Terpaksa. Membuat seseorang terbangun dari zona nyaman.
Zona yang merupakan rangkaian aktivitas yang berulang lalu menimbulkan
kebosanan. Sungguh kata ‘terpaksa’ membuat hidup seseorang memiliki dinamika.
Ada naik turunnya.
Masuk ke jurusan pendidikan bahasa Inggris di Universitas
Negeri Semarang adalah paksaan. Awalnya aku ingin masuk jurusan psikologi.
Namun karena semasa SMA jurusanku adalah bahasa maka ibuku bersikukuh bahwa
jurusan bahasa Inggris adalah yang paling tepat. Aku menjalani masa empat tahun
dengan sukses. Tepat waktu. Karena apa? Terpaksa membuat aku akhirnya menempuh
apa yang sudah ada digenggaman. No other
possible choice. Take it or leave it!
Skripsi adalah keterpaksaan yang membuat aku merasa jadi
manusia yang paling kuat di dunia. Bayangkan saja, aku yang biasa tidur dua
belas jam sehari tiba-tiba bisa tidur hanya dua sampai empat jam sehari demi
kertas-kertas ratusan lembar yang harus selesai setiap paginya agar dapat ikut
bimbingan. Antrian yang mengular setiap pagi, coretan dosen sebagai tanda
revisi, dan di depan laptop untuk waktu yang tak berbatas. Setelah semua
berakhir, aku tersadar. Jika aku tak memaksa diriku maka tidak akan ada gelar
S.Pd di belakang namaku. Aku tak akan dengan bangga bercerita kepada adikku
bahwa aku lulus tepat waktu. Aku juga tak akan bisa memberi motivasi adikku
untuk lulus lebih cepat.
Jika hidup menawarkan pilihan maka tidak ada salahnya
kita salah pilih. Karena dari kesalahan itulah kita belajar untuk menghargai
diri sendiri. Memaksa kita untuk mengingat bahwa jika sudah memilih maka kita
harus siap dengan segala keruwetan, kerempongan, keriwehan yang ditimbulkan
dari pilihan kita.
Dulu aku tak suka anak-anak. Namun karena terpaksa aku
bisa menjalani dua tahun yang penuh perjuangan mengajar anak-anak di taman
kanak-kanak Bukit Aksara. Aneh tapi nyata. Berawal dari rasa terpaksa,
berproses. Lalu ada satu titik dimana aku sangat menikmati ada di sekitar
mereka. Menjadi idola, menjadi panutan dan selalu ditelepon pagi-pagi hanya
untuk menanyakan seragam warna apa yang dipakai hai ini. Sungguh waktu memang
selalu bisa memberi kejutan yang tak disangka.
Sungguh apabila kita jeli, kita bisa melihat bahwa
keterpaksaan membawa hasil yang bagus. Kita jadi berani mengambil resiko
terkadang tanpa memikirkan apa hasil atau tantangan yang akan kita hadapi.
Memang ya Mba, jika saat terdesak, kekuatan untuk bertindak itu tiba2 terasa berenergi. Jadi kita bisa melakukan semua itu dengan mudah....akhirnya bisa :D
BalasHapusKreativitas juga suka lahir spontan :)
kalo deadliners, terdesak bisa maksimal. Dulu biasa deadliner mba.Sekarang harus punya jadwal, kalau ngejar deadline malah gagal terus.
HapusHehe...sama juga keterpaksanaan yang kita hadapi kalo harus bangun tengah malam untuk sholat tahajud. Keterpaksaan yang akan memberikan kepada kita satu berkah, satu kebaikan buat diri. Dari keterpaksanaan akhirnya menjadi sebuah kebiasaan yang baik. Keren postingannya.
BalasHapusMakasih bunda, bunda juga yang jadi inspirasiku untuk lebih semangat.
Hapus