikan diri asal orangtua bisa berkomunikasi sesuai usia anak-anak mereka. Sungguh sangat egois ketika demi anak orangtua yang sudah tidak saling mencintai hidup satu atap bersama anak. Kenapa egois? Karena anak akan menyaksikan kebencian yang begitu nyata tetapi mereka tidak bisa protes.
Jika memang suami atau istri mendapati pasangan selingkuh maka bercerailah. Jangan karena anak tetap tinggal di rumah. Kalian hanya akan menyakiti anak pada akhirnya. Bicarakan dengan anak apa yang terjadi sesuai usia dan bahasa mereka. Meskipun awalnya mereka tidak mengerti tetapi waktu akan menyembuhkan mereka.
2. Kekerasan dalam rumah tangga
Saya mengalami sendiri menjadi anak yang melihat orantuanya bertengkar. Melihat papah saya memukul mamah saya dan luka batin itu selalu membuat saya jadi paranoid. Apakah hal itu akan terjadi pada saya?
Mamah saya memutuskan untuk bertahan. Dia tidak menuntut untuk bercerai meskipun beberapa kali kabur dari rumah.
Keputusan mamah itu yang akhirnya membuat semacam lubang di hati saya. Lubang yang membuat saya menjadi penimbun. Saya tumbuh menjadi pribadi yang labil dan moody.
Maka dari itu saya menghimbau suami atau istri di luar sana yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, berpisahlah. Jangan karena anak lalu kalian memaksakan diri menerima kekerasan fisik maupun verbal dari pasangan kalian. Anak kalian akan terluka batinnya dan luka itu akan sulit sembuh serta dibawa sampai kapanpun. Perpisahan memang menyakitkan tetapi setelah berpisah anak kalian tidak akan menyaksikan kalian baku hantam secara langsung. Selain itu segera cari batuan psikolog agar semua tidak bertambah parah.
3. Kebiasaan buruk yang tidak bisa diubah
Merokok, berjudi, atau kecanduan alkohol dan narkoba. Bila suami atau istri sudah berusaha berkompromi tetapi tidak bisa mengubah kebiasaan buruk itu maka alasan bertahan demi anak adalah konyol. Anak itu peniru ulung. Membiarkan anak hidup dengan orangtua yang memiliki kebiasaan buruk artinya membuat anak menjadi seperti itu juga.
Jadi dimohon untuk tidak menjadikan anak alasan. Anak adalah anugerah maka jadikanlah dia pribadi yang baik dengan menjadi orangtua yang dewasa dan bertanggung jawab.
1. Perselingkuhan
Ketika tahu suami atau istri selingkuh maka karena alasan ada anak maka suami atau istri tidak bercerai. Menjalankan pernikahan palsu yang ada akhirnya menyakiti semua.
Anak-anak pada dasarnya sangat mudah menyesuaikan diri asal orangtua bisa berkomunikasi sesuai usia anak-anak mereka. Sungguh sangat egois ketika demi anak orangtua yang sudah tidak saling mencintai hidup satu atap bersama anak. Kenapa egois? Karena anak akan menyaksikan kebencian yang begitu nyata tetapi mereka tidak bisa protes.
Jika memang suami atau istri mendapati pasangan selingkuh maka bercerailah. Jangan karena anak tetap tinggal di rumah. Kalian hanya akan menyakiti anak pada akhirnya. Bicarakan dengan anak apa yang terjadi sesuai usia dan bahasa mereka. Meskipun awalnya mereka tidak mengerti tetapi waktu akan menyembuhkan mereka.
2. Kekerasan dalam rumah tangga
Saya mengalami sendiri menjadi anak yang melihat orantuanya bertengkar. Melihat papah saya memukul mamah saya dan luka batin itu selalu membuat saya jadi paranoid. Apakah hal itu akan terjadi pada saya?
Mamah saya memutuskan untuk bertahan. Dia tidak menuntut untuk bercerai meskipun beberapa kali kabur dari rumah.
Keputusan mamah itu yang akhirnya membuat semacam lubang di hati saya. Lubang yang membuat saya menjadi penimbun. Saya tumbuh menjadi pribadi yang labil dan moody.
Maka dari itu saya menghimbau suami atau istri di luar sana yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, berpisahlah. Jangan karena anak lalu kalian memaksakan diri menerima kekerasan fisik maupun verbal dari pasangan kalian. Anak kalian akan terluka batinnya dan luka itu akan sulit sembuh serta dibawa sampai kapanpun. Perpisahan memang menyakitkan tetapi setelah berpisah anak kalian tidak akan menyaksikan kalian baku hantam secara langsung. Selain itu segera cari batuan psikolog agar semua tidak bertambah parah.
3. Kebiasaan buruk yang tidak bisa diubah
Merokok, berjudi, atau kecanduan alkohol dan narkoba. Bila suami atau istri sudah berusaha berkompromi tetapi tidak bisa mengubah kebiasaan buruk itu maka alasan bertahan demi anak adalah konyol. Anak itu peniru ulung. Membiarkan anak hidup dengan orangtua yang memiliki kebiasaan buruk artinya membuat anak menjadi seperti itu juga.
Jadi dimohon untuk tidak menjadikan anak alasan. Anak adalah anugerah maka jadikanlah dia pribadi yang baik dengan menjadi orangtua yang dewasa dan bertanggung jawab.
Tidak ada komentar