Aku lupa apa niatku saat itu membuat blog ini. Jujur, tahun 2014 adalah masa penyesuaianku. Banyak sekali hal yang ada di kepalaku hingga aku gampang sekali lupa.
Aku baru pindah dari kota kecil di Jawa Tengah ke ibu kota. Tanpa ekspektasi macam-macam. Hanya ingin mengakhiri long distance marriage. Memulai kerja tim yang solid dengan suami.
Bukan proses yang mudah saudara saudara sekalian. Lingkungan baru, teknik bertahan hidup juga baru. Ada suami yang butuh pelayanan, anak yang harus disesuaikan, juga mulut tetangga yang ternyata menyakitkan.
Emak sensi? Dikit-dikit dimasukkan ke hati. Baru kemudian sadar, aku berubah menjadi sangat beracun. Begitu lama, dari 2014 ke 2020.
Mulai dari 300an kini ke 600an kata.
Berawal dari nama yang berasumsi negatif ke seseorang yang sok perfeksionis. Ingin segalanyanya serba sempurna hingga berakhir ke tidak melakukan apa-apa. Namun pada waktu aku, aku tidak takut apa kata orang. Aku bermain dengan asumsiku sendiri di kepalaku. Bersosialisasi malah menambah buruk pikiranku.
Penundaan, membuatku tetap ada di tempat ini. Gak maju dan gak mundur.
Jadi tahu kan kenapa fotonya aku kasih emot
Aku tidak ingat persis bagaimana bisa berakhir ada di salah satu pusat perbelanjaan terbesar Bekasi dengan rambut mirip singa, baju khusus ibu menyusui berlengan pendek, lalu aku tutupi dengan jaket claw yang kekecilan. Ikut acara Akademi Berbagi tentang menulis draft novel. Aku belum begitu sadar aku seorang emak. Emak yang menunda karena serangan sempurna terus jadi sensi karena semua berakhir di luar kendali.
Oleh karena itu berusaha menambah value dengan ikut acara yang berilmu.
Selesai acara tidak lantas kepikiran bikin blog sepertinya tetapi cari tahu dulu siapa sih Winda Krisnadefa. Barulah setelah itu paham, mak Winda punya blog.
Jelas ikut-ikutan. Berharap ada hal 'berharga' yang bisa aku lakukan.
Cepat lelah tentu saja. Perjuangan untuk mengurangi penundaan dan kesensian bukan atas dasar kesadaran diri.
Blog aku buat bulan Februari, baru posting 10 April 2014. 24:02.
Pas baca lagi, yang aku tulis adalah betapa aku begitu suka menunda tetapi ingin sembuh. Sudah mengakui bahwa aku itu malas.
*****
Kini di 2020, meng-edit tulisan ini. Dapat AHA moment.
Aku ternyata tidak pernah berhenti berjuang untuk menjadi stabil secara mental. Dari 2014 hingga kini, aku bertumbuh. Lambat memang tetapi tidak pernah mandek.
Semenjak September aku menantang diriku sendiri dengan blogpost challenge bertema kebahagiaan.
Aku bahagia maka menulis. Tidak menulis ya cari yang lain. Bahagia merupakan energi untukku berkegiatan. Mulai mengurangi menggunakan marah sebagai daya dorong.
Semakin membangun kesadaran emosi. Lalu mengolah sedemikian rupa agar berdiri di atas kaki sendiri, mandiri secara emosi.
"Untuk menjadi bahagia, kita tidak boleh terlalu peduli dengan orang lain." Albert Camus
Kegilaan ini dimulai lagi. Sehat tidak selalu stabil. Naik turun. Timbul tenggelam. Baru bisa lega, datang lagi tuntutan yang lain. Pastilah awalnya akan terbawa marah. Siapa kamu berani melanggar batasanku? Namun setelah setelah dituliskan rasanya menjadi lebih ringan. Otak dan hati bisa berpadu padan.
Pada akhirnya aku paham bila menulis di blog adalah salah satu bagian usahaku untuk memelihara kestabilan mentalku.
Aku cenderung cepat melupakan lalu kemudian mengulangi kesalahan yang sama. Nah bila serangan sempurna datang, aku jadi mampu mengelola diri juga emosi dengan menulis. Satu demi satu puzzle aku terapkan hingga jadi utuh terus mendapat AHA moment lagi. Terus begitu sampai hari berakhir.
Waaah. Aku ingin sekali berteriak sekarang. Bangga pada diriku karena tidak menyerah. Walaupun banyak hal yang mengerikan, tak terbayangkan, bahkan menyengsarakan hadir silih berganti.
Tak apa. Toh aku bertahan.
Terima kasih buat para pembacaku dari zaman baheula sampe sekarang. Aku akan berusaha lebih keras lagi membuat diriku bahagia hingga bisa terus memberikan tulisan yang bergizi juga bermanfaat buatku dan kalian semua.
Aku akan melakukan banyak hal ke depannya agar tulisanku lebih berwarna. Semoga setelah ini tulisan-tulisanku tidak terkesan sembarangan. Pelan-pelan aku akan revisi satu persatu. Menambahkan ilmu-ilmu dari hasil membaca, menonton, hingga ringkasan yang aku peroleh dari berbagai sumber.
Sepertinya menyenangkan melakukan hal-hal detil agar bisa menikmati kenangan buruk. Pelan-pelan mencerna.
Tak apa menjadi sensi. Beracun kadang-kadang. Artinya nantinya akan banyak yang bisa aku lepaskan. Indah berlalu, buruk juga pergi. Tidak yang pasti kecuali perubahan itu sendiri.
Beban dan kelegaan bergantian mengisi hati. Tinggal bagaimana mengekspresikan dengan sesuai.
🙆🙆🙆 Fighting.
(664)
selamat atas loncing blog barunya.. kopdar sama mak Winda dimana mak?
BalasHapusMakasih, moga bisa konsisten. Mohon bimbingannya juga ya Mak Rahmi. Heheee.... Itu ikutan AKBER Bekasi. Kebetulan Mak Winda yang jadi narasumbernya
BalasHapuswah selamat akhirnya berani mengalahkan sifat penunda :) semangat terus ngeblognya :)
BalasHapus