Mulai Membangun Jaringan Si Emak Sensi

Semenjak bergabung dengan komunitas FUN BLOGGING, aku mendapatkan banyak kesempatan untuk bertemu dengan guru-guru baru selain Mba Ani Berta, Mba Shinta Ries, dan Mba Haya Aliya Zaki.

Rabu, 18 Maret 2015 poster Funday Sharing mampir di grup fun blogging. Pembicaranya Ita Sembiring. Temanya 'The Power of Networking'. 

Aku memutuskan untuk ikut karena setelah hampir satu tahun di Jakarta, fokus menjadi ibu rumah tangga, dan sedikit stres karena belum ada teman yang bisa satu frekuensi untuk ngobrol.

Aku ingin memiliki lagi teman-teman yang tidak melulu membicarakan urusan domestik rumah tangga. Namun bisa ngobrol tentang hobi, kejadian terkini, atau lowongan-lowongan pekerjaan sebagai pemasukan tambahan nantinya.
Mas Karmin selaku penggagas Funday Sharing membuka acara
Setelah pembukaan, mba Ita beraksi. Dia tuh mentor yang kocak banget. Dua jam tuh gak kerasa mengalir begitu saja. Pipi rasanya mau kram karena ketawa terus.


Mba Ita beraksi menjelaskan bagaimana cara membangun jaringan
Lalu apa manfaatnya belajar membuat jaringan. Toh kita berkomunikasi dengan orang lain setiap hari. Lalu apa hasil dari komunikasi itu? Ya, cuma gosip sih, kalau tetangga yang rumahnya dicat biru baru beli mobil. Eh terus si tante juga borong ikan koi kemarin. Dapat ilmu gak dari situ? Gak dapat ilmu, panas iya.

Nah maka dari itu, Mba Ita berbagi tips pada kami agar semua orang bisa tahu kekuatan jaringan yang dimiliki untuk akhirnya bisa memaksimalkan komunikasi dengan orang-orang sekeliling kami.

1. Communication Skill (Kemampuan komunikasi)
Kemampuan komunikasi, ya bukan hanya sekedar ngobrol. Namun kita bisa menangkap apa yang sebenarnya diinginkan oleh orang yang kita ajak bicara. Mendengar dan mengerti. Artinya kita benar-benar hadir dalam percakapan itu. Bukan mendengarkan tetapi pikiran kita entah terbang kemana.

Kita harus mengasah kemampuan komunikasi terus menerus. Tidak bijak rasanya saat kita tidak paham lalu memancing lawan bicara untuk membicarakan orang lain yang tidak hadir di situ. Seperti yang biasanya kita lakukan saat ngerumpi bareng tetangga. Jika kita tidak paham maka kita harus bicarakan dengan orang yang kita maksud, yang bisa menjelaskan hingga kita paham. Bukannya malah membicarakannya dengan orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan hal tersebut.

Di sinilah kemampuan komunikasi kita terlihat. Orang yang piawai berkomunikasi pasti akan membicarakan dengan teknik komunikasi yang baik. Tidak membiarkan kesalahpahaman terjadi. Contoh nyatanya adalah saat kita memperbaiki motor di satu bengkel yang baru kita kunjungi. Belum ada satu minggu berlalu, eh motor kok rusak lagi. Jika kita memiliki kemampuan komunikasi yang baik maka kita akan mengajak pemilik bengkel untuk membicarakan kenapa kerusakan motor terjadi lagi padahal satu minggu belum ada. Bukan memperbaiki motor di bengkel yang lain dan membicarakan kekurangan si bengkel ke khalayak ramai.

Ingat kita adalah apa yang kita katakan. Orang bisa menilai karakter kita dari apa yang kita bicarakan. Kalau kita membicarakan hal-hal positif maka itulah yang terpancar.

2. Lingkaran dalam (Inner circle)
"Mba, aku mau punya jaringan yang luas tetapi bagaimana caranya menghindari penipuan yang lagi sering terjadi."

Kamu suka baca? Bergabunglah dengan komunitas pembaca. Gak kok, aku sukanya bongkar mobil ya bisa ikutan komunitas yang juga suka bongkar mobil.

Kamu bisa kenal orang tetapi masih di satu lingkaran, artinya kita tidak berkenalan dengan orang sembarangan. Bukan orang di pinggir jalan, kita main tegur dan sok kenal aja. Big no no!

Bermula dari lingkaran dalam komunitas tersebut pasti nantinya lingkaran tersebut akan semakin besar dan besar. Dengan membesarnya lingkaran itu berarti jaringan kita juga semakin luas.

3. 'Jual diri'
Apa artinya? Kita pasti punya nilai yang bisa 'dijual'. Misalnya kita mampu memperbaiki mobil, blogger profesional, atau koki handal. 

Kualitas diri itulah yang kita jual. Bisa bermanfaat untuk orang lain. Nantinya kita bisa meminta bantuan pada orang lain untuk membantu kita. Membuat kita lebih berkembang dan berkualitas.
 
4. Keep in touch
Setelah jaringan kita punya maka tinggal mempertahankan. Bagaimana caranya? Ya dengan terus terhubung. Jangan lebay ya. Usahakan saat ada momen-momen khusus kita bisa memberi hadiah atau kartu ucapan seperti saat ulang tahun, hari raya, atau ulang tahun komunitas yang dia pimpin.

5. Ambil hikmah
Hidup lurus, mulus tetapi gak terurus. Ya artinya tidak ada yang sempurna kawan. Pasti ada aja kerikil yang nyelip di kaki kita. Jika itu terjadi, artinya kita harus ambil hikmahnya. 

Lagi banyak kerjaan, bonus melimpah eh kok ya kecopetan. Mungkin saja kurang sedekah.

6. Berpikir positif
Belum tentu semua orang yang tertipu saat membangun jaringan bisa mengambil hikmah. Lalu berpikir positif bahwa setelah musibah ada jalan lain terbuka baginya.

Berpikir positif itu seperti skill. Harus terus dipakai layaknya pisau yang diasah terus agar tajam. Jangan berharap bisa berpikir positif jika kita tidak berlatih setiap harinya.

Jaringan itu tidak seperti candi prambanan yang bisa dibangun semalaman oleh Bandung Bondowoso tetapi jaringan adalah Roma yang kita punya seribu jalan untuk mencapainya.

See, it starts in mind. Positive mind of course.

7. Time management
Ini sih pertanyaan si Emak sensi bin rempong. Merasa tidak bisa konsisten karena ternyata payah dalam mengatur waktu. Bisa rajin di hari Selasa, gak ngapa-ngapain di hari Jumat.

Si Emak disarankan mulai membuat jadwal. Fokus melakukan hal-hal sesuai jadwal hingga akhirnya bisa konsisten.
Emak rempong foto bareng guru kece mba Ita Sembiring ^___^
Sesi foto yang selalu ditunggu

Tidak ada komentar