![]() |
Judul
: Writing is Fighting
Penulis
: Ambhita Dhyaningrum, Aan Wulandari U, Dewi Rieka,
Ferry Herlambang Zanzad,
Indah Julianti
Sibarani, Iwok Abqary, Nadiah Alwi, Nita Candra, Nunik Utami Ambarsari,
Retnadi Nur'aini, Rini Nurul
Genre : Non-Fiksi/ Inspirasional
Penerbit
: HalamanMoeka Publishing
Tahun
: Mei 2014
Halaman
: 153 halaman
Harga :
Rp 45.000,-
Baca-Selesai: 22-27 Mei 2014
Baca-Selesai: 22-27 Mei 2014
Judul buku ini membuat aku berpikir betapa susah dan
berlikunya untuk menjadi seorang penulis. Namun bagi seorang Emak Sensi
sepertiku, susah dan berliku adalah hal negatif yang aku gunakan sebagai pecut
untuk lebih baik.
Secara keseluruhan aku
suka kutipan-kutipan yang ada di buku ini. Semua kutipan-kutipan itu serasa
hidup dan membentuk pecut yang mengarah padaku.
Setiap penulis di buku ini, tulisannya aku deskripsikan untuk aku
ambil pelajarannya.
·
Ambhita Dhyaningrum: Dari Pintu ke Pintu
Kisah penolakan-penolakan yang
dialami Ambhita sangat cocok diletakkan sebagai pembuka. Sebagai mana para penulis
pemula yang selalu dan akan menghadapi penolakan. Ambhita ingin menegaskan
bahwa penolakan adalah hal pertama dan utama untuk dipersiapkan.
Penolakan itu perih dan tidak semua
orang mampu menerimanya. Penolakan akan terus menerus diterima oleh penulis
baik dia senior maupun yang masih bau kencur. Siapkah kita?
Tenang saja, Ambhita memberikan
beberapa tips yang bisa digunakan untuk menjernihkan pikiran untuk kembali
berniat menjadi penulis jika kita benar-benar menginginkannya.
·
Retnadi Nur'aini: Mahasiswi Minder Menjadi Penulis
Feature
Setelah penolakan, kita diajak
mengenali diri kita. Penulis macam apakah kita?
Atau akan jadi penulis apa kita nantinya. Tergantung seberapa kuat kita
bertahan untuk diproses oleh pengalaman-penglaman pahit.
Retnadi menggambarkan bagaimana dia
berproses untuk menjadi penulis feature. Tidak peduli apakah kita pemalu,
pemarah, atau orang yang minderan jika kita terus belajar dan berproses
mewujudkan impian kita sebagai penulis maka tak ada yang sia-sia. Meskipun
dikejar deadline yang laksana anjing
galak, narasumber yag meminta kita melakukan riset lebih dalam, bahkan job desk
tambahan sebagai pengarah gaya dadakan yang melelahkan; semua itu akan berakhir
manis di akhir. Trust me, it really
works.
·
Aan Wulandari U: Euforia yang Membuat Kecewa
Emak... Ternyata kebahagiaan yang
terlalu meluap bisa menutup sisi-sisi logika saat kita membutuhkannya. Aan
mendeskripsikan bagaimana perjuangannya menerbitkan novel yang diiringi rasa
bahagia yang membuncah membuat dia tidak memperhitungkan sepanjang apa perjalanan
naskah ketika telah diterima oleh penerbit. Panjaaang bahkan sangat panjaaang.
Dari pengalamannya menunggu sejak Januari 2007 naskah diterima hingga Januari
2008 naskah itu benar-benar terbit dan masih membuatnya speechless, Aan berbagi bahwa kita harus tetap bisa mengontrol
emosi untuk tidak larut dalam euforia lalu lepas kendali. Kita harus tetap
mengendalikan harapan sehingga di saat semua tidak sesuai dengan keinginan,
masih ada sisi-sisi logika yang terbuka untuk kembali berjuang dan dapat hasil
maksimal.
·
Nita Candra: Menulis: Sebuah Perjalanan
Keluar dari zona nyaman genre anak,
Nita menguji diri di naskah antologi lalu memacu adrenalin dengan menulis flash
fiction, dan menjawab undangan semesta saat menulis novel roman remaja. Nita
menikmati perjalanannya sebagai penulis tanpa kehilangan momen untuk menikmati
setiap proses menulisnya. Hingga saat Nita ingin bersantai dari petualangannya
dia tetap berlatih menulis dan bereksperimen dengan blog. Blog ‘memaksa’ Nita
rajin menulis dan mengeluarkan ide. Nita membuat kita belajar bahwa
bagaimanapun jauhnya perjalanan kita sebagai penulis, intinya adalah bagaimana
kita memelihara konsistensi kita untuk menulis dan menulis lagi apapun
bentuknya.
·
Indah Julianti Sibarani: Keripik Pedas
Keripik pedas itu meskipun pedas
membuat kita ketagihan. Ya jika diumpamakan keripik pedas itu adalah kritik dan
komentar nyelekit bagi naskah kita,rasanya pasti sakit di awal tetapi saat kita
sudah terbiasa dengan kalimatnya maka tanpa disadari kita akan mencari orang
yang mau memberikan kritik atau komentar pedas itu. Tentu saja untuk membuat
naskah kita menjadi lebih baik. Namun Indah mengingatkan para penulis muda
untuk pantang menyerah saat menerima kritik yang menjatuhkan mental dan sebagai
tambahan untuk para pengkritik, Indah berharap kritik yang diberikan jangan
hanya menjatuhkan mental tetapi juga bisa bermanfaat bagi para penulis pemula.
Biar sama-sama enak, baca dulu karya penulis itu sebelum mengkritik. Tak akan
jatuh miskin mendadak hanya karena memberi sedikit pujian dan saran untuk
penulis.
·
Triani Retno A: Writer’s Block: Datang Tak Diundang,
Pulang Harus Diusir
Tegalah untuk mengusir writer’s
block karena jika kita adalah orang yang membiayai kebutuhan sehari-hari dari
menulis maka kita harus lebih sadis. Kalau gak dapur kita tidak akan mengepul.
Selain tega, Triani juga menyarankan untuk mencari orang yang bisa membuat kita
tersentil, tersindir sekaligus tersemangati saat mengalami kemandegan dalam
menulis.
·
Yokie Aditya: Berperan Pembunuh
Yokie sukses membuat aku berperan
sebagai pembunuh. Bahwa riset itu membuat kita seolah jadi pembunuh.
Bertingkah, berpikir dan bertindak layaknya pembunuh sesungguhnya. Kenali dan
dalami karakter sehingga kita bisa lebih membuatnya begitu nyata.
·
Dewi Rieka: Kala Emak Ribet Jadi Penulis
Emak ribet satu ini yang bisa
membuatku mulai belajar menulis secara rutin. Dengan gayanya yang kocak dan
emak banget menyadarkan aku tentang, kalau dia bisa kenapa aku gak? Emak-emak
ya cari contohnya emak-emak juga. Hihihi... Aku juga mulai sedikit demi sedikit
menghentikan alasan untuk tidak menulis. Makanya walaupun hanya status
facebook, yang penting nulis. Peace Mak ;)
·
Yudhi Herwibowo: Saya Memutuskan Menulis Sejarah
Tertantang, kata yang akhirnya
membuat Yudhi menulis sejarah. Yudhi bisa mengkombinasikan unsur cinta, drama,
thriller dalam menulis sejarah. Kalau aku tertantang untuk menulis horor dan
sampai sekarang belum juga berhasil menaklukan layaknya Yudhi menaklukan diri
untuk menulis sejarah. Salut untuk itu.
·
Nunik Utami Ambarsari: Revisi Tak Kunjung Henti
Pekerjaan bisa datang tanpa terduga
tetapi menerima tanpa menanyakan secara detil bisa berakibat pada revisi yang
tak kunjung henti. Nunik memberi tahu jika kita harus meminta penerbit
mengirimkan SPK (Surat Perintah Kerja) yang mencantumkan honor yang dibayar,
deadline dan berapa biaya yang akan dibayar jika kita terlambat menyetor naskah
sesaat setelah kita menyetujui untuk membuat naskah yang diminta penerbit. Jadi
saat revisi tanpa henti menghantui, SPK membuat kita bisa tegas untuk tidak
berputar-putar dalam merevisi. Waktu yang terbuang masih bisa sedikit terhibur
dengan honor yang dibayar sesuai SPK.
·
Iwok Abqary: Jangan Asal Pilih Penerbit
Setiap
penulis pasti memiliki batu sandungannya masing-masing. Namun terlalu bernafsu
mengirimkan naskah tanpa mengetahui rekam jejak peberbit yang dituju akan
berujung pada penyesalan tanpa akhir.
Ternyata
sebagai penulis pemula, tidak ada salahnya kita bergabung dengan komunitas penulisan
kemudian mulai ‘mencuri’ ilmu dari para penulis senior. Hal tersebut akan
menghindarkan kita pada penantian panjang karena bertemu penerbit PHP. Iwok menyebutkan
jika berteman dengan penulis lain atau bergabung dalam komunitas penulisan maka
kita akan dibagi catatan-catatan tentang penerbit mana yang recommended.
Dan yang
selalu dan selalu tidak boleh terlupa adalah doa.
“Banyak-banyak
berdoa untuk kelancaran naskah kita, termasuk kerjasama yang akan dijalin dengan
mereka.” (halaman 152)
·
Nadiah Alwi: Self Publisher: Nekat Tapi Nikmat
Semuanya
dilakukan sendiri mulai dari proses editing, desain kaver, mencetak, launching
hingga promosi. Jika kita siap waktu, tenaga dan pikiran maka menerbitkan novel
atau buku secara mandiri bisa dicoba. Sudah yakin? Silakan coba!
·
Rini Nurul Badariah: Menjadi Penulis yang Berprofesi
Editor
Ternyata bagi
seorang penulis penyerempet deadline seperti aku bisa juga berpikir ulang
setelah membaca penjelasan Rini.
“…dalam dua
hari yang terlihat ‘lengang’ pun, segala sesuatu mungkin terjadi. Komputer batuk-batuk
(yang ini amit-amit), jaringan internet ambruk, listrik mati, hujan petir yang
membuat was-was menyalakan netbook, dan banyak lagi.” (halaman 173)
Dari seorang
editor aku belajar bahwa menunda-nunda perlu dihindari. Menurut Rini tenggat
dapat berubah menjadi monster yang menhantui, menyulitkan mata terpejam, dan
tentu saja membahayakan reputasi seandainya dicoba untuk tidak ditepati.
·
Ferry Herlambang Zanzad: Berlari dari Otak Kanan ke
Otak Kiri
·
Catatan Ferry yang telah menerbitkan 30-an buku IT lalu novelnya terbit di
tahun 2010.
“Mungkin
anda memiliki kebiasaan yang berbeda. Tidak masalah, anda bisa memodifikasi
sendiri, menyatukan dua hal yang berbeda dengan cara termudah sesuai karakter
diri anda. Latar belakang, pengalaman, cara berpikir anda tentu saja berbeda
dengan saya. Tetapi setidaknya, dorongan besar bisa mempermudah hal susah
menjadi mungkin.” (halaman 185)
Jika Ferry
bisa, apakah kita juga bisa? Ya hanya kita saja yang bisa menjawab.
·
Tria Ayu K: Menang!
“Hingga
kini, saya masih mengikuti berbagai lomba menulis. Kadang menang, kadang
kandas. Semuanya menyisakan kenangan, senang, lucu, maupun sedih. Ya, tak
selamanya kemenangan terasa manis. Kadang kita justru berdarah-darah ketika
mengecap sesuatu yang sangat kita idam-idamkan. Tapi itulah hidup.” (halaman
205)
Tria mengingatkan
kita jika kemenangan atau kekalahan yang kita peroleh tak lagi penting. Proses adalah
yang paling krusial untuk dimaknai.
komennya lengkap ik..aku blom bacaaa...*tutup muka..makasih ya dear..awas lhoo kalau blognya jarang diisi lagii *blog police beraksi :D
BalasHapusopo kuwi, penulisnya malah belum baca ^_^
HapusWah kok pake blog police juga, kabuuurrrrrr ^_*
wuaaah ... review yg lengkap banget. makasih banyak ya mba ^_^
BalasHapusSama-sama mas Iwok, senang bisa baca curhatan para penulis senior. ^_^
Hapuswiii, detil dan diulas satu persatu ^^ semoga bermanfaat ya mb. makasih banyak ^^
BalasHapusUlasan yang lengkap. Sedikit berbagi, semoga memberikan manfaat. Matursuwun, mbak Phalupi.
BalasHapusTerima kasih banyak, Mbak. Senang jika cerita sederhana saya bermanfaat:)
BalasHapusMakasih banyak, Mbak. Yang ta baca langsung komen di tulisanku xixixi
BalasHapus